PENDAHULUAN Makalah Kelompok 7 Pajak dan Daya Saing

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II KERANGKA TEORI 3 2.1 Pajak dan Efisiensi 3 2.2 Konsep Daya Saing Nasional 7 BAB III a. Deadweight Losses 10 b. Administrative burden 11 c. Marginal Tax Rates Vs Average Tax Rates 12 d. Lump-Sum Taxes 12 3.1 Pajak dan Daya Saing Nasional 13 3.2 Kebijakan Fiskal untuk Mendorong Sektor Maritim 14 BAB IV PENUTUP A. Simpulan 19 B. Saran 19 DAFTAR PUSTAKA 20

BAB 1 PENDAHULUAN

2 Universitas Indonesia Pengenaan pajak merupakan hal yang tidak dapat dihindari mengingat sebagai warga negara, kita membutuhkan peran pemerintah untuk penyediaan barang dan jasa. Pemerintah memiliki kendali dalam memperbaiki kualitas outcome dari pasar. Ketika pemerintah mencoba menanggulangi eksternalitas seperti polusi udara, menyediakan barang publik seperti pertahanan nasional, atau mengatur penggunaan common resource seperti ikan di laut, hal tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat. Namun, aktivitas tersebut membutuhkan biaya. Agar pemerintah dapat menjalankan kegiatan tersebut beserta fungsi-fungsinya, maka dibutuhkan penerimaan melalui perpajakan. Alasan mengapa pajak merupakan instrumen penerimaan negara yang memiliki peranan penting dalam rangka pembiayaan kebutuhan negara karena pemungutan pajak sifatnya aman, murah dan berkelanjutan. Aman karena mandiri dan tidak ada intervensi asing, murah karena tidak ada bunga dan biayayang perlu dikeluarkan oleh pemerintah atau disebut collection cost dalam memungut pajak dapat lebih ditekan, mengingat sistem pemungutan pajak bukan hanya official assessment tetapi juga self assessment dan withholding. Berkelanjutan karena pajak dapat dipungut terus menerus secara dalam setiap aktivitas masyarakat 1 . Dengan demikian, dari tahun ke tahunnya, porsi penerimaan dari pajak selalu memiliki porsi yang paling besar di dalam APBN seperti di dalam tabel berikut ini. Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Negara Milyar Rupiah Tahun 2007 – 2013 Sumber Penerimaan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 a Penerimaan Pajak: 490,98 8 658,70 1 619,922 723,30 7 873,874 980,500 1,148,30 b Penerimaan Bukan Pajak 215,12 320,60 4 227,174 268,94 2 331,472 351,800 349,200 Total Penerimaan c =a+b 706,10 8 979,30 5 847,096 992,24 9 1,205,34 6 1,332,30 1,497,50 Persentase Penerimaan Pajak d= ac x100 70 67 73 73 72 74 77 Sumber: http:www .bps.go.id Diolah lebih lanjut oleh penulis Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa penerimaan pajak mendominasi total penerimaan negara, yaitu sebesar 77 tahun 2013. Pemerintah tentunya perlu tetap me-maintain kelancaran perekonomian negara sehingga potensi penerimaan pajak dapat terus ditingkatkan. Jika dilihat dari sisi ekonomi, pajak yang dibebankan terhadap pembelian suatu barang mempengaruhi penawaran dan permintaan terhadap barang tersebut. Pajak dapat mengurangi kuantitas barang yang ditawarkan di pasar, dan juga pembebanan pajak tersebut dibagi antara pembeli dan penjual tergantung dari elastisitas penawaran dan permintaannya. Pajak mempengaruhi 1Haula Rosdiana, Pengantar Ilmu Pajak, 2012, hlm. 46 3 Universitas Indonesia kesejahteraan ekonomi masyarakat salah satunya dikarenakan pajak dapat menyebabkan deadweight loss, yaitu pengurangan surplus di sisi penjual dan pembeli yang diakibatkan karena pajak tersebut dipergunakan untuk menambahkan penerimaan pemerintah. Pelaksanaan kewajiban perpajakan bagi wajib pajak hendaknya didukung dengan biaya pemenuhan kewajiban perpajakan yang serendah mungkin dan tidak memberatkan wajib pajak, serta beban pajak yang timbul harus dapat dibagi secara adil. Maka dari itu, pemungutan pajak salah satunya harus mempertimbangkan prinsip efisiensi walaupun pada kenyataannya, mencapai kenyataan tersebut tidak semudah menetapkan tujuan dan prinsip. Efisiensi pemungutan pajak diharapkan dapat mengurangi biaya yang yang harus dikeluarkan baik dari sisi fiskus maupun dari sisi wajib. Dengan demikian, maka akan meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebab lemahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, dipandang sebagai penyebab rendahnya pembangun infrastruktur di tanah air. Akibatnya, daya saing Indonesia masih jauh tertinggal dengan negara lainnya. Kondisi nyata yang menunjukkan masih lemahnya daya saing Indonesia akibat kurangnya kesadaran sebagian besar masyarakatnya, misalnya masih ditemuinya pemadaman listrik tanpa pemberitahuan sebelumnya. Hal itu pada akhirnya justru memberikan dampak negatif bagi masyarakat. Selain dari sisi efisiensi pemungutan pajak, insentif pajak juga harus diberikan kepada wajib pajak agar mereka semakin dapat mengembangkan industri atau usaha di bidang tertentu. Misalnya dalam bentuk insentif pajak dalam hal pengembangan riset dan teknologi yang mana biaya yang dikeluarkan untuk hal tersebut dapat menjadi kredit pajak di dalam SPT Badan PPh sehingga mengurangi beban pajak penghasilan yang harus dibayar dan memicu perusahaan dalam mengembangkan riset dan teknologi dengan lebih maksimal. Sehingga dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan daya saing bangsa Indonesia. Adapun pada era pemerintahan saat ini, yang menjadi salah satu perhatian besar adalah sektor maritim dalam rangka mewujudkan negara Indonesia sebagai poros maritim dunia. Maka dari itu, pemerintah perlu lebih memperhatikan apa saja insentif pajak yang patut diberikan.

BAB 2 KERANGKA TEORI