DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN
1 BAB II KERANGKA TEORI
3 2.1 Pajak dan Efisiensi
3 2.2 Konsep Daya Saing Nasional
7
BAB III a. Deadweight Losses
10 b. Administrative burden
11 c. Marginal Tax Rates Vs Average Tax Rates
12 d. Lump-Sum Taxes
12 3.1 Pajak dan Daya Saing Nasional
13 3.2 Kebijakan Fiskal untuk Mendorong Sektor Maritim
14
BAB IV PENUTUP A. Simpulan
19 B. Saran
19 DAFTAR PUSTAKA
20
BAB 1 PENDAHULUAN
2 Universitas Indonesia
Pengenaan pajak merupakan hal yang tidak dapat dihindari mengingat sebagai warga negara, kita membutuhkan peran pemerintah untuk penyediaan barang dan jasa. Pemerintah
memiliki kendali dalam memperbaiki kualitas outcome dari pasar. Ketika pemerintah mencoba menanggulangi eksternalitas seperti polusi udara, menyediakan barang publik seperti pertahanan
nasional, atau mengatur penggunaan common resource seperti ikan di laut, hal tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat. Namun, aktivitas tersebut membutuhkan
biaya. Agar pemerintah dapat menjalankan kegiatan tersebut beserta fungsi-fungsinya, maka dibutuhkan penerimaan melalui perpajakan.
Alasan mengapa pajak merupakan instrumen penerimaan negara yang memiliki peranan penting dalam rangka pembiayaan kebutuhan negara karena pemungutan pajak sifatnya aman,
murah dan berkelanjutan. Aman karena mandiri dan tidak ada intervensi asing, murah karena tidak ada bunga dan biayayang perlu dikeluarkan oleh pemerintah atau disebut collection cost dalam
memungut pajak dapat lebih ditekan, mengingat sistem pemungutan pajak bukan hanya official assessment tetapi juga self assessment dan withholding. Berkelanjutan karena pajak dapat dipungut
terus menerus secara dalam setiap aktivitas masyarakat
1
. Dengan demikian, dari tahun ke tahunnya, porsi penerimaan dari pajak selalu memiliki porsi yang paling besar di dalam APBN seperti di
dalam tabel berikut ini.
Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Negara Milyar Rupiah Tahun 2007 – 2013
Sumber Penerimaan
2007 2008
2009 2010
2011 2012
2013 a Penerimaan Pajak:
490,98 8
658,70 1
619,922 723,30
7 873,874
980,500 1,148,30
b Penerimaan Bukan Pajak 215,12
320,60 4
227,174 268,94
2 331,472
351,800 349,200
Total Penerimaan c =a+b 706,10
8 979,30
5 847,096
992,24 9
1,205,34 6
1,332,30 1,497,50
Persentase Penerimaan Pajak d= ac x100
70 67
73 73
72 74
77
Sumber: http:www .bps.go.id Diolah lebih lanjut oleh penulis
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa penerimaan pajak mendominasi total penerimaan negara, yaitu sebesar 77 tahun 2013. Pemerintah tentunya perlu tetap me-maintain kelancaran
perekonomian negara sehingga potensi penerimaan pajak dapat terus ditingkatkan. Jika dilihat dari sisi ekonomi, pajak yang dibebankan terhadap pembelian suatu barang
mempengaruhi penawaran dan permintaan terhadap barang tersebut. Pajak dapat mengurangi kuantitas barang yang ditawarkan di pasar, dan juga pembebanan pajak tersebut dibagi antara
pembeli dan penjual tergantung dari elastisitas penawaran dan permintaannya. Pajak mempengaruhi
1Haula Rosdiana, Pengantar Ilmu Pajak, 2012, hlm. 46
3 Universitas Indonesia
kesejahteraan ekonomi masyarakat salah satunya dikarenakan pajak dapat menyebabkan deadweight loss, yaitu pengurangan surplus di sisi penjual dan pembeli yang diakibatkan karena
pajak tersebut dipergunakan untuk menambahkan penerimaan pemerintah. Pelaksanaan kewajiban perpajakan bagi wajib pajak hendaknya didukung dengan biaya pemenuhan kewajiban perpajakan
yang serendah mungkin dan tidak memberatkan wajib pajak, serta beban pajak yang timbul harus dapat dibagi secara adil. Maka dari itu, pemungutan pajak salah satunya harus mempertimbangkan
prinsip efisiensi walaupun pada kenyataannya, mencapai kenyataan tersebut tidak semudah menetapkan tujuan dan prinsip.
Efisiensi pemungutan pajak diharapkan dapat mengurangi biaya yang yang harus dikeluarkan baik dari sisi fiskus maupun dari sisi wajib. Dengan demikian, maka akan
meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebab lemahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, dipandang sebagai penyebab rendahnya
pembangun infrastruktur di tanah air. Akibatnya, daya saing Indonesia masih jauh tertinggal dengan negara lainnya. Kondisi nyata yang menunjukkan masih lemahnya daya saing Indonesia akibat
kurangnya kesadaran sebagian besar masyarakatnya, misalnya masih ditemuinya pemadaman listrik tanpa pemberitahuan sebelumnya. Hal itu pada akhirnya justru memberikan dampak negatif bagi
masyarakat. Selain dari sisi efisiensi pemungutan pajak, insentif pajak juga harus diberikan kepada wajib
pajak agar mereka semakin dapat mengembangkan industri atau usaha di bidang tertentu. Misalnya dalam bentuk insentif pajak dalam hal pengembangan riset dan teknologi yang mana biaya yang
dikeluarkan untuk hal tersebut dapat menjadi kredit pajak di dalam SPT Badan PPh sehingga mengurangi beban pajak penghasilan yang harus dibayar dan memicu perusahaan dalam
mengembangkan riset dan teknologi dengan lebih maksimal. Sehingga dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan daya saing bangsa Indonesia. Adapun pada era pemerintahan saat ini, yang
menjadi salah satu perhatian besar adalah sektor maritim dalam rangka mewujudkan negara Indonesia sebagai poros maritim dunia. Maka dari itu, pemerintah perlu lebih memperhatikan apa
saja insentif pajak yang patut diberikan.
BAB 2 KERANGKA TEORI