Pajak dan Efisiensi KERANGKA TEORI

kesejahteraan ekonomi masyarakat salah satunya dikarenakan pajak dapat menyebabkan deadweight loss, yaitu pengurangan surplus di sisi penjual dan pembeli yang diakibatkan karena pajak tersebut dipergunakan untuk menambahkan penerimaan pemerintah. Pelaksanaan kewajiban perpajakan bagi wajib pajak hendaknya didukung dengan biaya pemenuhan kewajiban perpajakan yang serendah mungkin dan tidak memberatkan wajib pajak, serta beban pajak yang timbul harus dapat dibagi secara adil. Maka dari itu, pemungutan pajak salah satunya harus mempertimbangkan prinsip efisiensi walaupun pada kenyataannya, mencapai kenyataan tersebut tidak semudah menetapkan tujuan dan prinsip. Efisiensi pemungutan pajak diharapkan dapat mengurangi biaya yang yang harus dikeluarkan baik dari sisi fiskus maupun dari sisi wajib. Dengan demikian, maka akan meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebab lemahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, dipandang sebagai penyebab rendahnya pembangun infrastruktur di tanah air. Akibatnya, daya saing Indonesia masih jauh tertinggal dengan negara lainnya. Kondisi nyata yang menunjukkan masih lemahnya daya saing Indonesia akibat kurangnya kesadaran sebagian besar masyarakatnya, misalnya masih ditemuinya pemadaman listrik tanpa pemberitahuan sebelumnya. Hal itu pada akhirnya justru memberikan dampak negatif bagi masyarakat. Selain dari sisi efisiensi pemungutan pajak, insentif pajak juga harus diberikan kepada wajib pajak agar mereka semakin dapat mengembangkan industri atau usaha di bidang tertentu. Misalnya dalam bentuk insentif pajak dalam hal pengembangan riset dan teknologi yang mana biaya yang dikeluarkan untuk hal tersebut dapat menjadi kredit pajak di dalam SPT Badan PPh sehingga mengurangi beban pajak penghasilan yang harus dibayar dan memicu perusahaan dalam mengembangkan riset dan teknologi dengan lebih maksimal. Sehingga dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan daya saing bangsa Indonesia. Adapun pada era pemerintahan saat ini, yang menjadi salah satu perhatian besar adalah sektor maritim dalam rangka mewujudkan negara Indonesia sebagai poros maritim dunia. Maka dari itu, pemerintah perlu lebih memperhatikan apa saja insentif pajak yang patut diberikan.

BAB 2 KERANGKA TEORI

2.1 Pajak dan Efisiensi

Soemitro sebagaimana dikutip Brotodihardjo, mendiefinisikan pajak sebagai iuran rakyatkepada kas Negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak 4 Universitas Indonesia mendapat jasa timbal kontrapretasi yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum 2 . Untuk mencapai system perpajakan yang baik maka ada 3 tiga asas yang harus dijaga keseimbangannya yaitu :revenue productivity, equityequality, ease of administration. dalam pembahasan selanjutnya akan membahas tentang asas ease of administration. indikator dalam asas ease of administration 4 empat yaitu : Asas certainty, efficiency, convenience, simplicity. Yang pada pembahasan selanjutnya akan lebih membahas tentang asas efisiensi. Dengan skema pembahasan yang spesifik akan dibahas nanti, Asas Efficiency Asas efisiensi dapat dilihat dari dua sisi : dari segi fiskus pemungutan pajak dikatakan efisien jika biaya pemungkutan pajak yang dilakukan oleh kantor pajak antara lain dalam rangka pengawasan kewajiban Wajib Pajak lebih kecil dari pada jumlah pajak yang nantinya diterima. Sedangkan dari sisi efisiensi wajib pajak adalah mengeluarkan biaya yang minimum untuk memenuhi kebutuhan perpajakannya, Dengan kata lain pemungutan pajak dikatakan efisien jika cost of taxationnya rendah. Dari sisi fiskus istilah yang lebih tepat digunakan untuk mengukur efisiensi adalah administrative cost. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Cedric yang dikutip oleh Rosdiana, administrative cost merupakan biaya yang harus dikeluarkan pemerintah untuk menjalankan system administrasi perpajakan. Jadi administrative cost yang termasuk dalam biaya ini bukan hanya gaji dan pegawai pajak, tetapi juga biaya operasional lainnya. Termasuk biaya 2 Haula Rosdiana, Pengantar Perpajakan, 2005, hlm3 5 Universitas Indonesia untuk melakukan penyuluhansosiallisasi perpajakan. Termasuk dalam operating cost adalah biaya menegakan hukum dan keadilan, antara lain : a. Biaya pelaksanaan pemeriksaan, b. Biaya pelaksanaan penagihan termasuk biaya pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa c. Biaya pelaksanaan penyanderaan, dll biaya yang dikeluarkan dalam menghadapi keberatan dan atau banding dari wajib Pajak Salah satu indicator untuk mengukur efisiensi adalah cost collection effiency ratio CCER, yaitu rasio perbandingan antara collection cost dengan tax revenue. CCER = Collection cost X 100 Tax Revenue Semakin kecil CCER, berarti pemungutan pajak semakin efisien. Antara asas efficiency dengan revenue productivitysaling berkaitan erat. Suatu system pemungutan pajak tidak bias dikatakan berhasil memenuhi asas revenue productivity bila semata-mata hanya dilihat dari besarnya tax revenue yang dikumpulkan, karena harus dihitungdikurangkan dengan biaya pemungutannya. Rosdiana menyitir pernyataan Mankiw yang menyatakan bahwa suatu system pajak dikatakan lebih efisien dari yang lainnya jika sitem tersebut dapat menghasilkan penerimaan pajak yang sama dengan system yang lainnya, tetapi dengan biaya pemungutan yang lebih rendah yang dibebankan kepada Wajib Pajak. Biaya yang dibebankan kepada wajib Pajak bukan hanya besarnya beban pajak yang terhutang dan dibayar oleh Wajib Pajak. Perumus kebijakan seharusnya juga dapat mendesign kebijakan pajak yang dapat meminimalisir deadweight losses dan administrative burdens. Sandford, Godwin and hardwick menggunakan terminology compliance cost , dengan definisi bagian dari beban administrative yang harus ditanggung oleh Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. Secara keseluruhan, beban yang ditanggung oleh wajib Pajak untuk melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban perpajakannya dinotasikan dalam suatu konsep yang disebut cost of taxation. 3 Dalam perspektif Slemrod dan Yitzhaki, cost of taxation bukan hanya pengorbanan dalam bentuk pengurangan penghasilan, yaitu besarnya marginal tax atau besaran nominal pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak. Pembayaran pajak mengurangi penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak, misalnya pajak penghasilan akan mengurangi laba bersih usaha, pajak penghasilan atas gaji seperti PPh pasal 21 akan mengurangi 3 Ibid, hlm 113 6 Universitas Indonesia take home pay. Begitu juga apabila penjual memilih untuk melakukan shifting backward, maka adanya pajak penjualan, akan menggurangi gross profi.t 4 Pengorbanan sebagian dari penghasilanpendapatan yang seharusnya bisa diterimadiperoleh lebih besar jika tidak ada pajak adalah salah satu cost of taxation yang lebih secara langsung dirasakan karena langsung mengurangi kemampuan ekonomis. Cost of taxation seperti deadweight efficiency loss from taxation,the excess burden of tax evasion dapat dikategorisasikan sebagai distortion cost, yaitu biaya yang timbul akibat adanya pemungutan pajak yang mengharuskan perusahaan mengubah strategi manajemennya mulai dari penentuan harga, perubahan strategi pemasaran,, perubahan strategi manajemen perpajakn tax planning serta perubahan perilaku atau pola kebiasaan. Dengan demikian, dalam menghitung cost of taxation yang dipikul oleh Wajib Pajak, hendaknya digunakan perspektif yang lebih luas dan komprehensif, yaitu bukan hanya memperhatikan atau menghitung tax burden dari marginal rate atau effective tax rate. Compliance cost bahkan bahkan bias terjadi juga kepada pihak ketiga yang diberi kewajiban untuk memungutmemotong pajak misalnya jika system perpajakan menggunakan withholding, misalnya pihak pemberi kerja yang harus memotong Pajak penghasilan PPh 21. Dengan demikian ada 5 lima indikator cost of taxation, yaitu : 1. Compliance cost 2. Administrative cost 3. Deadweight efficiency loss from taxation 4. The excess burden og tax evasion 5. Avoidance cost 5 Compliance cost dibagi menjadi 3 tiga elemen menurut Jon Abolins sebagai mana dikutip kembali oleh rosdiana a. Fiscal cost Dari sisi Wajib pajak merupakan biaya atau beban yang dapat diukur dengan nilai uang yang harus dikeluarkanditanggung oleh wajib pajak berkaitan dengan proses pelaksanaan kewajiban-kewajiban dan hak-hak perpajakan. Yang termasuk dalam kelompok biaya ini yaitu : 1. Honorgaji stafpegawai divisi pajak 2. Jasa konsultan yang disewa Wajib pajak 3. Biaya transportasi pengurusan perpajakan 4. Biaya pencetakan dan penfgadaan formulir 5. Biaya representasi biaya penjamuan 4 Op cit, hlm 113 5 Op cit, hlm. 115 7 Universitas Indonesia b. Time cost Adalah biaya berupa waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban dan hak-hak perpajakan, misalnya : 1. Waktu yang digunakan untuk mengisi formulir perpajakan 2. Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi SPT dan menyampaikan SPT 3. Waktu yang diperlukan untuk mendiskusikan tax management dan tax exposure dengan pihak konsultan pajak 4. Waktu yang diperlukan untuk membahas laporan hasil pemeriksaan 5. Waktu yang diperlukan untuk melakukan keberatan dan atau banding. c. Psychological Costs Merupakan biaya psikologis antara lain berupa stress atau ketidaktenangan, kegamangan, kegelisahan, ketidakpastian yang terjadi dalam proses pelaksanaan kewajiban-kewajiban dan hak-hak perpajakan. Misalnya stress yang terjadi saat pemeriksaan pajak, saat pengajuan keberatan dan atau banding

2.2 Konsep Daya Saing Nasional