Pajak dan Daya Saing Nasional

kerugian. Karena setiap orang dapat dengan mudah menhitung nilai terutang dan karena tidak ada keuntungan dari mempekerjakan tax lawyer dan akuntan, lump-sum tax menyebabkan beban administrasi minimal untuk para pembayar pajak.Jika lump-sum tax sangat efisien, kenapa kita tidak melihat nya di dunia nyata? Alasannya adalah efisiensi hanya merupakan tujuan dari sistem perpajakan. Lump-sum tax mungkin mengenakan nilai yang sama bagi orang yang miskin dan kaya. Untuk memahami sebuah sistem perpajakan yang sedang diamati, kita harus mempertimbangkan tujuan utama pajak : keadilan.

3.1 Pajak dan Daya Saing Nasional

Pemerintah telah membuat kebijakan stimulus untuk meningkatkan investasi korporasi dan daya saing produk dalam negeri. Kebijakan tersebut berupa pemberian fasilitas fiskal. Pemberian fasilitas fiskal merupakan merupakan terobosan dari sisi Kebijakan Fiskal. Alat-alat Kebijakan Fiskal dirancang untuk mendukung kebijakan perekonomian nasional dengan memperhatikan beberapa perspektif kepentingan seperti Kepentingan Masyarakat, Arah Kebijakan Industri Nasional, Arah Kebijakan Sektor Nasional yang lain, dan Penerimaan Negara sebagai upaya pencapaian fiscal sustainability. Untuk menjamin ketepatan, konsistensi, dan sinergi kebijakan fiskal dibidang sektor industri, Pemerintah harus fokus pada peta panduan roadmap klaster industri prioritas yang dibangun berdasarkan pada pemilihan industri berdaya saing tinggi, pemilihan produk-produk unggulan daerah, dan mendorong tumbuhnya industri andalan masa depan. Kebijakan Fiskal diharapkan dapat mendukung terwujudnya tujuan pembangunan industri nasional, yaitu 28 Tahun 2008 Tentang Kebijakan Industri Nasional : a. Jangka Panjang : “membangun industri dengan konsep pembangungan yang berkelanjutan yang didasarkan pada pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan ingkungan hidup” b. Jangka menengah :tumbuh dan berkembang memberikan sumbangan nilai tambah yang berarti bagi perekonomian dan menyerap tenaga kerja; menguasai pasar dalam negeri dan meningkatkan ekspor; mendukung perkembangan sektor infrastruktur; memberikan sumbangan terhadap penguasaan teknologi nasional; meningkatkan pendalaman struktur industri dan mendiversifikasi jenis-jenis produksinya; tumbuh menyebar ke luar Pulau Jawa. Alat Kebijakan Fiskal dalam kebijakan industrimeliputi : 1. Insentif Disinsentif Kebijakan Pendapatan Negara, yaitu : Pembebasan Bea Masuk, Bea Keluar, PPN tidak dipungutdibebaskan, dan Fasilitas PPh Badan. Sedangkan Kebijakan Belanja Negara, yaitu :Subsidi sektor tertentu, dan Pajak Ditanggung Permerintah. 2. Protektif 14 Universitas Indonesia Kebijakan Pendapatan Negara, yaitu : Tarif Bea Masuk BMAD, dan Safeguard A Insentif Pajak Penghasilan Penghasilan Penghasilan Untuk Penanaman Penanaman. Industri yang memanfaatkan Insentif Pembebasan Bea Masuk Dalam Rangka Pembangunan atau Pengembangan Industri, yaitu : 1. Industri yang menghasilkan barang 2. 7 tujuh kategori Industri Penghasil Jasa, yaitu Pariwisata dan kebudayaan, transportasi atau perhubungan, pelayanan kesehatan, pertambangan, konstruksi, telekomunikasi, dan kepelabuhan . Jadi Efektifitas Alat Kebijakan Fiskal dalam upaya peningkatan daya saing sangat ditentukan dengan penentuan tujuan dan subyek kebijakan serta pilihan bauran kebijakan fiskal yang cocok. Untuk azas transparansi dan akuntabilitas, kebijakan fiskal dirumuskan dalam bentuk produk hukum yang harus selalu berada pada koridor hukum sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.

3.2 Kebijakan Fiskal untuk Mendorong Sektor Maritim