Konsep Daya Saing Nasional

b. Time cost Adalah biaya berupa waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban dan hak-hak perpajakan, misalnya : 1. Waktu yang digunakan untuk mengisi formulir perpajakan 2. Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi SPT dan menyampaikan SPT 3. Waktu yang diperlukan untuk mendiskusikan tax management dan tax exposure dengan pihak konsultan pajak 4. Waktu yang diperlukan untuk membahas laporan hasil pemeriksaan 5. Waktu yang diperlukan untuk melakukan keberatan dan atau banding. c. Psychological Costs Merupakan biaya psikologis antara lain berupa stress atau ketidaktenangan, kegamangan, kegelisahan, ketidakpastian yang terjadi dalam proses pelaksanaan kewajiban-kewajiban dan hak-hak perpajakan. Misalnya stress yang terjadi saat pemeriksaan pajak, saat pengajuan keberatan dan atau banding

2.2 Konsep Daya Saing Nasional

Daya saing adalah kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang memenuhi pengujian internasional dan saat kemampuan daerah menghasilkan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan eksternal European Commission, 1999.Definisi daya saing nasional menurut Institute Of Management Development IMD, suatu lembaga yang menerbitkan “World Competitiveness Yearbook”, mendefinisikan daya saing nasional sebagai kemampuan suatu negara dalam menciptakan nilai tambah dalam rangka menambah kekayan nasional dengan cara mengelola aset dan proses, daya tarik dan agresivitas, globality, dan proximity serta dengan mengintegrasikan hubungan- hubungan tersebut ke dalam suatu model ekonomi dan sosial. Dengan katalain daya saing nasional merupakan suatu konsep yang diharapkan dapat mengidentifikasi peranan negara dalam memberikan iklim yang kondusif kepada perusahaan-perusahaan dalam mempertahankan daya saing domestik dan global. Menurut World Economic Forum WEF, daya saing nasional merupakan kemampuan perekonomian nasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan.Bank Dunia menyatakan hal yang sama dimana daya saing mengacu kepada besaran serta laju perubahan nilai tambah perunit input yang dicapai oleh perusahaan. Michael Porter 1990 menyatakan bahwa konsep daya saing yang dapat diterapkan pada level nasional tidak lain adalah “produktivitas” yang didefinisikannya sebagai nilai ouput yang dihasilkan oleh seorang tenaga kerja. Menurut Michael Porter 1990, pada dasarnya ada 4 empat faktor yang mempengaruhi daya saing suatu negara, faktor-faktor tersebut adalah: 8 Universitas Indonesia 1. Strategi, Struktur, dan Tingkat Persaingan Perusahaan, yaitu mencakup bagaimana unit-unit usaha di dalam suatu negara terbentuk, diorganisasikan, dan dikelola, serta bagaimana tingkat persaingan dalam negerinya. 2. Sumber Daya di suatu Negara, yaitu mencakup bagaimana ketersediaan sumber daya di suatu negara, yakni sumber daya manusia, bahan baku, pengetahuan, modal, dan infrastruktur. Ketersediaan tersebut menjadi penentu perkembangan industri di suatu negara. Ketika terjadi kelangkaan pada salah satu jenis faktor tersebut, maka investasi industri di suatu negara menjadi investasi yang mahal. 3. Permintaan Domestik, yaitu mencakup bagaimana permintaan di dalam negeri terhadap produk atau layanan industri di negara tersebut. Permintaan hasil industri, terutama permintaan dalam negeri, merupakan aspek yang mempengaruhi arah pengembangan faktor awalan keunggulan kompetitif sektor industri. Inovasi dan kemajuan teknologi dapat terinspirasi oleh kebutuhan dan keinginan konsumen. 4. Keberadaan Industri Terkait dan Pendukung, yaitu keberadaan industri pemasok atau industri pendukung yang mampu bersaing secara internasional. Faktor ini menggambarkan hubungan dan dukungan antar industri, dimana ketika suatu perusahaan memiliki keunggulan kompetitif, maka industri-industri pendukungnya juga akan memiliki keunggulan kompetitif. Porter mencontohkan Negara Italia sebagai Negara yang menerapkan hal tersebut.Italia tidak hanya sukses dalam industri sepatu dan kulit, namun juga telah berhasil mendorong industri pendukungnya seperti desain kulit, serta pengolahan kulit sepatu untuk berkembang sejalan dengan perkembangan industri sepatu dan kulit.Keempat komponen yang disebut sebagai model Porter’s Diamond tersebut mengkondisikan lingkungan di mana perusahaan-perusahaan berkompetisi dan mempengaruhi keunggulan daya saing suatu bangsa.Analisis tersebut menyatakan bahwa pemerintahan suatu negara memiliki peran penting dalam membentuk ekstensifikasi faktor-faktor yang menentukan tingkat keunggulan kompetitif industri suatu negara. Hal ini diperjelas dengan adanya 2 dua variabel tambahan yang mempengaruhi daya saing, yaitu: Kesempatan, yaitu perkembangan yang berada di luar kendali perusahaan-perusahaan dan biasanya juga di luar kendali pemerintah suatu bangsa, seperti misalnya penemuan baru, terobosan teknologi dasar, perkembangan politik eksternal, dan perubahan besar dalam permintaan pasar asing; dan Pemerintah, yakni pemerintah pada semua tingkatan pemerintahan dapat meningkatkan atau memperlemah keunggulan nasional. Peran pemerintah terutama dalam membentuk kebijakan yang mempengaruhi komponen-komponen dalam Porter’s Diamond.Misalnya, kebijakan anti-trust mempengaruhi persaingan nasional.Regulasi dapat mengubah faktor permintaan misalnya regulasi 9 Universitas Indonesia terkait subsidi BBM.Kebijakan pemerintah yang mendukung pendidikan dapat mengubah kondisi faktor produksi.Belanja pemerintah dapat merangsang industri terkait dan pendukung. Porter menggarisbawahi bahwa ketersediaan faktor-faktor seperti faktor sumber daya manusia, bahan baku, pengetahuan, dan infrastruktur, tidak ditentukan oleh perbedaan karakteristik alamiah suatu negara. Kemampuan suatu negara dalam menyediakan faktor-faktor sebagian besar ditentukan oleh political will dari pemerintah. Oleh karena itu, variabel pemerintah memegang peran penting dalam peningkatan daya saing nasional. Pandangan Porter maupun Bank Dunia, serta literatur-literatur lainnya mengenai daya saing nasional tidak hanya sebatas tingkat efisiensi suatu perusahaan saja, tetapi mencakup aspek yang lebih luas, artinya tidak fokus hanya pada level mikro perusahaan, tetapi juga mencakup aspek diluar perusahaan seperti iklim berusaha business environment yang jelas-jelas diluar kendali suatu perusahaan. Daya saing menurut Pusat Studi dan Pendidikan Kebanksentralan Bank Indonesia 2002 harus mempertimbangkan beberapa hal: 1. Daya saing mencakup aspek yang lebih luas dari sekedar produktivitas atau efisiensi pada level mikro. Hal ini memungkinkan kita lebih memilih mendefinisikan daya saing sebagai “kemampuan suatu perekonomian” daripada “kemampuan sektor swasta”. 2. Pelaku ekonomi economic agent bukan hanya perusahaan, tetapi juga rumah tangga, pemerintah, dan lain-lain. Semuanya berpadu dalam suatu sistem ekonomi yang sinergis. 3. Tujuan dari hasil akhir meningkatkan daya saing suatu perekonomian adalah meningkatkan tingkat kesejahteraan penduduk dalan perekonomian tersebut. Kesejahteraan level of living merupakan konsep yang sangat luas yang tidak hanya tergambarkan dalam sebuah besaran variabel seperti pertumbuhan ekonomi.Pertumbuhan ekonomi hanya merupakan satu aspek dari pembangunan ekonomi dalam rangka peningkatan standart kehidupan masyarakat. 4. Kata kunci dari konsep daya saing adalah “kompetisi”., dalam hal ini peran keterbukaan terhadap kompetisi dengan para kompetitor menjadi relevan. Kata “daya saing” akan kehilangan maknanya pada suatu perekonomian yang tertutup. 10 Universitas Indonesia

BAB 3 PEMBAHASAN