Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektivitas latihan range of motion ROM bahu terhadap peningkatan
ROM pada pasien post mastektomi di RSUP HAM Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana efektifitas latihan range of motion ROM bahu terhadap peningkatan terhadap ROM pada pasien post mastektomi?
1.3 Pertanyaan Penelitian
1.3.1 Bagaimana nilai ROM sebelum dilakukan latihan ROM bahu?
1.3.2 Bagaimana nilai ROM sesudah dilakukan latihan ROM bahu?
1.3.3 Bagaimana efektivitas latihan ROM bahu terhadap peningkatan
ROM pada pasien post mastektomi?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi efektivitas latihan ROM bahu terhadap peningkatan ROM pada pasien post mastektomi di RSUP HAM Medan.
1.4. 2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi nilai ROM sebelum dilakukan latihan ROM bahu 2. Mengidentifikasi nilai ROM sesudah dilakukan latihan ROM bahu
3. Mengidentifikasi efektivitas latihan ROM bahu terhadap peningkatan ROM
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelititan
1.5.1 Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pendidikan keperawatan untuk dapat dijadikan sebagai suatu materi skill lab latihan pada
pasien post mastektomi.
1.5.2 Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bukti akan efek latihan bahu terhadap peningkatan range of motion ROM sehingga dapat dijadikan sebagai
suatu intervensi keperawatan bagi pasien post mastektomi.
1.5.3 Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian dapat menjadi data dasar untuk penelitian selanjutnya dan untuk menambah referensi tentang latihan bagi pasien post mastektomi.
Universitas Sumatera Utara
8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker Payudara
2.1.1 Definisi Kanker Payudara
Kanker payudara adalah entitas patologi yang dimulai dengan perubahan genetik pada sel tunggal dan memerlukan waktu untuk dapat
terpalpasi Smeltzer, 2010. Kanker payudara atau Ca Mamae adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel pada jaringan mamae yang
tidak normal yang terbatas yang tumbuh perlahan karena suplai lipatik yang jarang ketempat sekitar jaringan mamae yang mengandung banyak pembuluh
limfe dan meluas dengan cepat dan segera bermetastase Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2010.
Kanker payudara adalah tumor ganas yang berawal dari sel-sel pada payudara. Tumor ganas adalah kelompok dari sel-sel kanker yang bisa tumbuh
menyerbu sekitar jaringan atau menyebar metastase ke bagian tubuh yang jauh ACS, 2014.
2.1.2 Etiologi Kanker Payudara
Smeltzer dan Bare 2002 menyebutkan bahwa secara spesifik tidak diketahui penyebab terjadinya kanker payudara, namun serangkaian faktor
genetik, regulasi hormonal dan faktor lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker payudara. Bukti yang ada menunjukkan kalau perubahan genetik
berpengaruh terhadap terjadinya kanker payudara, namun belum diketahui pasti
Universitas Sumatera Utara
apa yang menyebabkan perubahan genetik. Perubahan genetik termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein baik yang
menekan atau yang meningkatkan perkembangan kanker payudara. Hormon esteroid yang dihasilkan ovarium estradiol dan progesteron mengalami
perubahan dalam lingkungan seluler yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker payudara.
2.1.3 Faktor Risiko
Faktor risiko penting diketahui untuk membantu mengembangkan program- program pencegahan. Karena kebanyakan wanita yang didiagnosa
kanker payudara tidak mempunyai faktor- faktor risiko yang teridentifikasi kecuali hanya lingkungan hormonal mereka.
Smeltzer 2010 menyatakan faktor risiko kanker payudara mencakup : 1. Gender 99 pada wanita
2. Usia lanjut 3. Biasanya pada wanita dengan status ekonomi yang lebih tinggi dan
pada yang berkulit putih. Wanita berkulit putih sedikit lebih mungkin untuk berkembangnya kanker payudara dari pada wanita Amerika-
Afrika, tetapi wanita Amerika- Afrika lebih mungkin untuk meninggal karena kanker ini. Namun, pada wanita dibawah 45 tahun, kanker
payudara lebih sering pada wanita Amerika-Afrika. Wanita Asia, Hispanik, dan pendudk asli Amerika memiliki resiko lebih rendah dari
perkembangan dan kematian akibat kanker payudara
Universitas Sumatera Utara
4. Kanker payudara sebelumnya. Risiko terjadinya kanker di payudara yang sama atau yang lain meningkat hampir 1 setiap tahun
5. Riwayat keluarga. Memiliki kerabat derajat satu yang menderita kanker payudara Ibu, anak perempuan, saudara perempuan
meningkatkan risiko hingga dua kali lipat, memiliki dua kerabat derajat satu yang menderita kanker payudara meningkatkan risiko lima
kali lipat 6. Mutasi genetik BRCA1 atau BRCA2 menyebabkan sebagian besar
kanker payudara yang diturunkan 7. Faktor hormonal. Menarche dini sebelum usia 12 tahun, menopause
usia lanjut setelah usia 50 tahun , dan terapi hormon 8. Riwayat reproduksi. Nulipara atau terlambat kehamilan pertama yaitu
diatas usia 30 tahun 9. Kontrasepsi oral. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral beresiko
tinggi untuk mengalami kanker payudara. Bagaimanapun, risiko tinggi ini menurun dengan cepat setelah penghentian medikasi.
10. Faktor lain dapat mencakup pajanan terhadap radiasi ionisasi selama masa remaja dan obesitas di masa dewasa awal, asupan alkohol bir,
anggur, atau cairan alkohol.
2.1.4 Pengobatan kanker payudara
Jenis pengobatan kanker payudara, yaitu ACS, 2014 : 1. Pembedahan: breast-conserving surgery dan mastektomi
Universitas Sumatera Utara
2. Terapi radiasi 3. Kemoterapi
4. Terapi hormon 5. Targeted therapy
6. Bone-directed therapy
2.1.5 Mastektomi
Mastektomi adalah pembedahan untuk mengangkat seluruh payudara. Seluruh jaringan payudara diangkat, kadang- kadang terus ke jaringan lain
yang ada di dekatnya ACS, 2014. Lowdermilk, et al 2012 mengatakan bahwa mastektomi adalah mengangkat payudara, termasuk mengangkat puting
dan juga areola. Indikasi dilakukan bedah mastektomi pada penderita kanker payudara
menurut Lowdermilk, et al 2012, yaitu: 1 melakukan radiasi pada payudara, 2 beberapa tumor di payudara menduduki beberapa kuadran
payudara, 3 DCIS luas yang menempati area yang luas dari jaringan payudara, 4 tumor besar dibandingkan dengan volume payudara.
Tipe Mastektomi: 1 Mastektomi sederhana
Juga dikenal dengan mastektomi total. Ahli bedah mengangkat seluruh payudara termasuk putting susu, tetapi tidak mengangkat nodes axillary atau
jaringan otot dari dibawah payudara. Mastektomi sederhana paling banyak digunakan untuk mengobati kanker payudara. Penyembuhan dari pembedahan
Universitas Sumatera Utara
ini jika tidak dilakukan rekonstruksi pada waktu yang bersamaan yaitu sekitar 1 hingga 2 minggu.
2 Skin-sparing mastectomy Yaitu mengangkat payudara, puting dan areola, menjaga kulit luar
payudara tetap utuh. Ini merupakan metode khusus melakukan mastektomi yang memungkinkan untuk hasil kulit yang baik bila dilakukan rekonstruksi
segera. 3 Modifikasi mastektomi radikal
Prosedur ini adalah mastektomi sederhana dan menghilangkan axillary limph nodes. Penyembuhan jika tidak dilakukan rekonstruksi disaat yang sama
yaitu sekitar 2 hingga 3 minggu. 4 Radikal mastektomi
Pada operasi besar ini, ahli bedah mengangkat seluruh payudara, axillary lymph nodes dan pectoral dinding dada muscle dibawah payudara.
Pembedahan ini dilakukan untuk tumor yang sudah besar yang tumbuh ke pectoral muscle dibawah payudara.
5 Niple sparing mastectomy Jenis pembedahan ini ialah pembedahan yang direncanakan untuk
sejumlah kecil wanita dengan tumor yang tidak dekat daerah dengan areola putting. Ahli bedah membuat insisi pada bagian luar payudara atau disekitar
tepi areola atau rongga luar payudara, menghapus areola dan menjaga puting tetap utuh. Kadang- kadang rekonstruksi segera dilakukan disaat yang
bersamaan dengan pembedahan.
Universitas Sumatera Utara
6 Niple and areola sparing mastectomy Pada pembedahan ini ahli bedah membuat insisi pada sisi payudara,
atau pada sebagian kasus disekitar tepi areola. Payudara dilubangi dan segera dilakukan rekonstruksi disaat bersamaan.
7 Scar sparing mastectomy Payudara yang terkena kanker dilubangi lalu tindakan tergantung pada
apakah dilakukan skin sparing, nipple sparing, areola sparing ataupun campuran. Tujuan dari pembedahan ini adalah untuk meminimalisasikan
terlihatnya bekas sayatan. Ini tidak jarang dilakukan untuk sebuah prosedur mastektomi yang akan dilakukan melalui sebuah lubang yang panjangnya
kurang dari 2 inci. 8 Preventive prophylactic mastectomy
Pembedahan prophylactic ini didesain untuk mengangkat 1 atau 2 payudara yang bertujuan untuk mengurangi risiko menyebarnya kanker
payudara. Wanita yang memiliki genetik ataupun riwayat keturuna kanker payudara dapat memilih jenis pembedahan ini. Pembedahan ini tidak
mengangkat nodes limph karena tidak ada bukti yang menunjukkan kehadiran kanker. Diharuskan untuk melakukan mamografi selama 90 hari setelah
pembedahan untuk memastikan bahwa jaringan payudara yang sehat dihilangkan untu tujuan pencegahan.
Setelah pembedahan, banyak komplikasi yang mungkin timbul pada pasien kanker payudara. Sommers Fannin 2011 menyebutkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
komplikasi dapat berupa : hematoma, infeksi, seroma penumpukan akumulasi cairan pada daerah operasi, keterbatasan ROM, perubahan
sensori, dan lymphedema. Seroma biasanya dicegah dengan pemasangan drainase pada lokasi operasi hingga 7 hari setelah operasi. Drainase biasanya
dilepas jika terjadi pengurangan cairan sekitar 30 cc per hari. ROM untuk lengan bawah dimulai dalam 24 jam setelah operasi, dan ROM penuh serta
latihan bahu lainnya dimulai setelah mendapat izin dari ahli bedah dan setelah drainase dilepas. Perubahan sensori seperti: mati rasa, kelemahan,
kulit menjadi sensitive, gatal, berat, dan sensasi phantom dapat berlansung selama setahun.
2.2 Range Of Motion ROM
2.2.1 Defenisi ROM
Range of Motion ROM adalah kemampuan maksimal seseorang dalam melakukan gerakan. Merupakan ruang gerak atau batas- batas gerakan
dari kontraksi otot dalam melakukan gerakan, apakah otot memendek secara penuh atau tidak, atau memanjang secara penuh atau tidak Lukman dan
Ningsih, 2009. Suratun, et al 2006 Range of motion adalah gerakan yang dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan.
Latihan ROM ialah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan
lengkap untuk meningkatkan massa dan tonus otot sehingga dapat mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur Nurhidayah, et al, 2014. Latihan
Universitas Sumatera Utara
ROM adalah latihan yang menggerakkan persendian seoptimal dan seluas mungkin sesuai kemampuan seseorang yang tidak menimbulkan rasa nyeri
pada sendi yang digerakkan. Adanya pergerakan pada persendian akan menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah ke dalam kapsula sendi
Astrand, et al., 2003.
2.2.2 Manfaat ROM
Nurhidayah, et al 2014 menyatakan bahwa manfaat ROM adalah: 1 Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan
pergerakan 2 Mengkaji tulang, sendi dan otot
3 Mencegah terjadinya kekakuan sendi 4 Memperlancar sirkulasi darah
5 Memperbaiki tonus otot 6 Meningkatkan mobilisasi sendi
7 Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
2.3.3 Prinsip Latihan ROM
1 ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari 2 ROM dilakukan perlahan dan hati- hati sehingga tidak melelahkan
pasien 3 Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien,
diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring
Universitas Sumatera Utara
4 Bagian- bagian tubuh yang dapat dilakukan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki dan pergelangan kaki
5 ROM dapat dilakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian- bagian yang dicurigai mengalami proses penyakit
6 Melakukan ROM harus pada waktu yang sesuai seperti setelah mandi atau setelah perawatan rutin
2.3.4 Klasifikasi ROM
Suratun, et al 2006, menyatakan bahwa ada beberapa klasifikasi latihan ROM, yaitu:
1 Latihan ROM pasif, yaitu latihan ROM yang dilakukan pasien dengan bantuan dari orang lain, perawat, ataupun alat bantu setiap kali
melakukan gerakan. Indikasi : pasien semi koma atau tidak sadar, pasien usia lanjut dengan mobilitas terbatas, pasien tirah baring total,
atau pasien dengan paralisis ekstremitas total. Kekuatan otot 50. 2 Latihan ROM aktif, yaitu latihan ROM yang dilakukan mandiri oleh
pasien tanpa bantuan perawat pada setiap melaukan gerakan. Indikasi : semua pasien yang dirawat dan mampu melakukan ROM sendiri dan
kooperatif. Kekuatan otot 75. Gerakan pada ROM:
Fleksi : gerakan menekuk persendian
Ekstensi : gerakan meluruskan persendian
Abduksi : gerakan satu anggota tubuh kearah mendekati aksis tubuh
Universitas Sumatera Utara
Adduksi : gerakan satu anggota tubuh kearah menjauhi aksis tubuh
Rotasi : gerakan memutar atau menggerakkan satu bagian melingkar
aksis tubuh Pronasi
: gerakan memutar ke bawah Supinasi
: gerakan memutar ke atas Inversi
: gerakan ke dalam Eversi
: gerakan ke luar
2.3.5 Latihan ROM
Tabel 2.1 Latihan ROM pada bahu
Anggota gerak
Gerakan Rentang
derajat Otot-otot utama
Bahu Fleksi
Ekstensi
Hiprekstensi
Abduksi Adduksi
Internal rotasi
Eksternal rotasi 180
180
45-60
180 320
90
90 Korakobrakialis,
bisep brakhil, deltoid, pektoralis
mayor Latissmus dorsi,
teres mayor, trisep brakhii
Latissmus dorsi, teres mayor,
deltoid Deltoid,
supraspinatus Pektoralis mayor
Pektoralis mayor, latissmus dorsi,
teres mayor Infraspinatus,
teres mayor, deltoid
Sumber : Perry Potter, 2005
Universitas Sumatera Utara
18
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian
Kerangka konseptual dalam penelitian ini menggambarkan bahwa variabel dependen terikat dipengaruhi oleh variabel independen bebas, dimana latihan
ROM bahu variabel independen mempengaruhi peningkatan ROM pada pasien post mastektomi di RSUP Haji Adam Malik Medan.
Dari uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:
Keterangan : : Diteliti
: Hubungan Pre-intervensi
Intervensi Latihan
ROM Bahu
Post-Intervensi
Universitas Sumatera Utara
3.2 Definisi Operasional
Tabel 3. 1 Defenisi operasioanal
Variabel Definisi Operasional
Alat ukur Hasil
pengukuran Skala
Independen: Latihan
ROM Latihan yang
menggerakkan persendian bahu
seoptimal mungkin sesuai
dengan kemampuan
seorang pasien post mastektomi
RSUP HAM Medan yang tidak
menimbulkan rasa nyeri pada
sendi bahu yang dilakukan setiap
hari berturut- turut selama 1
minggu dengan 8 kali pengulangan
disetiap gerakan, sebanyak 2 kali
sehari yaitu pagi dan sore.
- -
ependen: Peningkatan
ROM Pertambahan
derajat ROM seorang pasien
post mastektomi RSUP HAM
Medan dari sebelum dan
setelah diberikan latihan ROM
bahu berupa fleksi,
ekstensi,abduksi, adduksi, internal
rotasi, eksternal rotasi
oniometri ilai yang
ditunjukkan pada
Goniometri asio
Universitas Sumatera Utara
3.3 Hipotesa Penelitian