Secara umum apabila karakteristik dari air sungai belum diketahui, ,maka pada Boiler Feed Water Treatment Plant,
memakai “Demin Plant” saja dan bukan “Water Softener”.
Namun seandainya air sungai yang di gunakan kadar silicanya SiO2 kurang dari 8 ppm, maka di sarankan me
makai “Water Softener”.
h. Steam Boiler
1 Satu unit ketel Steam Boiler diperlukan untuk proses pabrik kelapa sawit. Ketel dengan kapasitas 20.000 kgjam, merupakan ketel pipa air
Water Tube Boiler dan uapnya merupakan “Superheated Steam” dan mempunyai temperatur 260°C dan tekanan 21 kgcm².
Pada waktu mulai mengadakan “Pengeringan Drying Out” ketel waktu pertama kali bahan bakar kayu dan chemical supaya disediakan
sendiri oleh pemilik PPKS. Pada umumnya Boiler yang digunakan memiliki lisensi dari Inggris.
i.
Stasiun Pembangkit 1 Satu unit Turbin kapasitas 900 KW dan 2 dua unit diesel
generator set 350 KW 400 KVA dan 200 KW merupakan design yang di berikan untuk start upshut down boiler gensetnya buatan Inggris.
Turbin memakai buatan USA. Namun selama pembangunan proyek Genset yang 200 KW yang dipakai dahulu untuk bekerja dan setelah
proyek selesai akan dipakai untuk maintenance pabrik.
5. Konsep Nilai Tambah
Pengertian nilai tambah added value adalah penambahan nilai suatu
komoditi karena komoditi tersebut telah mengalami proses pengolahan, pengangkutan, atau penyimpanan dalam suatu proses produksi. Menurut
Hardjanto 1991, nilai tambah didefinisikan sebagai pertambahan nilai suatu komoditi karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada
komoditi yang bersangkutan. Input fungsional tersebut dapat berupa proses perubahan bentuk form utility, pemindahan tempat place utility,
maupun proses penyimpanan time utility. Faktor teknis meliputi unsur kualitas mutu produk, penerapan teknologi, kapasitas produksi,
penggunaan unsur tenaga kerja, jumlah bahan baku, dan input penyerta. Faktor ini mempengaruhi harga jual produk, sedangkan faktor non teknis
faktor pasar meliputi harga jual output, upah tenaga kerja, harga bahan baku, informasi pasar, modal investasi teknologi, dan nilai input lainnya.
Faktor non teknik ini dapat mempengaruhi faktor konversi banyaknya produk yang dapat dihasilkan dari satu satuan bahan baku dan biaya
produksi. Analisis nilai tambah berfungsi sebagai salah satu indikator dalam
keberhasilan sektor agribisnis. Menurut Hardjanto 1991, kegunaan dari menganalisis nilai tambah adalah salah satunya untuk mengetahui
besarnya nilai tambah yang terjadi akibat perlakuan tertentu yang diberikan pada komoditas pertanian
6.
Kapasitas Produksi
Menurut Handoko 1984, kapasitas adalah suatu tingkat keluaran atau output maksimum dari suatu sistem produksi dalam periode tertentu dan
merupakan kuantitas keluaran tertinggi yang mungkin selama periode waktu itu. Suatu kapasitas perusahaan merupakan konsep dinamik yang
dapat diubah dan dikelola. Dalam rangka memproduksi atau menghasilkan suatu produk, baik barang
maupun jasa, perusahaan dapat terlebih dahulu merencanakan besar kapasitas produksi yang harus dicapai untuk memperoleh laba yang
inginkan. Artinya dalam hal ini besar laba merupakan prioritas yang harus dicapai perusahaan, disamping hal-hal lainnya. Salah satu caranya adalah
perusahaan harus mengetahui terlebih dahulu berapa titik impasnya, artinya perusahaan beroperasi pada jumlah produksi atau penjualan
tertentu. Analisis break even point BEP dapat digunakan untuk menentukan
berapakah jumlah kapasitas produksi dalam rupiah atau unit keluaran yang harus dihasilkan oleh perusahaan dengan membandingkan hasil
kapasitas produksi yang telah dikeluarkan perusahaan sebelumnya. Analisis ini merupakan peralatan yang berguna untuk menjelaskan
hubungan antara biaya, pendapatan dan volume penjualan atau produksi. Tujuan analisis ini menunjukkan berapa besar laba perusahaan yang akan
diperoleh atau rugi yang akan diderita pada berbagai tingkat volume yang
berbeda-beda di atas dan di bawah titik BEP.
7. Kajian Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Irawan 2011 tentang Analisis nilai tambah dan strategi
pengembangan Agroindustri karet remah pada PT Perkebunan VII Unit Usaha Pematang kiwah, menunjukkan bahwa Agroindustri PTPN VII Unit
usaha PEWA memberikan nilai tambah yang positif yakni sebesar 48,39 dengan kapasitas produksi 50-60 ton karet SIR10 perhari.
Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan 2002 tentang Kajian Produktivitas dan Nilai Tambah pengolahan sawit pada PT Perkebunan
Nusantara XIII menunjukkan nilai tambah tandan buah segar TBS yang diolah adalah Rp 222,353 pada tahun 1999. Pada tahun 2000 terjadi
penurunan sebesar 9,1 persen menjadi 202,127 per kilogram TBS yang diolah
Penelitian yang dilakukan oleh Kamsari 1999 tentang kajian Strategi Teknologi dalam Upaya Peningkatan Nilai Tambah Proses Pengolahan
Kelapa Sawit pada PT. Tolan Tiga Indonesia menunjukkan bahwa nilai tambah produk CPO dan inti sawit pada tahun 1997 adalah Rp 23,494 kg
dengan rasio 8,1145 dan pada tahun 1998 terjadi kenaikan 180,6425 kg. Kenaikan ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu nilai tukar rupiah yang
sangat menguntungkan untuk industri kelapa sawit, dan efisiensi yang dilakukan oleh perusahaan
B. Kerangka Pemikiran
Agribisnis kelapa sawit mempunyai prospek yang cerah, namun produktivitas kelapa sawit nasional saat ini masih relatif rendah meskipun menempati
posisi nomor 2 di dunia setelah Malaysia. Agroindustri kelapa sawit berupa CPO PKO merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan
kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Meningkatnya konsumsi CPO kelapa sawit dalam negeri ini diakibatkan oleh membaiknya
sektor industri berbahan baku CPO kelapa sawit yang memiliki permintaan yang tinggi dipasar seperti minyak goreng, alat kebersihan, dan oli buat
kendaraan bermotor. Sementara itu, di pasar internasional permintaan CPO sawit juga semakin baik.
Kelapa sawit juga menjadi salah satu komoditas unggulan Propinsi Lampung
selain kopi, lada, kelapa, kakao, karet, dan tebu. Propinsi Lampung merupakan salah satu sentra produsen sawit di Pulau Sumatera. PT
Perkebunan Nusantara VII Persero Unit Usaha Rejosari merupakan perusahaan milik negara BUMN yang bergerak di bidang pengolahan sawit
di Propinsi Lampung. Nilai tambah sangat penting digunakan karena sebagai tolak ukur untuk
mengetahui apakah dengan pengolahan komoditas kelapa sawit mampu memberikan penambahan nilai secara ekonomis sehingga mashih layak untuk
dikembangkan