2.4.2 Metabolisme dan Ekskresi
Karena termasuk golongan amida, bupivakain dimetabolisme melalui proses konjugasi oleh asam glukoronida di hati. Sebagian kecil diekskresi melalui urin
dalam bentuk utuh.
2.4.3 Bupivakain Hidroklorida Hiperbarik
Larutan bupivakain hidroklorida hiperbarik bupivakain adalah larutan anestesi lokal bupivakain yang mempunyai berat jenis lebih besar dari berat jenis
cairan serebrospinal
1,003-1,008. Cara
pembuatannya adalah
dengan menambahkan larutan glukosa kedalam larutan isobarik bupivakain.
Cara kerja larutan hiperbarik bupivakain adalah melalui mekanisme hukum gravitasi, yaitu suatu zatlarutan yang mempunyai berat jenis yang lebih besar dari
larutan sekitarnya akan bergerak ke suatu tempat yang lebih rendah. Dengan demikian larutan bupivakain hiperbarik yang mempunyai barisitas lebih besar akan
cepat ke daerah yang lebih rendah dibandingkan dengan larutan bupivakain yang isobarik, sehingga mempercepat penyebaran larutan bupivakain hiperbarik tersebut.
25
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Mekanisme Kerja Anestesi Lokal
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran larutan bupivakain hiperbarik pada Anestesi spinal :
1. Gravitasi : Cairan serebrospinal pada suhu 37°C mempunyai BJ 1,003-1,008. Jika
larutan hiperbarik yang diberikan kedalam cairan serebrospinal akan bergerak oleh gaya gravitasi ke tempat yang lebih rendah, sedangkan larutan hipobarik
akan bergerak berlawanan arah dengan gravitasi seperti menggantung dan jika larutan isobarik akan tetap dan sesuai dengan tempat injeksi.
2. Postur tubuh : Makin tinggi tubuh seseorang, makin panjang medula spinalisnya dan
volume dari cairan serebrospinal di bawah L
2
makin banyak sehingga penderita yang lebih tinggi memerlukan dosis yang lebih banyak dari pada yang pendek.
3. Tekanan intra abdomen :
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan tekanan intra abdomen menyebabkan bendungan saluran pembuluh darah vena abdomen dan juga pelebaran saluran-saluran vena di ruang
epidural bawah, sehingga ruang epidural akan menyempit dan akhirnya akan menyebabkan penekanan ke ruang subarakhnoid sehingga cepat terjadi
penyebaran obat anestesi lokal ke kranial. Perlu pengurangan dosis pada keadaan seperti ini.
4. Anatomi kolumna vertebralis : Anatomi kolumna vertebralis akan mempengaruhi lekukan-lekukan saluran
serebrospinal, yang akhirnya akan mempengaruhi tinggi anestesi spinal pada penggunaan anestesi lokal jenis hiperbarik.
5. Tempat penyuntikan : Makin tinggi tempat penyuntikan, maka analgesia yang dihasilkan makin
tinggi. Penyuntikan pada daerah L
2-3
lebih memudahkan penyebaran obat ke kranial dari pada penyuntikan pada L
4-5
. 6. Manuver valsava :
Setelah obat disuntikkan penyebaran obat akan lebih besar jika tekanan dalam cairan serebrospinal meningkat yaitu dengan cara mengedan.
7. Volume obat : Efek volume larutan bupivakain hiperbarik pada suatu percobaan yang
dilakukan oleh Anellson, 1984, dikatakan bahwa penyebaran maksimal obat kearah sefalad dibutuhkan waktu kurang lebih 20 menit pada semua jenis volume
obat 1,5 cc, 2 cc, 3 cc dan 4 cc. Mula kerja untuk tercapainya blok motorik akan bertambah pendek waktunya dengan bertambahnya volume. Makin besar
volume obat makin tinggi level blok sensoriknya. 8. Konsentrasi obat :
Dengan volume obat yang sama ternyata bupivakain 0,75 hiperbarik akan menghasilkan penyebaran obat ke arah sefalad lebih tinggi beberapa segmen
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan dengan bup kerja obat akan lebih pa
bupivakain 0,75. Dem bermakna pada bupivaka
9. Posisi tubuh : Dalam suatu perc
pengaruh penyebaran ob tubuh, sedangkan pada
Pada larutan hiperbarik p pada posisi duduk hanya
10. Lateralisasi : Lateralisasi pada la
dengan posisi berbaring Wildsmith disimpulkan b
pada sisi tubuh sebelah b menit setelah obat disunt
sedangkan pada sisi atas
2.5. Neostigmin Methylsulf