BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Dari sisi ekonomi, lahan
merupakan input tetap yang utama dari berbagai kegiatan produksi komoditas pertanian dan non pertanian. Banyaknya lahan yang digunakan untuk kegiatan
produksi tersebut secara umum merupakan permintaan turunan dari kebutuhan dan permintaan komoditas yang dihasilkan. Perkembangan kebutuhan lahan untuk
setiap jenis kegiatan produksi akan ditentukan oleh perkembangan jumlah permintaan setiap komoditas Utama, 2006.
Penggunaan lahan secara umum dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan non-pertanian. Dari
penggunaan lahan pertanian, banyak komoditi pertanian menjadi komoditi ekspor Indonesia, tetapi yang paling menonjol adalah komoditi dari sub sektor
perkebunan yaitu sekitar 85 dari total ekspor hasil pertanian Daulay, 2003.
Dalam sub sektor perkebunan, kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang cukup penting. Melihat keberhasilan proyek-proyek pengembangan kelapa
sawit serta kemudahan dalam teknis budidaya, petani-petani kecil dan menengah juga pemilik perusahaan swasta dan nasional menaruh perhatian dalam
pelaksanaan penanaman kelapa sawit dalam bentuk perubahan tanaman baru maupun konversi dari komoditi lain Kamdi, 1989.
Universitas Sumatera Utara
Biasanya petani merubah fungsi lahannya dari komoditi lama menjadi komoditi yang baru karena dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang bersifat
ekonomi maupun yang bersifat sosial. Faktor ekonomi terdiri dari jumlah tanggungan, luas lahan dan tenaga kerja. Sedangkan faktor sosial terdiri dari
umur, pendidikan dan pengalaman kerja. Salah satu komoditi yang diganti dengan tanaman baru adalah tanaman karet yang dikonversi menjadi tanaman kelapa
sawit Daulay, 2003. Belakangan, laju pertumbuhan perkebunan kelapa sawit rakyat di kabupaten
Labuhan Batu lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan komoditi karet rakyat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Luas Areal dan Jumlah Kepala Keluarga Petani Karet dan Kelapa Sawit Kabupaten Labuhan Batu
Komod iti
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010 2011
karet ha
84.1 36
84.3 16
84.1 37
83.7 56
81.4 89
67.56 8
67.08 6
67.08 6
66.02 1
66.40 2
71.51 6
70.38 7
KK petani
29.4 19
29.4 19
30.4 21
36.7 37
35.3 40
34.76 2
34.67 2
34.67 2
35.17 7
22.65 2
35.47 6
35.80 7
kelapa sawit
ha 79.0
00 79.0
00 79.4
07 82.6
89 85.5
27 130.2
27 131.3
11 131.3
11 133.7
12 137.7
60 138.1
49 142.7
36 KK
petani 30.3
47 30.3
47 26.5
77 31.8
19 33.8
05 35.09
2 40.19
7 40.19
7 41.15
3 44.73
8 44.78
46.11 5
Sumber: Dinas Perkebunan Sumatera Utara,2011 Dengan memperhatikan data pada Tabel 1, terlihat bahwa perubahan areal
luas tanaman karet cenderung menurun dan fluktuatif sedangkan pada tanaman kelapa sawit, terjadi peningkatan luas areal setiap tahunnya.
Berdasarkan data yang diperoleh di Dinas Perkebunan Labuhan Batu, dapat dilihat grafik perkembangan luas area karet per kecamatan di Labuhan Batu dari
tahun 2000-2011 pada Gambar 1.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Luas area karet di Kabupaten Labuhan Batu Berdasarkan Kecamatan Tahun 2000-2011
0,00 500,00
1000,00 1500,00
2000,00 2500,00
3000,00 3500,00
4000,00
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010 2011
rantau utara rantu selatan
panai hilir
0,00 1000,00
2000,00 3000,00
4000,00 5000,00
6000,00 7000,00
8000,00 9000,00
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010 2011
bilah hulu pangkatan
bilah barat
0,00 200,00
400,00 600,00
800,00 1000,00
1200,00 1400,00
1600,00 1800,00
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010 2011
blah hilir panai hulu
panai tengah
Universitas Sumatera Utara
Berkaitan dengan hal diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti faktor- faktor apa yang menyebabkan terjadinya konversi lahan karet menjadi lahan
kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu studi kasus Kecamatan Bilah Hulu Desa Kampung Dalam.
1.2. Identifikasi Masalah