Analisis Konversi Lahan Karet Menjadi Lahan Kelapa Sawit (Studi Kasus : Desa Kampung Dalam, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu)

(1)

ANALISIS KONVERSI LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT

( Studi Kasus : Desa Kampung Dalam, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu )

SKRIPSI

OLEH :

CINDI MELANI GOENAWAN 090304102

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

ANALISIS KONVERSI LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT

( Studi Kasus : Desa Kampung Dalam, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu )

SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S) (HM Mozart. B.Darus, M.Sc) NIP. 19641102198903 2 001 NIP. 19570217198603 2 001

Mengetahui :

Ketua Program Studi Agribisnis

( Dr.Ir.Salmiah M.Si) NIP : 195702171986082001


(3)

ABSTRAK

Alih fungsi lahan atau lazimnya disebut konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensin lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai perubahan untuk penggunaan lain disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit di Desa Kampung Dalam. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi konversi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit adalah biaya input karet, biaya input kelapa sawit, biaya tenaga kerja karet, dan biaya tenaga kerja kelapa sawit. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi konversi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit adalah biaya tenaga kerja karet dan biaya tenaga kerja kelapa sawit. Data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan petani di Desa Kampung Dalam Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhan Batu,dan data sekunder. Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel, digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel yang ada menggunakan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square).

Dari hasil metode backward, diperoleh hasil penelitian yaitu: biaya tenaga kerja karet dan biaya tenaga kerja kelapa sawit secara simultan dan parsial berpengaruh nyata terhadap konversi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit di Desa Kampung Dalam Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhan Batu.


(4)

RIWAYAT HIDUP

CINDI MELANI GOENAWAN lahir pada tanggal 28 Februari 1992 di Rantauprapat. Merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Papa alm. Guntur Gunawan Surya dan Mama Masjuita, S.H.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebagai Berikut :

1. Tahun 1996 bersekolah di TK Kemala Bhayangkari 2 Rantauprapat dan Tamat pada tahun 1997.

2. Tahun 1997 bersekolah di Sekolah Dasar Kemala Bhayangkari Rantauprapat dan Tamat pada tahun 2003.

3. Tahun 2003 bersekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Rantauprapat dan tamat pada tahun 2006.

4. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Rantau Utara dan tamat pada tahun 2009

5. Tahun 2009 masuk di Departemen Agribisnis Universitas Sumatra Utara Medan melalui Jalur Masuk SNMPTN.

Kegiatan yang pernah diikuti penulis adalah sebagai berikut : 1. Merupakan Anggota IMASEP di bidang hubungan masyarakat.

2. Bulan Juli 2013 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Desa Tanah Merah Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Bulan September 2013 Melaksanakan Penelitian di Desa Kampung Dalam Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhan Batu.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “ Analisis Konversi Lahan Karet Menjadi Lahan Kelapa Sawit di Kabupaten Labuhan Batu (Studi Kasus Desa Kampung Dalam Kecamatan Bilah Hulu)”.

Skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi sebagian dari syarat – syarat guna Memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Bapak HM Mozart B. Darus, M.Sc selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan penulis bimbingan dan arahan serta saran dengan penuh kesabaran selama beberapa bulan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Papa tersayang alm. Guntur Gunawan Surya dan Mama Masjuita, S.H. serta kakak Dr. Sonya Anastasia, adik Olivia Gabriela Gunawan,abang Ananda Rarasto S.STP M.P.


(6)

4. Teman-teman yumiciraka: Ayunda Pratiwi, Siti Sara, Friska E.D. Panjaitan, Khalida Utami.

5. Ayu Anggraini Puspitasri S.H., abang Johan Karnizar, S.H, mas Dwi Poernomo SSTP, kakak Nadhila Izzaty Fairus S.E, koko Jovan B.Sc (Hons), S.E, dan teman-teman yang telah memberikan doa dan perhatian begitu banyak serta dukungan baik moril maupun materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di waktu yang tepat

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih Jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini dikemudian hari. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2013


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 4

1.3.Tujuan Penelitian ... 4

1.4.Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka ... 5

2.2. Landasan Teori ... 9

2.3. Penelitian Sebelumnya ... 12

2.4. Kerangka Penelitian ... 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 14

3.2. Metode Pengambilan Sampel ... 14

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 15


(8)

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 23 BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISKTIK

PETANI

4.1. Deskripsi Wilayah ... 24 4.2. Karakteristik Petani Sampel ... 27 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Data ... 30 5.2.Analisis Faktor-Faktor ... 31 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 40 6.2. Saran ... 40 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

1

Data Luas Areal dan Jumlah Kepala Keluarga Petani Karet dan

Kelapa Sawit Kabupaten Labuhan Batu 2

2

Perbandingan Usahatani Karet dengan Kelapa Sawit Ditinjau dari

Aspek Teknis Budidaya 7

3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin 25 4 Distribusi Penduduk Berdasarkan pekerjaan 26 5 Distribusi Penduduk Berdasar Tingkat Pendidikan 26 6 Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Umur Petani 27

7 Komposisi Tingkat Pendidikan Petani 28

8 Jumlah Tanggungan Petani Sebelum dan Sesudah Konversi 28 9 Luas Lahan Usatani Petani Sebelum dan Sesudah Konversi 29 10 Biaya Input Karet dan Kelapa Sawit per 1ha 30 11 Biaya Tenaga Kerja Karet dan Kelapa Sawit per 1ha 31 12 Hasil Uji Multikolineritas Menggunakan Statistik kolineritas 32

13 Uji Normalitas 35

14

Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan

Karet Menjadi Lahan Kelapa Sawit 35

15 Hasil Analisis Data Setelah Menggunakan Metode Backward 36

16 Hasil Uji Serempak 37


(10)

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

1

Luas area karet di Kabupaten Labuhan Batu per kecamatan

Tahun 2000-2011 3

2 Land Ricardiant Rent 11

3 Skema Pemikiran 13

4 Grafik Uji Heterokesdisitas 33


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Keterangan

1 Karakteristik Petani

2 Total Biaya Petani Karet dan Petani Kelapa Sawit 3

Hasil Regresi Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Karet Menjadi Lahan Kelapa Sawit


(12)

ABSTRAK

Alih fungsi lahan atau lazimnya disebut konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensin lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai perubahan untuk penggunaan lain disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit di Desa Kampung Dalam. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi konversi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit adalah biaya input karet, biaya input kelapa sawit, biaya tenaga kerja karet, dan biaya tenaga kerja kelapa sawit. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi konversi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit adalah biaya tenaga kerja karet dan biaya tenaga kerja kelapa sawit. Data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan petani di Desa Kampung Dalam Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhan Batu,dan data sekunder. Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel, digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel yang ada menggunakan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square).

Dari hasil metode backward, diperoleh hasil penelitian yaitu: biaya tenaga kerja karet dan biaya tenaga kerja kelapa sawit secara simultan dan parsial berpengaruh nyata terhadap konversi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit di Desa Kampung Dalam Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhan Batu.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Dari sisi ekonomi, lahan merupakan input tetap yang utama dari berbagai kegiatan produksi komoditas pertanian dan non pertanian. Banyaknya lahan yang digunakan untuk kegiatan produksi tersebut secara umum merupakan permintaan turunan dari kebutuhan dan permintaan komoditas yang dihasilkan. Perkembangan kebutuhan lahan untuk setiap jenis kegiatan produksi akan ditentukan oleh perkembangan jumlah permintaan setiap komoditas ( Utama, 2006).

Penggunaan lahan secara umum dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan non-pertanian. Dari penggunaan lahan pertanian, banyak komoditi pertanian menjadi komoditi ekspor Indonesia, tetapi yang paling menonjol adalah komoditi dari sub sektor

perkebunan yaitu sekitar 85% dari total ekspor hasil pertanian (Daulay, 2003).

Dalam sub sektor perkebunan, kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang cukup penting. Melihat keberhasilan proyek-proyek pengembangan kelapa sawit serta kemudahan dalam teknis budidaya, petani-petani kecil dan menengah juga pemilik perusahaan swasta dan nasional menaruh perhatian dalam pelaksanaan penanaman kelapa sawit dalam bentuk perubahan tanaman baru maupun konversi dari komoditi lain ( Kamdi, 1989).


(14)

Biasanya petani merubah fungsi lahannya dari komoditi lama menjadi komoditi yang baru karena dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang bersifat ekonomi maupun yang bersifat sosial. Faktor ekonomi terdiri dari jumlah tanggungan, luas lahan dan tenaga kerja. Sedangkan faktor sosial terdiri dari umur, pendidikan dan pengalaman kerja. Salah satu komoditi yang diganti dengan tanaman baru adalah tanaman karet yang dikonversi menjadi tanaman kelapa sawit ( Daulay, 2003).

Belakangan, laju pertumbuhan perkebunan kelapa sawit rakyat di kabupaten Labuhan Batu lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan komoditi karet rakyat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Luas Areal dan Jumlah Kepala Keluarga Petani Karet dan Kelapa Sawit Kabupaten Labuhan Batu

Komod

iti 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 karet (ha) 84.1 36 84.3 16 84.1 37 83.7 56 81.4 89 67.56 8 67.08 6 67.08 6 66.02 1 66.40 2 71.51 6 70.38 7 (KK petani) 29.4 19 29.4 19 30.4 21 36.7 37 35.3 40 34.76 2 34.67 2 34.67 2 35.17 7 22.65 2 35.47 6 35.80 7 kelapa sawit (ha) 79.0 00 79.0 00 79.4 07 82.6 89 85.5 27 130.2 27 131.3 11 131.3 11 133.7 12 137.7 60 138.1 49 142.7 36 (KK petani) 30.3 47 30.3 47 26.5 77 31.8 19 33.8 05 35.09 2 40.19 7 40.19 7 41.15 3 44.73 8 44.78 0 46.11 5

Sumber: Dinas Perkebunan Sumatera Utara,2011

Dengan memperhatikan data pada Tabel 1, terlihat bahwa perubahan areal luas tanaman karet cenderung menurun dan fluktuatif sedangkan pada tanaman kelapa sawit, terjadi peningkatan luas areal setiap tahunnya.

Berdasarkan data yang diperoleh di Dinas Perkebunan Labuhan Batu, dapat dilihat grafik perkembangan luas area karet per kecamatan di Labuhan Batu dari tahun 2000-2011 pada Gambar 1.


(15)

Gambar 1. Luas area karet di Kabupaten Labuhan Batu Berdasarkan Kecamatan Tahun 2000-2011

0,00 500,00 1000,00 1500,00 2000,00 2500,00 3000,00 3500,00 4000,00

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

rantau utara rantu selatan panai hilir 0,00 1000,00 2000,00 3000,00 4000,00 5000,00 6000,00 7000,00 8000,00 9000,00

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

bilah hulu pangkatan bilah barat 0,00 200,00 400,00 600,00 800,00 1000,00 1200,00 1400,00 1600,00 1800,00

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

blah hilir panai hulu panai tengah


(16)

Berkaitan dengan hal diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya konversi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu studi kasus Kecamatan Bilah Hulu Desa Kampung Dalam.

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu:

1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi lahan karet menjadi kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu studi kasus Kecamatan Bilah Hulu Desa Kampung Dalam?

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi lahan karet menjadi kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu studi kasus Kecamatan Bilah Hulu Desa Kampung Dalam.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi para petani karet yang mengkonversi lahannya ke kelapa sawit.

2. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang terkait, terutama pemerintah dalam masalah konversi lahan karet ke kelapa sawit.

3. Sebagai tambahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Tinjauan Pustaka Definisi Konversi

Lestari (2009) dalam Irsalina (2009) mendefinisikan bahwa alih fungsi lahan atau lazimnya disebut konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai perubahan untuk penggunaan lain disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Prospek Konversi Lahan Karet menjadi Lahan Kelapa Sawit

Upaya pemerintah dalam mengembalikan dominasi perkaretan Indonesia dimata dunia ke-era awal abad XX (sebelum perang dunia kedua) seakan memudar karna adanya konversi lahan dari tanaman karet ke tanaman kelapa sawit. Hal tersebut seiring dengan pernyataan dari Ketua Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) yang memperkirakan produksi karet alam nasional pada tahun-tahun mendatang akan turun terus, menyusul berkurangnya luas lahan pohon karet, dimana banyak kebun karet berubah fungsi menjadi kebun kelapa sawit karena dengan menanam kelapa sawit lebih menguntungkan dibanding menanam tanaman karet (Anonim, 2003).


(18)

Perkebunan kelapa sawit telah menjadi andalan sejumlah daerah di Indonesia saat ini, khususnya di kawasan Sumatera dan Kalimantan. Kehadiran perkebunan sawit pula yang telah mengeliminasi jenis perkebunan dan pertanian lainnya, lewat konversi lahan (Siregar, 2012).

Menurut Kompas (2008) dalam Hasibuan (2011), maraknya penanaman kelapa sawit di Indonesia dikarenakan tanaman ini merupakan bibit minyak paling produktif di dunia. Tanaman kelapa sawit yang setiap harinya membutuhkan 4 liter air untuk tumbuh dengan baik, dapat diolah menjadi sumber energi alternatif seperti biofuel. Selain itu, kelapa sawit mempunyai banyak kegunaan lain yaitu sebagai bahan kosmetik, bahan makanan seperti mentega, minyak goreng dan biskuit. Kelapa sawit juga merupakan bahan baku sabun dan deterjen. Nilai ekonomis kelapa sawit yang tinggi membuat permintaan bibit tanaman ini terus meningkat. Indonesia adalah produsen dan konsumen benih kelapa sawit terbesar di dunia dengan total konsumsi 170 juta benih dari total 280 juta bibit. Indonesia bersama Malaysia menjadi pemasok utama kebutuhan kelapa sawit dunia dengan pasokan sebesar 85% dari total kebutuhan kelapa sawit dunia. Menurut catatan greenpeace, seluas 28 juta hektar hutan Indonesia sejak tahun 1990 telah beralihfungsi menjadi kebun kelapa sawit. Permintaan akan tanaman ini, diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2030 dan tiga kali lipat pada tahun 2050 dibandingkan tahun 2000.

Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak fakor, baik faktor dari luar maupun dari dalam tanaman itu sendiri. Faktor-faktor tersbut pada dasarnya dibedakan menjadi faktor lingkungan, genetis dan agronomis. Dalam menunjang pertumbuhan dan proses produksi kelapa sawit, faktor-faktor


(19)

terseburt saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Untuk mencapai produksi kelapa sawit yang maksimal, diharapkan ketiga faktor tersebut harus selalu ada dalam keadaan optimal ( Lubis, 1992).

Apabila dibandingkan aspek-aspek teknis agronomis usahatani karet dengan kelapa sawit, ditemui beberapa kemudahan-kemudahan dalam membudidayakan kelapa sawit seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan Usahatani Karet dengan Kelapa Sawit Ditinjau dari Aspek Teknis Budidaya

No

Komponen Aspek Teknis

Karet Kelapa Sawit Keterangan

1 Panen

Perdana 4-6 tahun 3 tahun

Lebih cepat Kelapa Sawit 2 Periode

Panen 3-6 hari/ minggu 1x / 7-10 hari

Lebih rutin pada Karet 3 Penyakit menular dan fatal Cendawan Akar Putih (CAP) Relatif tidak ada penyakit yang fatal Dapat menyebabkan tanaman karet mati

4 Waktu/ jam

panen jam 6-9 pagi Pagi-sore

Penyadapan karet pada siang hari menyebabkan hasil

turun

5 Tanaman

muda/ TBM Perlu penunasan Tidak perlu

Tunas yang dibiarkan tumbuh

hanya dari mata okulasi

6

Bibit yang umum digunakan

Stump mata tidur Polibeg

Bibit stump mata tidur lebih rentan terhadap kematian


(20)

7 Lubang

tanaman 400-600 lubang 143 lubang

Lebih banyak membutuhkan biaya

8 Cuaca saat panen

Tidak dapat dipanen jika turun hujan sebelum dan saat penyadapan

Tidak tergantung

cuaca

Lateks akan curah jika panen dilakukan

saat turun hujan

9 Tenaga panen

Perlu tenaga yang terampil

Tidak mutlak terampil

Penyadapan yang salah dapat merusak

kulit tanaman karet

Sumber: Setyamidjaya D. 1991. ; Nazaruddin dan Paimin B. 1992

Siswanto dan Mudji A. 1999 ; Syukur S. 1999 dalam Daulay 2003

Analisis Usahatani

Analisis usahatani merupakan salah satu kegiatan mengurikan usahatani atas bagian-bagiannya, sehingga jelas bagian dan sifatnya serta hubungan antara salah satu faktor produksi dengan faktor produksi yang lainnya dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang paling mempengaruhi sehingga dapat diperbaiki pada masa akan datang untuk mencapai haisl yang lebih baik dan menguntungkan ( FE- UI, 1988).

Konsep dasar analisis usahatani adalah dengan membandingkan penerimaan dengan biaya dan memilih alternatif. Nilai R/C ratio tidak memiliki satuan dan memberi arti bahwa untuk setiap rupiah yang diinvestasikan akan memebrikan penerimaan sebesar R/C ratio tersebut. Ukuran ekonomis menjadi penting karena dapat dijadikan penilaian terhadap keputusan petani dan kemungkinan pengembangan komoditi tertentu ( Hernanto, 1993).

Biaya produksi adalah nilai dari semua korbanan (input) ekonomis yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produksi. Biaya produksi ini dapat dibagi menjadi sarana produksi yang habis dipakai (saprodi, tenaga kerja, penyusutan,


(21)

bunga, modal dan sewa tanah). Pada umumnya, sebagian besar komponen biaya produksi pada pertanian rakyat terdiri dari biaya tenaga kerja dan sarana produksi ( Mubyarto, 1989).

Biaya dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu:

a. Biaya tetap, biaya yang harus dikeluarkan oleh petani yang penggunaannya tidak habis dalam masa satu kali produksi seperti gaji karyawan, penyusutan alat dan bangunan.

b. Biaya variabel, biaya yang besar dan kecilnya tergantung jumlah produksi seperti biaya pupuk, herbisida, alat-alat pertanian.

c. Biaya semi variabel, biaya yang sifatnya bisa dianggap tetap namun bisa juga dianggap variabel seperti biaya pemeliharaan dan perawatan. ( Soekartawi, 1995)

2.2.Landasan Teori

Alih fungsi lahan tidak terlepas dari situasi ekonomi secara keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menyebabkan beberapa sektor ekonomi tumbuh dengan cepat sehingga sektor tersebut membutuhkan lahan yang lebih luas. Lahan yang terletak dekat dengan sumber ekonomi akan mengalami pergeseran penggunaan kebentuk lain seperti pemukiman, industri manufaktur dan fasilitas infrastruktur (Prayudho, 2009).

Menurut Prayudho (2009) suatu lahan sekurang-kurangnya memiliki empat jenis rent, yaitu:

1. Ricardian Rent, menyangkut fungsi kualitas dan kelangkaan lahan. 2. Locational Rent, menyangkut fungsi eksesibilitas lahan.


(22)

3. Ecological Rent, menyangkut fungsi ekologi lahan. 4. Sosiological Rent, menyangkut fungsi sosial dari lahan.

Umumnya Land Rent yang mencerminkan mekanisme pasar hanya mencakup

Ricardian Rent dan Locational Rent. Ecological Rent dan Sosiological Rent tidak sepenuhnya terjangkau mekanisme pasar . Hal tersebut sesuai dengan teori lokasi neo klasik yang menyatakan bahwa substitusi diantara berbagai penggunaan faktor produksi dimungkinkan agar dicapai keuntungan maksimum.

(Prayudho, 2009).

Dalam model Ricardiant Rent dijelaskan bahwa adanya alokasi penggunaan lahan ke penggunaan lain dikarenakan perbedaan Land Rent yang memberikan penggunaan yang lebih menguntungkan. Oleh karena itu adanya alih fungsi komoditi disebabkan oleh perbedaan land rent komoditi pengganti yang secara ekonomis dianggap lebih menguntungkan. Kondisi ini diilustrasikan seperti pada Gambar 2.


(23)

D. Pasar

P* S

E

D B

Q* Q per periode

Gambar 2. Land Ricardiant Rent

Model ini menjelaskan adanya alokasi penggunaan lahan dikarenakan adanya perbedaan land rent yang menghasilkan keuntungan lebih. Dan hal ini adalah pemicu alih fungsi lahan komoditi yang dianggap lebih menguntungkan secara ekonomis. Pada awalnya, lahan yang digunakan untuk usaha tani adalah lahan yang subur. Selanjutnya, akibat penambahan output maka lahan kering pun ikut digunakan untuk areal pertanaman meskipun dengan biaya yang lebih tinggi.


(24)

Namun, dengan harga jual yang lebih tinggi, maka usaha ini dalam jangka panjang akan menguntungkan. Pada kondisi ekuilibrium yang digambarka pada gambar D, maka harga P* baik lahan yang berbiaya rendah maupun tinggi akan mendapat keuntungan yaitu dalam jangka panjang. Lahan yang marjinal akan menerima keuntungan sebesar nol sedangkan lahan yang memiliki biaya lebih tinggi akan berada diluar pasar karena akan mengalami kerugian apabila berproduksi pada harga P*. Sebaliknya, keuntungan yang diperoleh lahan intra-marjinal dalam jangka panjang dapat dipertahankan karena masih memiliki sumberdaya yaitu lahan dengan biaya rendah. Penjumlahan keuntungan dalam jangka panjang akan menghasilkan surplus produsen seperti yang digambarkan pada bidang P*BE. Keuntungan inilah yang disebut sewa Ricardian (Ricardian rent) (Matondang, 2011).

2.3. Penelitian Sebelumnya

1. Penelitian yang dilakukan oleh Paruhumuan daulay (2003), yang dilakukan di Desa Batu Tunggal Kecamatan Na IX-X Kabupaten Labuhan Batu, menyatakan bahwa usahatani kelapa sawit lebih menguntungkan dibandingkan usahatani karet dan faktor-faktor yang memotivasi petani mengkonversi lahan karet ke kelapa sawit adalah 70% didominasi oelh faktor coba-coba mengikuti orang lain dan selebihnya disebabkan faktor lain.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Asrul wahid (2006), yang dilakukan di kabupaten Asahan, menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat mengkonversi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit secara parsial berpengaruh signifikan adalah faktor ekonomi dan sosial.


(25)

2.4. Kerangka Pemikiran

Lahan karet yang luas sangat penting untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal. Namun seiring dengan alih fungsi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit, yang terjadi lahan karet semakin menurun yang mengakibatkan penuruna produksi. Dibandingkan dengan budidaya tanaman karet, budidaya tanaman kelapa sawit akhir-akhir ini lebih disenangi oleh para petani, dimana tanaman ini dapat memberi keuntungan dan meningkatkan pendapatan petani. Apabila tanaman utama petani tidak ekonomis lagi karena umur tanaman sudah tua, akan dikonversikan ke komoditi kelapa sawit, karena panen perdana tanaman ini relatif lebih cepat menghasilkan dibandingkan tanaman karet. Faktor-faktor yang mempengaruhi petani melakukan konversi lahan adalah biaya input karet, biaya inpu kelapa sawit, biaya tenaga kerja karet dan biaya tenaga kerja kelapa sawit.

Adapun skema kerangka pemikiran berkaitan dengan faktor-faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:


(26)

Keterangan: : hubungan : pengaruh

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran

Lahan Karet Lahan Kelapa Sawit

Biaya input Biaya Tenaga Kerja

Biaya input Biaya Tenaga Kerja

Analisis Konversi Lahan Karet menjadi Lahan


(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau dengan tujuan tertentu (sengaja). Penelitian dilakukan di Kabupaten Labuhan Batu dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Labuhan Batu merupakan salah satu kabupaten yang mengalami penurunan luas area karet.

Lokasi yang menjadi daerah penelitian adalah Kecamatan Bilah Hulu desa Kampung Dalam. Daerah sampel penelitian dipilih karena daerah ini mengalami penurunan luas area karet dan juga karena faktor biaya, waktu dan jangkauan peneliti.

3.2.Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel diambil secara acak dengan metode penelusuran

(Accidental Purposive Sampling). Accidental Purposive Sampling yaitu metode pengambilan sampel dari responden yang memiliki kriteria atau syarat-syarat yang sesuai dengan objek penelitian bagi peneliti, yaitu petani yang mengkonversikan lahan karet menjadi lahan kelapa sawit. Menurut Gay, untuk penelitian yang menggunakan analisis deskriptif, ukuran sampel paling minimum dan efisien adalah 30 sampel (Umar, 1996).


(28)

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan di dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data. sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara, kuesinoner, ataupun observasi kepada para petani karet yang mengkonversikan lahannya menjadi kelapa sawit. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti BPS (Badan Pusat Statistik) Sumatera Utara, Dinas Perkebunan Sumatera Utara, dan instansi terkait lainnya.

3.4. Metode Analisis Data

Faktor- faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan tersebut dianalisis dengan menggunakan model ekonometrika sederhana sebagai berikut:

Y = P0 + P1X1 + P2X2 + P3X3 + P4X4 + e dengan,

Y = Luas lahan karet yang dikonversi menjadi kelapa sawit (Ha) X1 = Biaya input karet (Rp)

X 2 = Biaya input kelapa sawit (Rp) X3 = Biaya tenaga kerja karet (Rp)

X4 = Biaya tenaga kerja kelapa sawit (Rp) P0-P3 = Koefisien regresi


(29)

Secara serempak, hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : Biaya produksi karet, biaya produksi kelapa sawit, biaya tenaga kerja karet dan biaya tenaga kerja kelapa sawit berpengaruh terhadap konversi lahan

H1 : Biaya produksi karet, biaya produksi kelapa sawit, biaya tenaga kerja karet dan biaya tenaga kerja kelapa sawit tidak berpengaruh terhadap konversi lahan.

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dimana pengambilan keputusan:

Secara serempak :

Jika Fhitung ˃ Ftabel terima H0, tolak H1 pada taraf kepercayaan 95%. Jika Fhitung ≤ Ftabel terima H1, tolak H0pada taraf kepercayaan 95%. Secara individu:

Jika thitung ≤ ttabel terima H0, tolak H1 pada taraf kepercayaan 95%. Jika thitung ≥ ttabel terima H1, tolak H0pada taraf kepercayaan 95%. Uji asumsi Ordinary Least Squares (OLS)

1. Uji multikolinieritas

Satu dari asumsi model regresi linier klasik adalah bahwa tidak terdapat multikolineritas di antara variabel yang menjelaskan yang termasuk dalam model. Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent) dalam model regresi. Korelasi di antara variabel bebas (independent) seharusnya tidak terjadi dalam model regresi yang


(30)

baik. Gejala terjadinya multikolinieritas dalam model regresi adalah sebagai berikut.

a. Nilai koefisien determinasi (R2) tinggi; dalam uji serempak (F-test), variabel-variabel bebas secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel-variabel terikat; tetapi dalam uji parsial (t-test), variabel-variabel bebas secara parsial banyak yang tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

b. Menganalisis matriks korelasi antar variabel-variabel bebas (independent). Jika

antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas.

c. Melihat nilai standard error. Apabila terjadi multikolinieritas, nilai standard error

akan besar.

d. Melihat nilai toleransi (tolerance) dan VIF. Di mana apabila nilai toleransi < 0,10

dan VIF > 10 menunjukkan terjadinya multikolinieritas. 2. Uji heterokedastisitas

Satu asumsi yang penting dari model regresi linier klasik adalah bahwa gangguan (disturbance) μ yang muncul dalam fungsi regresi populasi adalah homoskedastik, yaitu semua gangguan tadi mempunyai varians yang sama . Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Cara mendeteksi terjadinya heterokedastisitas dalam model regresi dengan Program SPSS adalah sebagai berikut.


(31)

Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependent), yaitu Y: ZPRED dengan residualnya X: SRESID. Dengan kriteria uji sebagai berikut. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit): mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y: tidak terjadi heterokedastisitas.

b. Uji Park

Park memformalkan metode grafik dengan menyarankan bahwa varians (si2) merupakan suatu fungsi yang menjelaskan variabel-variabel bebas (Xi) yang dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut.

si 2 = s2 Xibi evi

Persamaan ini dijadikan linier dalam bentuk persamaan logaritma sehingga menjadi sebagai berikut.

Ln si2 = Ln s2 + bi Ln Xi + vi

Karena si2 biasanya tidak diketahui, maka Park menyarankan untuk menggunakan variabel residual ei2 sebagai pendekatan, sehingga persamaan menjadi sebagai berikut.

Ln ei2 = b0 + bi Ln Xi + vi Cara melakukan Uji Park adalah sebagai berikut.

a. Lakukan regresi utama OLS dengan tidak memandang persoalan heterokedastisitas.

b. Dapatkan variabel residual (ei) dengan mengaktifkan unstandardized residual. c. Kuadratkan nilai residual (ei2) dengan menu Transform dan Compute.


(32)

d. Hitung logaritma dari kuadrat residual (Ln ei2) dengan menu Transform dan

Compute.

e. Regresikan lagi dengan variabel Ln ei2 sebagai variabel terikat (dependent). Dengan kriteria uji sebagai berikut.

Jika thitung < ttabel atau jika signifikansi t > α : homokedastisitas. Jika thitung > ttabel atau jika signifikansi t < α : heterokedastisitas.

3. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui, bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Cara mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak dalam model regresi dengan Program SPSS adalah sebagai berikut.

a. Analisis grafik

Melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal dan melihat normal probability plot

yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dengan kriteria uji sebagai berikut. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal: menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal: menunjukkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.


(33)

b. Uji normalitas Kolgomorov-Smirnov

Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov-Smirnov adalah dengan

membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Cara melakukan Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut.

a. Dari menu utama pilih menu Analyze, lalu pilih Nonparametric Test. b. Pilih submenu 1-Sample K-S.

c. Pada kotak Test Variable List, isi Unstandardized Residual, dan aktifkan Test Distribution pada kotak Normal.

d. Output SPSS akan menunjukkan besar nilai Kolgomorov-Smirnov Z. Dengan kriteria uji sebagai berikut.

Jika signifikansi > α : terima Ho atau tolak H1. Jika signifikansi < α : tolak Ho atau terima H1. Di mana:

Ho: data residual berdistribusi normal; H1: data residual tidak berdistribusi normal.

Uji kesesuaian (test goodness of fit)

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari

goodness of fit-nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien

determinasi, nilai statistik F, dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara sratistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima (Ghozali, 2006). Koefisien yang


(34)

dihasilkan dapat dilihat pada output regresi berdasarkan data yang dianalisis untuk

kemudian diinterpretasikan serta dilihat siginifikansi tiap-tiap variabel yang diteliti. Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel terikat (dependent). Koefisien determinasi (R2)

bertujuan untuk mengetahui kekuatan variabel-variabel bebas (independent)

menjelaskan variabel terikat (dependent).

1. Uji hipotesis secara serempak

Uji serempak (F-test) pada dasarnya menunjukkan apakah secara serempak

semua variabel bebas (independent) yang dimasukkan dalam model berpengaruh

nyata terhadap variabel terikat (dependent). Uji serempak (F-test) dimaksudkan untuk

mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara serempak.

Untuk menguji hipotesis, yaitu analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan karet menjadi kelapa sawit, digunakan Uji F (F-test). Dengan kriteria uji sebagai berikut.

Jika Fhitung < Ftabel atau jika signifikansi F > α : terima Ho atau tolak H1. Jika Fhitung > Ftabel atau jika signifikansi F < α : tolak Ho atau terima H1. Di mana:

Ho: secara serempak, variabel bebas biaya input karet, biaya input kelapa sawit, biaya tenaga kerja karet dan biaya tenaga kerja kelapa sawit petani tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat luas lahan yang dikonversi

H1: secara serempak, variabel bebas biaya input karet, biaya input kelapa sawit, biaya tenaga kerja karet dan biaya tenaga kerja kelapa sawit petani berpengaruh nyata terhadap variabel terikat luas lahan yang dikonversi


(35)

2. Uji hipotesis secara parsial

Uji parsial (t-test) pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel bebas (independent) secara parsial dalam menerangkan variasi variabel

terikat (dependent). Uji parsial (t-test) dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi

statistik koefisien regresi secara parsial.

Untuk menguji hipotesis,yaitu analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konversi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit, digunakan Uji t (t-test). Dengan

kriteria uji sebagai berikut.

Jika thitung < ttabel atau jika signifikansi t > α : terima Ho atau tolak H1.

Jika thitung > ttabel atau jika signifikansi t < α : tolak Ho atau terima H1.

Di mana:

Ho: secara parsial, variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat luas lahan yang dikonversi;

H1: secara parsial, variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat luas


(36)

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menjelaskan dan menghindari kesalah pahaman mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Definisi Operasional

1. Konversi lahan karet adalah peralihan fungsi lahan produktif dari komoditas karet menjadi komoditas kelapa sawit.

2. Petani adalah orang yang mempertahankan usaha taninya, orang yang mengganti usaha taninya dengan komoditi lain dan orang yang mengalih fungsikan lahannya.

3. Biaya input karet adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh petani karet selama proses produksi, yang terdiri dari biaya sarana produksi (bibit, pupuk dan pestisida).

4. Biaya tenaga kerja karet adalah biaya yang dikeluarkan petani karet selama proses produksi satuan rupiah.

5. Biaya input kelapa sawit adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh petani kelapa sawit selama proses produksi, yang terdiri dari biaya sarana produksi ( bibit, pupuk, dan pestisida).

6. Biaya tenaga kerja kelapa sawit adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh petani kelapa sawit selama proses produksi satuan rupiah.


(37)

Batasan Operasional

1. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Labuhan Batu kecamatan Bilah Hulu desa Kampung Dalam.

2. Sampel penelitian adalah petani yang mengkonversi sebagian ataupun seluruhnya karet di lahannya menjadi kelapa sawit.


(38)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

4.1. Deskripsi Wilayah

Desa Kampung Dalam merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Bilah Hulu, kabupaten Labuhan Batu. Desa ini berada pada ketinggian 490-500 m dpl dengan kemiringan 0-50% pH rata-rata 5-7 dan kesuburan tanah sedang, curah hujan 1500-2500 mm/tahun. Luas desa Kampung Dalam terdiri dari duabelas dusun yaitu:

Dusun I Mualmas Dusun II Jati Mulyo Dusun III Dalam A Dusun IV Harapan Baru Dusun V Kampung Baru Dusun VI Aek Bontar Dusun VII Suka Maju Dusun VIII Bandar Slamat Dusun IX Jawa A

Dusun X Jawa B Dusun XI Jawa Maju Dusun XII Mardugu

Batas-batas desa Kampung Dalam yaitu:

• Sebelah Utara : Desa Lingga Tiga

• Sebelah Selatan : Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang


(39)

• Sebelah Timur : Desa Rintis Kecamatan Silangkitang

Jarak desa Kampung Dalam ke pusat pemerintah kecamatan sekitar 20 km, jarak ke pusat pemerintahan 24 km, dan jarak ke ibukota provinsi 320 km.

Keadaan Penduduk

Penduduk desa Kampung Dalam berjumlah 4.779 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di dusun Dalam yang berjumlah 728 jiwa, sedangkan penduduk paling sedikit terdapat di dusun Kampung Baru yang berjumlah 179 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan perempuan, dimana jumlah laki-laki 2.309 jiwa, sedangka perempuan berjumlah 2.470 jiwa. Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Nama Dusun Jumlah Jiwa

Lk Pr Jmlh

1 Mualmas 208 195 403

2 Dalam 390 338 728

3 Jati Mulyo 245 258 503

4 Harapan 131 135 266

5 Kampung Baru 96 83 179

6 Aek Bontar 223 202 425

7 Bandar Slamat 139 141 280

8 Suka Maju 164 180 344

9 Jawa A 287 360 647

10 Jawa B 350 316 666

11 Jawa Maju 109 116 225

12 Mardugu 112 99 212

Jumlah 2309 2470 4779


(40)

Berdasarkan mata pencaharian atau pekerjaan, penduduk yang bekerja sebagai petani adalah yang paling banyak yaitu sebesar 934 orang atau sekitar 59,7%, sedangkan yang bekerja sebagai TNI / Polri adalah yang paling sedikit yaitu 3 orang atau sekitar 0,1%. Distribusi penduduk berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Penduduk Berdasarkan pekerjaan

No Uraian Jumlah Persentase

1 PNS 25 1,7

2 Pedagang / swasta 60 3,8

3 Petani 934 59,7

4 Bidan 8 0,5

5 Buruh 311 19,9

6 TNI/Polri 3 0,1

7 Belum/tidak 224 14,3

Jumlah 1565 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Kampung Dalam, 2013

Berdasarkan tingkat pendidikan, penduduk yang tingkat pendidikannya SD adalah yang terbanyak sebesar 1440 orang sedangkan yang tingkat pendidikan perguruan tinggi adalah yang paling sedikit sebesar 15 orang. Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Uraian Jumlah Persentase

1 Belum Sekolah 224 8,3

2 SD 1440 53,7

3 SMP 740 27,6

4 SMA 220 8,2

5 DI/II/III 43 1,6


(41)

Jumlah 2682 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Kampung Dalam, 2013

4.2. Karakteristik Petani Sampel

Petani yang menjadi sampel adalah sebanyak 30 orang. Gambaran umum tentang petani meliputi umur petani, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, lama berusaha tani, luas lahan yang dikonversi.

Umur Petani

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur petani sampel berada diantara 38-58 tahun dengan rata-rata 45,93 tahun. Komposisi petani sampel berdasarkan umur dapat ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Umur Petani

No Umur (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 38-41 7 23,33

2 42-45 9 30,00

3 46-49 4 13,33

4 50-53 6 20,00

5 54-57 2 6,67

6 >58 1 3,33

Jumlah 30 100

Sumber: Analisis Data Primer, 2013

Tabel 6 menunjukkan bahwa sebesar 30% petani berada pada umur 42-45 tahun sejumlah 9 orang, sebesar 23,33% petani berada pada umur 38-41 tahun sejumlah 7 orang, sebesar 20% berada pada umur 50-53 sejumlah 6 orang. Hal ini berarti usia petani masih dikatakan produktif.


(42)

Tingkat Pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan petani SMA. Komposisi tingkat pendidikan petani dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Komposisi Tingkat Pendidikan Petani

No TingkatPendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 SD 6 20

2 SMP 9 30

3 SMA 11 36,67

4 S1 4 13,33

Jumlah 30 100

Sumber: Analisis Data Primer, 2013

Berdasarkan Tabel 7 diatas, dapat dilihat bahwa sebanyak 36,67% petani memiliki tingkat pendidikan SMA, kemudian 30% tingkat pendidikan SMP, 20% tingkat pendidikan SD dan 13,33% tingkat pendidikan S1. Hal ini menunjukkan bahwa petani sadar akan pentingnya pendidikan.

Jumlah Tanggungan Petani

Jumlah tanggungan dalam penelitian ini adalah jumlah anggota keluarga yang secara ekonomi masih menjadi beban bagi kepala keluarga petani. Dari sisi ekonomi, jumlah tanggungan akan berengaruh terhadap tingkat pengeluaran keluarga petani, tetapi disisi lain juga memberikan ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga untuk mengelola usahatani. Jumlah tanggungan keluarga petani dihitung dalam jiwa/orang dengan distribusi seperti pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Tanggungan Petani Sebelum dan Sesudah Konversi

No Uraian Jumlah Tanggungan sebelum konversi

jumlah tanggungan sesudah konversi


(43)

2

Tanggungan

Maksimum 6 4

Rata-rata Tanggungan 3,73 2,83

Sumber: Analisis Data Primer, 2013

Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan rata-rata petani sampel sebelum konversi adalah 3,73 jiwa dengan tanggungan maksimum 6 jiwa dan minimum 3 jiwa. Setelah konversi, rata-rata tanggungan menjad 2,83 dengan tanggungan maksimum 4 jiwa dan tanggungan minimum 2 jiwa

Luas Lahan Usahatani Sebelum dan Sesudah Konversi

Luas lahan usatani adalah jumlah luas lahan awal petani sebelum dikonversikan menjadi lahan tanaman kelapa sawit. Luas lahan awal yang dimiliki petani rata-rata adalah 3,58 ha berada pada rentag maksimum 8 ha dan rentang minimum 1 ha. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Luas Lahan Usatani Petani Sebelum dan Sesudah Konversi

No Uraian

Luas Lahan Awal Luas Lahan Akhir

Usaha tani Karet Usaha Tani Karet

Kelapa Sawit

1 Luas Lahan

Minimun 1,0 1,0 1,0 0,0 1,0

2 Luas Lahan

Maksimum 8,0 8,0 8,0 2,0 8,0

Luas Lahan

rata-rata 107,5 107,5 107,5 0,3 99

Sumber: Analisis Data Primer, 2013

Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah luas lahan rata-rata tanaman karet setelah konversi adalah 0,3 ha dengan jumlah luas lahan karet maksimum adalah 2 ha dan luas minimum adalah 0. Untuk luas lahan rata-rata tanaman kelpaa sawit


(44)

petani hasil konversi adalah 3,3 ha dengan luas lahan kelapa sawit maksimum adalah 8 ha sedangkan luas lahan minimum adalah 1 ha.


(45)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Variabel Penelitian

Konversi lahan di kabupaten Labuhan Batu dianalisis dengan metode regresi linier berganda. Konversi lahan karet menjadi kelapa sawit (Y) diduga dipengaruhi oleh biaya input karet (X1), biaya input kelapa sawit (X2), biaya tenaga kerja karet (X3) dan biaya tenaga kerja kelapa sawit (X4).

Biaya input karet dan kelapa sawit adalah total seluruh biaya yang dikeluarkan petani dalam masa produksi per 1ha, yang meliputi bibit, pupuk dan obat-obatan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Biaya Input Karet dan Kelapa Sawit Petani Per 1ha

No Uraian Biaya input karet Biaya input kelapa sawit 1 Biaya minimum 3.896.429 2.798.000 2 Biaya maksimum 4.546.250 2.855.333 Rata-rata biaya 4.002.789,02 2.818.044,44

Sumber: Analisis Data Primer, 2013

Tabel 10 menunjukkan bahwa biaya minimum petani karet yang dkeluarkan untuk 1ha adalah sebesar Rp 3.896.429, sedangkan biaya maksimum sebesar Rp 4.546.250 dengan biaya rata-rata Rp 4.002.789,02. Sedangkan biaya minimum petani kelapa sawit yang dikeluarkan sebesar Rp 2.798.000 sedangkan biaya maksimum Rp 2.855.333 dengan biaya rata-rata Rp 2.818.044,44.

Biaya tenaga kerja karet dan kelapa sawit adalah seluruh biaya tenaga kerja luar keluarga yang dikeluarkan petani dalam masa proses produksi per 1ha. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 11.


(46)

Tabel 11. Biaya Tenaga Kerja Karet dan Kelapa Sawit Petani Per 1ha

No Uraian Biaya tenaga

kerja karet

Biaya tenaga kerja kelapa sawit

1 Biaya minimum 644.000 0

2 Biaya maksimum 5.376.000 1.731.429 Rata-rata biaya 2.252.479,89 994.232,80

Sumber: Analisis Data Primer, 2013

Tabel 11 menunjukkan bahwa biaya minimum tenaga kerja karet yang dikeluarkan petani dalam 1ha adalah sebesar Rp 644.000 dan biaya maksimum Rp 5.376.00 dengan biaya rata-rata Rp 2.252.479,89. Sedangkan untuk baiya minimum tenaga kerja kelapa sawit yang dikeluarkan petani sebesar Rp 0 dan biaya maksimum Rp 1.731.429 dengan biaya rata-rata Rp 994.232,80.

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan karet menjadi kelapa sawit

Uji asumsi Ordinary Least Squares (OLS)

Sebelum dilakukan uji kesesuaian (goodness of fit) model perlu dilakukan uji asumsi. Pengujian ini dilakukan untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi dalam model regresi linier konversi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit yang dispesifikasi. Hasil pengujian asumsi klasik diuraikan pada bagian berikut.

1. Uji asumsi multikolinieritas

Multikolinieritas adalah suatu keadaan di mana variabel-variabel bebas saling berkorelasi satu dengan lainnya. Persamaan regresi linier berganda yang baik adalah persamaan yang bebas dari adanya multikolinieritas antara variabel-variabel bebasnya. Sebagai alat ukur yang sering digunakan untuk mengukur ada


(47)

tidaknya variabel yang berkorelasi, maka digunakan alat uji statistik multikolinieritas (collinierity statistics) dengan menggunakan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Di mana apabila nilai toleransi (tolerance) > 0,1 dan nilai VIF < 10 menunjukkan bahwa model regresi linier berganda terbebas dari masalah multikolinieritas. Hasil uji asumsi multikolinieritas untuk model konversi lahan karet menjadi kelapa sawit dapat ditunjukkan pada Tabel 12.

Tabel 12. Hasil Uji Multikolinieritas Menggunakan Statistik Kolinieritas No Variabel Bebas Collinerity Statistics

Tollerance VIF

1 Biaya tenaga kerja Karet 0,839 1,192 2 Biaya tenaga kerja Kelapa Sawit 0,904 1,106

Sumber: Analisis Data Primer, 2013

Tabel 12 menunjukkan bahwa masing-masing variabel bebas memiliki nilai VIF < 10 dan nilai toleransi (tolerance) > 0,1. Maka dapat dinyatakan model regresi linier konversi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit terbebas dari masalah multikolinieritas.

2. Uji asumsi heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi perbedaan varian residual dari suatu periode pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian residual dari suatu periode pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Dan jika varian berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah jika tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heterokedastisitas model konversi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit disajikan pada Gambar 4.


(48)

a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. b. Titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.

c. Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang menyebar kemudian menyempit dan melebar kembali.

d. Penyebaran titik-titik data tidak berpola.

Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier konversi lahan karet menjadi kelapa sawit terbebas dari asumsi heteroskedastisitas

Sumber: Analisis Data Primer, 2013

Gambar 4. Grafik Uji Heteroskedastisitas

3. Uji asumsi normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah residual dalam model regresi memiliki distribusi normal. Uji ini dapat dilakukan dengan menggunakan


(49)

maupun ke kanan. Hasil uji normalitas residual model konversi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 menunjukkan bahwa residual terdistribusi dengan normal. Data terlihat menyebar mengikuti garis diagonal dan diagram histogram yang tidak condong ke kiri maupun ke kanan.

Sumber: Analisis Data Primer, 2013

Gambar 5. Grafik Uji Normalitas

Uji normalitas dapat juga dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji Kolmogorov-Smirnov bertujuan untuk membandingkan sebaran residual dengan sebaran normal. Hipotesis yang diajukan adalah “Ho: tidak ada perbedaan sebaran residual dengan sebaran normal” dan “H1: ada perbedaan distribusi residual


(50)

dengan distribusi normal”. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Uji Normalitas Keterangan

N

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp.Sig. (2-tailed) Unstandardized

Residual 30 0,692 0,725

Sumber: Analisis Data Primer, 2013

Nilai uji Kolmogorov-Smirnov Z diperoleh pada kolom Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,725 yang lebih besar dari α (0,1) menunjukkan bahwa Ho diterima, yaitu tidak ada perbedaan distribusi residual dengan distribusi normal, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual model terdistribusi normal.

Uji kesesuaian (test goodness of fit) model

Tabel 14. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Karet Menjadi Lahan Kelapa Sawit

No Variabel Bebas Koefisien Regresi t hitung signifikansi

1 Konstanta 27,19 0,559 0,581

2 Biaya input karet -7,940E-7 -0,413 0,683 3 Biaya input kelapa sawit -6,925E-6 -0,426 0,674 4 biaya tenaga kerja karet -7,708E-7 -4,475 0,00

5

biaya tenaga kerja kelapa

sawit 6,76E-7 1,892 0,07

R2 0,580

F hitung 8,637

Signifikansi F 0,000

Sumber: Analisis Data Primer, 2013

Setelah dilakukan uji asumsi, maka dilakukan uji kesesuaian model dan uji hipotesis. Hasil analisis menunjukkan terdapat dua variabel bebas yang


(51)

berpengaruh terhadap variabel terikat Luas lahan yang dikonversi (Y1), yaitu biaya tenaga kerja karet (X3), dan biaya tenaga kerja kelapa sawit (X4). Hasil pengujian variabel yang mempengaruhi konversi lahan karet menjadi kelapa sawit sebelum menggunakan metode backward disajikan dalam Tabel 14.

Hasil evaluasi model menunjukkan bahwa perlu dilakukan metode backward. Metode backward dilakukan untuk mereduksi beberapa variabel bebas, sehingga dihasilkan variabel-variabel bebas yang benar-benar berpengaruh terhadap variabel terikat. Hasil analisis menggunakan metode backward disajikan dalam Tabel 15.

Tabel 15. Hasil Analisis Data Setelah Menggunakan Metode Backward

No Variabel Bebas Koefisien Regresi t hitung signifikansi

1 Konstanta 27,190 0,559 0,581

2 Biaya tenaga kerja karet -7,708E-7 -4,475 0,000

3

Biaya tenaga kerja kelapa

sawit 6,760E-7 1,892 0,070

R2 0,576

Adjusted R2 0,544

Signifikansi F 0,000

Sumber: Analisis Data Primer, 2013

Dengan metode backward tetap diperoleh dua variabel bebas yang berpengaruh terhadap konversi lahan karet menjadi kelapa sawit (Y), yaitu biaya tenaga kerja karet (X3), dan biaya tenaga kerja kelapa sawit (X4).

Untuk mempermudah pembacaan hasil dan interpretasi analisis regresi maka digunakan bentuk persamaan. Persamaan atau model tersebut berisi konstanta dan koefisien-koefisien regresi yang didapat dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya. Persamaan regresi faktor-faktor yang mempengaruhi daun


(52)

Y = 27,190 -7,708X3 + 6,760X4 + e

Pada model regresi ini, nilai konstanta yang tercantum sebesar 27,190 menunjukkan bahwa jika variabel bebas dalam model diasumsikan sama dengan nol, maka luas lahan yang dikonversi di Kabupaten Labuhan Batu adalah sebesar 27.190.

Tabel 15 menunjukkan koefisien determinasi sebesar 0,576. Namun karena menggunakan metode backward maka nilai koefisien determinasi yang digunakan adalah nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (adjusted R2). Nilai

adjusted R2 yang diperoleh sebesar 0,544 menunjukkan bahwa sebesar 54,4% luas lahan konversi karet menjadi kelapa sawit (Y) telah dapat dijelaskan oleh variabel bebas biaya tenaga kerja karet (X3), dan biaya tenaga kerja kelapa sawit (X4). Sedangkan sisanya sebesar 45,6% dipengaruhi oleh variabel bebas lain yang belum dimasukkan ke dalam model

Untuk menguji hipotesis bahwa biaya tenaga kerja karet (X3), dan biaya tenaga kerja kelapa sawit (X4) berpengaruh terhadap konversi lahan (Y), secara serempak dilakukan dengan uji F dan secara parsial dilakukan dengan uji t dengan tingkat signifikansi dalam penelitian ini menggunakan α 10% atau 0,1. Hasil pengujian hipotesis diuraikan dalam bagian berikut.

1. Uji pengaruh variabel secara serempak

Uji serempak dengan uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap variabel terikat. Hasil uji F disajikan pada Tabel 16.


(53)

Tabel 16. Hasil Uji Serempak

Model

Sum of

Squares Df Mean Square

F

hitung Sig

3 Regression 51,448 2 25,724 18,317 0.000 Residual 37,918 27 1,404

Jumlah 89,367 29

Sumber: Analisis Data Primer, 2013

Tabel 16 menunjukkan bahwa nilai signifikansi uji F sebesar 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir yaitu α 10% atau 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima, yaitu variabel bebas biaya tenaga kerja karet (X3), dan biaya tenaga kerja kelapa sawit (X4), secara serempak berpengaruh nyata terhadap konversi lahan karet menjadi kelapa sawit (Y1). 2. Uji pengaruh variabel secara parsial

Setelah dilakukan uji pengaruh variabel secara serempak, pembahasan dilanjutkan dengan pengujian pengaruh variabel bebas secara parsial. Hasil uji t menunjukkan variabel-variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel terikat jika nilai signifikansi t lebih kecil dari α (level of significant) yang ditentukan. Hasil uji pengaruh variabel bebas secara parsial disajikan pada Tabel 17.


(54)

Tabel 17. Hasil Uji Secara Parsial

No Variabel Bebas

Unstandardized Coefficient

Standardized

Coefficient t Sig

B

Std

error Beta 1 Biaya tenaga

kerja karet -7,708E-7 0,000 -0,633

-4,475 0,000

2

Biaya tenaga kerja kelapa

sawit 6,760E-7 0,000 0,258 1,892 0,070

Sumber: Analisis Data Primer, 2013

a. Biaya Tenaga Kerja karet (X3)

Nilai signifikansi variabel bebas biaya tenaga kerja karet (X3) sebesar 0,000 menunjukkan bahwa variabel bebas biaya tenaga kerja karet (X3) secara parsial berpengaruh nyata terhadap luas lahan konversi karet menjadi kelapa sawit (Y) karena signifikansi t (0,000) lebih kecil dari α (0,1). Nilai koefisien regresi sebesar -7,708menunjukkan bahwa apabila biaya tenaga kerja karet (X3) naik sebesar Rp 1, maka konversi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit turun sebesar 7,708 ha. b. Biaya Tenaga Kerja Kelapa Sawit (X4)

Nilai signifikansi variabel bebas biaya tenaga kerja kelapa sawit (X4) sebesar 0,070 menunjukkan bahwa variabel bebas biaya tenaga kerja kelapa sawit (X4) secara parsial berpengaruh nyata terhadap luas lahan konversi karet menjadi kelapa sawit (Y) karena signifikansi t (0,070) lebih kecil dari α (0,1). Nilai koefisien regresi sebesar 6,760 menunjukkan bahwa apabila biaya tenaga kerja kelapa sawit (X4) naik sebesar Rp 1, maka konversi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit naik sebesar 6,760 ha.


(55)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Biaya tenaga kerja karet dan biaya tenaga kerja kelapa sawit merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit di kabupaten Labuhan Batu desa Kampung Dalam.

6.2. Saran

1. Diharapkan petani tidak terus melakukan konversi lahan karet agar kebutuhan karet tetap terpenuhi.

2. Diharapkan pemerintah agar menata kembali kebijakan-kebijakan menyangkut perizinan konversi lahan

3. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti permasalahan yang sama dengan menambahkan analisis tentang fakta-fakta baru yang menjadi alasan petani mengkonversi lahannya.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2003. Produksi Karet Alam Nasional Akan Menurun Terus. Harian Analisa, Edisi 2 Januari 2003. Medan

Anonimus. 2012. Produksi Karet Diperkirakan Terus Menurun. Dikutip dari: http://chaidirritnga.com/new/produksi-karet-diperkirakan-terus-turun/

Daulay, Paruhuman. 2003. Konversi Lahan Komoditi Karet Menjadi Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus di Desa Batu Tunggal Kecamatan Na IX-X

Kabupaten Labuhan Batu). USU. Medan Dikutip dari:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4636/1/ D0300360.pdf

Hasibuan, R.A. 2011. Alih Fungsi Lahan Tebu Menjadi Lahan Kelapa Sawit di PT Perkebunan Nusantara II Unit Kebun Tandem. USU. Medan

Irsalina, Sabrina. 2009. Analisis Alih Fungsi Lahan Sawah di kabupaten Langkat.

Universitas Sumatera Utara. Medan

Kamdi, A. 1989. Peranan Pabrik Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Swasta dan

Pemasaran Tandan Buah Segar Kelapa Sawit di Indonesia. Medan

Kompas. 2008. Dampak Negatif Alih Fungsi Lahan ke Perkebunan Kelapa Sawit.

Dikutip dari : http://web.g-help.or.id/index2.php?option=com content&do pdf=1&id=105

Lestari, T. 2009. Dampak Konversi Lahan Pertanian Bagi Taraf Hidup Petani. Makalah Kolokium. Deprtemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Msyarakat tanggal 21 April 2009. Intitut Pertanian Bogor.

Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Marihat. Pematang Siantar Sumatera Utara

Matondang, Tycha M. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani Padi Sawah Melakukan Alih Fungsi ke Komoditi Perkebunan ( Studi Kasus: Daerah Irigasi Namusira-Sira, Kabupaten Langkat). USU. Medan

Nazarudin, Paimin. 1992. Karet Strategi Pemasaran Budidaya dan Pengolahannya. Penebar Swadaya. Jakarta

Prayudho, 2009. Teori Lokasi. Diakses dari

prayudho.wordpress.com/2009/11/05/teori-lokasi/ Rusastra Setyamidjaya, D. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta


(57)

Siregar, Wahyudi. 2012. Bisnis Karet 3kali Lebih Menguntungkan dari Kelapa

Sawit. Dikutip dari

Soedarsono, H. 1995. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES. Jakarta

Soekartawi. 1995. Analisis Usaha. UI. Jakarta

Syukur, S. 1999. Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat. Pematang Siantar Sumatera Utara.

Supriana, Tavi. 2013. Penuntun Praktikum Ekonometrika AGB 257. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian USU. Medan

Umar, H. 1996. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis. Rajawali Pers. Jakarta.

Utama, Dicky Fajar. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah ke Penggunaan Non Sawah di Kabupaten Cirebon. IPB. Bogor


(58)

Lampiran 1. Karakteristik Petani No Sampel Umur (Tahun) Tingkat Pendidikan Jumlah tanggungan sebelum konversi (jiwa) Jumlah tanggungan sesudah konversi (jiwa)

Luas Lahan (Ha)

Pengalaman Bertani (tahun) sebelum konversi sesudah konversi

1 51 SD 4 2 2,0 2 25

2 41 SMP 3 2 2,0 2 18

3 52 SMA 4 2 7,0 5 25

4 45 S1 4 3 8,0 8 20

5 48 SMP 3 3 2,0 2 28

6 39 SMA 3 3 2,5 1,5 15

7 50 SMP 6 4 7,0 7 27

8 45 SMA 5 3 2,0 2 15

9 58 SMA 3 2 2,5 2,5 30

10 45 SMP 3 3 2,0 2 20

11 42 SMA 4 3 1,5 1,5 22

12 40 SMA 3 3 1,0 1 20

13 42 S1 4 4 3,0 3 18

14 50 SD 3 2 1,0 1 28

15 45 SMA 5 3 5,0 5 26

16 38 SMA 3 3 3,0 3 15

17 44 SMP 3 3 4,0 2,5 21

18 46 SD 3 2 3,0 3 26

19 52 SD 3 3 2,5 2,5 30

20 50 SMP 4 2 4,5 3,5 33

21 49 SD 3 3 3,0 3 25

22 47 S1 4 4 6,0 5 27

23 44 SMP 3 3 3,5 2,5 20

24 43 SMA 5 4 5,0 5 15

25 55 SMA 3 2 1,0 1 25

26 54 SMP 4 2 4,5 4,5 33

27 41 SD 4 3 3,0 3 14

28 47 SMP 5 3 4,0 4 19

29 39 SMA 5 4 5,0 5 21


(59)

Jumlah 112 85 107,5 99

Rata-rata 3,73 2,83 3,58 3,3

Lampiran 2. Total Biaya Petani Karet dan Petani Kelapa Sawit

No Sampel Luas Lahan Dikonversi Biaya input Karet Biaya input

Kelapa Sawit Biaya Tenaga

Kerja Karet

Biaya Tenaga Kerja Kelapa Sawit

1 2 3.933.500 2.830.500 3.200.000 1.575.000

2 2 4.057.500 2.829.500 2.820.000 825.000

3 5 3.896.429 2.822.000 914.286 1.140.000

4 8 3.977.500 2.829.250 705.000 1.325.000

5 2 4.190.000 2.808.000 3.300.000 810.000

6 2 4.119.000 2.824.667 5.376.000 1.920.000

7 7 4.051.000 2.815.250 728.571 1.900.000

8 2 4.046.000 2.801.500 3.320.000 75.000

9 3 4.020.200 2.824.400 3.440.000 2.400.000

10 2 3.914.000 2.855.333 1.825.000 120.000

11 2 4.109.667 2.822.667 3.813.333 0

12 1 3.927.000 2.826.000 4.750.000 0

13 3 4.012.333 2.827.000 1.000.000 1.353.333

14 1 3.959.000 2.822.000 3.000.000 0

15 5 4.015.000 2.798.000 1.480.000 1.730.000

16 3 3.932.333 2.835.333 1.083.333 1.580.000

17 3 4.042.000 2.835.200 2.255.000 1.672.000

18 3 3.995.000 2.798.000 1.933.333 1.340.000

19 3 3.922.200 2.813.200 2.640.000 960.000

20 4 3.968.778 2.800.000 1.168.889 1.731.429

21 3 3.915.000 2.834.667 2.140.000 913.333

22 5 3.915.000 2.840.000 2.173.333 1.220.000

23 3 3.990.000 2.798.000 1.617.143 852.000

24 5 4.019.600 2.807.200 1.824.000 740.000

25 1 3.929.000 2.826.000 6.220.000 0

26 5 3.927.667 2.810.000 1.288.889 382.222

27 3 3.920.000 2.798.000 1.000.000 250.000


(60)

29 5 3.911.000 2.798.000 644.000 936.000

30 6 3.921.714 2.813.667 904.286 1.166.667

Jumlah 99 120.083.671 84.541.333 67.574.397 29.826.984

Rata-Rata 3,3 4.002.789,02 2.818.044,44 2.252.479,89 994.232,80

Lampiran 3. Hasil Regresi Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Karet Menjadi Lahan Kelapa Sawit

Model Summaryd

Mode

l R

R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F Chan

ge df1 df2

Sig. F Change 1 .762a .580 .513 1.22506 .580 8.637 4 25 .000 2 .760b .577 .529 1.20535 -.003 .170 1 25 .683

3 .759c .576 .544 1.18507 -.002 .099 1 26 .756 1.700 a. Predictors: (Constant), biaya tenaga kerja kelapa sawit, biaya input kelapa sawit, biaya input

karet, biaya tenaga kerja karet

b. Predictors: (Constant), biaya tenaga kerja kelapa sawit, biaya input kelapa sawit, biaya tenaga kerja karet c. Predictors: (Constant), biaya tenaga kerja kelapa sawit, biaya tenaga kerja karet

d. Dependent Variable: lahan

ANOVAd

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 51.848 4 12.962 8.637 .000a

Residual 37.519 25 1.501

Total 89.367 29

2 Regression 51.592 3 17.197 11.837 .000b

Residual 37.775 26 z1.453

Total 89.367 29

3 Regression 51.448 2 25.724 18.317 .000c

Residual 37.918 27 1.404


(61)

a. Predictors: (Constant), biaya tenaga kerja kelapa sawit, biaya input kelapa sawit, biaya input karet, biaya tenaga kerja karet

b. Predictors: (Constant), biaya tenaga kerja kelapa sawit, biaya input kelapa sawit, biaya tenaga kerja karet

c. Predictors: (Constant), biaya tenaga kerja kelapa sawit, biaya tenaga kerja karet d. Dependent Variable: lahan


(62)

Sambungan Lampiran 3. Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardi zed Coefficie nts

t Sig.

Correlations

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta

Zero-order Partial Part Toler

ance VIF 1 (Constant)

27.190 48.66

0 .559 .581

biaya input karet

-7.940E-7 .000 -.057 -.413 .683 -.046 -.082

-.053 .885 1.130 biaya

input kelapa sawit

-6.925E-6 .000 -.061 -.426 .674 -.202 -.085

-.055 .831 1.203

biaya tenaga kerja karet

-7.708E-7 .000 -.633

-4.475 .000 -.721 -.667

-.580 .839 1.192 biaya

tenaga kerja kelapa sawit

6.760E-7 .000 .258 1.892 .070 .423 .354 .245 .904 1.106

2 (Constant)

17.941 42.49

9 .422 .676

biaya input kelapa sawit

-4.754E-6 .000 -.042 -.314 .756 -.202 -.062

-.040 .928 1.077

biaya tenaga kerja karet

-7.823E-7 .000 -.643

-4.676 .000 -.721 -.676


(63)

biaya tenaga kerja kelapa sawit

6.564E-7 .000 .250 1.884 .071 .423 .347 .240 .921 1.086

3 (Constant) 4.584 .596 7.697 .000 biaya

tenaga kerja karet

-7.963E-7 .000 -.654

-5.025 .000 -.721 -.695

-.630 .927 1.078 biaya

tenaga kerja kelapa sawit

6.470E-7 .000 .247 1.895 .069 .423 .343 .238 .927 1.078

a. Dependent Variable: lahan


(64)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Lahan biaya produksi karet biaya produksi kelapa sawit biaya tenaga kerja karet biaya tenaga kerja kelapa sawit Unstanda rdized Residual

N 30 30 30 30 30 30

Normal Parametersa

Mean

3.4333 4.0028E6 2.8180E6 2.2525E6 994232.80

00 .0000000 Std.

Deviation 1.75545 1.25721E5

15359.232

89 1.44196E6 6.69417E5

1.143471 85 Most Extreme

Differences

Absolute .231 .199 .135 .133 .104 .126

Positive .231 .198 .126 .133 .104 .126

Negative -.114 -.199 -.135 -.132 -.092 -.085 Kolmogorov-Smirnov Z 1.264 1.092 .739 .726 .571 .692 Asymp. Sig. (2-tailed) .082 .184 .645 .667 .900 .725 a. Test distribution is


(65)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Lahan biaya produksi karet biaya produksi kelapa sawit biaya tenaga kerja karet biaya tenaga kerja kelapa sawit Unstanda rdized Residual

N 30 30 30 30 30 30

Normal Parametersa

Mean

3.4333 4.0028E6 2.8180E6 2.2525E6 994232.80

00 .0000000 Std.

Deviation 1.75545 1.25721E5

15359.232

89 1.44196E6 6.69417E5

1.143471 85 Most Extreme

Differences

Absolute .231 .199 .135 .133 .104 .126

Positive .231 .198 .126 .133 .104 .126

Negative -.114 -.199 -.135 -.132 -.092 -.085 Kolmogorov-Smirnov Z 1.264 1.092 .739 .726 .571 .692 Asymp. Sig. (2-tailed) .082 .184 .645 .667 .900 .725


(66)

(1)

a. Predictors: (Constant), biaya tenaga kerja kelapa sawit, biaya input kelapa sawit, biaya input karet, biaya tenaga kerja karet

b. Predictors: (Constant), biaya tenaga kerja kelapa sawit, biaya input kelapa sawit, biaya tenaga kerja karet

c. Predictors: (Constant), biaya tenaga kerja kelapa sawit, biaya tenaga kerja karet d. Dependent Variable: lahan


(2)

Sambungan Lampiran 3.

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardi zed Coefficie nts

t Sig.

Correlations

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta

Zero-order Partial Part Toler

ance VIF 1 (Constant)

27.190 48.66

0 .559 .581

biaya input karet

-7.940E-7 .000 -.057 -.413 .683 -.046 -.082

-.053 .885 1.130 biaya

input kelapa sawit

-6.925E-6 .000 -.061 -.426 .674 -.202 -.085

-.055 .831 1.203

biaya tenaga kerja karet

-7.708E-7 .000 -.633

-4.475 .000 -.721 -.667

-.580 .839 1.192 biaya

tenaga kerja kelapa sawit

6.760E-7 .000 .258 1.892 .070 .423 .354 .245 .904 1.106

2 (Constant)

17.941 42.49

9 .422 .676

biaya input kelapa sawit

-4.754E-6 .000 -.042 -.314 .756 -.202 -.062

-.040 .928 1.077

biaya tenaga kerja karet

-7.823E-7 .000 -.643

-4.676 .000 -.721 -.676


(3)

biaya tenaga kerja kelapa sawit

6.564E-7 .000 .250 1.884 .071 .423 .347 .240 .921 1.086

3 (Constant) 4.584 .596 7.697 .000

biaya tenaga kerja karet

-7.963E-7 .000 -.654

-5.025 .000 -.721 -.695

-.630 .927 1.078 biaya

tenaga kerja kelapa sawit

6.470E-7 .000 .247 1.895 .069 .423 .343 .238 .927 1.078

a. Dependent Variable: lahan


(4)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Lahan

biaya produksi

karet

biaya produksi

kelapa sawit

biaya tenaga kerja karet

biaya tenaga

kerja kelapa

sawit

Unstanda rdized Residual

N 30 30 30 30 30 30

Normal Parametersa

Mean

3.4333 4.0028E6 2.8180E6 2.2525E6 994232.80

00 .0000000 Std.

Deviation 1.75545 1.25721E5

15359.232

89 1.44196E6 6.69417E5

1.143471 85 Most Extreme

Differences

Absolute .231 .199 .135 .133 .104 .126

Positive .231 .198 .126 .133 .104 .126

Negative -.114 -.199 -.135 -.132 -.092 -.085

Kolmogorov-Smirnov Z 1.264 1.092 .739 .726 .571 .692

Asymp. Sig. (2-tailed) .082 .184 .645 .667 .900 .725


(5)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Lahan

biaya produksi

karet

biaya produksi

kelapa sawit

biaya tenaga kerja karet

biaya tenaga

kerja kelapa

sawit

Unstanda rdized Residual

N 30 30 30 30 30 30

Normal Parametersa

Mean

3.4333 4.0028E6 2.8180E6 2.2525E6 994232.80

00 .0000000 Std.

Deviation 1.75545 1.25721E5

15359.232

89 1.44196E6 6.69417E5

1.143471 85 Most Extreme

Differences

Absolute .231 .199 .135 .133 .104 .126

Positive .231 .198 .126 .133 .104 .126

Negative -.114 -.199 -.135 -.132 -.092 -.085

Kolmogorov-Smirnov Z 1.264 1.092 .739 .726 .571 .692


(6)