Karakteristik Petani Sampel Analisis Konversi Lahan Karet Menjadi Lahan Kelapa Sawit (Studi Kasus : Desa Kampung Dalam, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu)

Jumlah 2682 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Kampung Dalam, 2013

4.2. Karakteristik Petani Sampel

Petani yang menjadi sampel adalah sebanyak 30 orang. Gambaran umum tentang petani meliputi umur petani, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, lama berusaha tani, luas lahan yang dikonversi. Umur Petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur petani sampel berada diantara 38- 58 tahun dengan rata-rata 45,93 tahun. Komposisi petani sampel berdasarkan umur dapat ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6. Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Umur Petani No Umur Tahun Jumlah orang Persentase 1 38-41 7 23,33 2 42-45 9 30,00 3 46-49 4 13,33 4 50-53 6 20,00 5 54-57 2 6,67 6 58 1 3,33 Jumlah 30 100 Sumber: Analisis Data Primer, 2013 Tabel 6 menunjukkan bahwa sebesar 30 petani berada pada umur 42-45 tahun sejumlah 9 orang, sebesar 23,33 petani berada pada umur 38-41 tahun sejumlah 7 orang, sebesar 20 berada pada umur 50-53 sejumlah 6 orang. Hal ini berarti usia petani masih dikatakan produktif. Universitas Sumatera Utara Tingkat Pendidikan Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan petani SMA. Komposisi tingkat pendidikan petani dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Komposisi Tingkat Pendidikan Petani No TingkatPendidikan Jumlah orang Persentase 1 SD 6 20 2 SMP 9 30 3 SMA 11 36,67 4 S1 4 13,33 Jumlah 30 100 Sumber: Analisis Data Primer, 2013 Berdasarkan Tabel 7 diatas, dapat dilihat bahwa sebanyak 36,67 petani memiliki tingkat pendidikan SMA, kemudian 30 tingkat pendidikan SMP, 20 tingkat pendidikan SD dan 13,33 tingkat pendidikan S1. Hal ini menunjukkan bahwa petani sadar akan pentingnya pendidikan. Jumlah Tanggungan Petani Jumlah tanggungan dalam penelitian ini adalah jumlah anggota keluarga yang secara ekonomi masih menjadi beban bagi kepala keluarga petani. Dari sisi ekonomi, jumlah tanggungan akan berengaruh terhadap tingkat pengeluaran keluarga petani, tetapi disisi lain juga memberikan ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga untuk mengelola usahatani. Jumlah tanggungan keluarga petani dihitung dalam jiwaorang dengan distribusi seperti pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah Tanggungan Petani Sebelum dan Sesudah Konversi No Uraian Jumlah Tanggungan sebelum konversi jumlah tanggungan sesudah konversi 1 Tanggungan Minimum 3 2 Universitas Sumatera Utara 2 Tanggungan Maksimum 6 4 Rata-rata Tanggungan 3,73 2,83 Sumber: Analisis Data Primer, 2013 Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan rata-rata petani sampel sebelum konversi adalah 3,73 jiwa dengan tanggungan maksimum 6 jiwa dan minimum 3 jiwa. Setelah konversi, rata-rata tanggungan menjad 2,83 dengan tanggungan maksimum 4 jiwa dan tanggungan minimum 2 jiwa Luas Lahan Usahatani Sebelum dan Sesudah Konversi Luas lahan usatani adalah jumlah luas lahan awal petani sebelum dikonversikan menjadi lahan tanaman kelapa sawit. Luas lahan awal yang dimiliki petani rata-rata adalah 3,58 ha berada pada rentag maksimum 8 ha dan rentang minimum 1 ha. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Luas Lahan Usatani Petani Sebelum dan Sesudah Konversi No Uraian Luas Lahan Awal Luas Lahan Akhir Usaha tani Karet Usaha Tani Karet Kelapa Sawit 1 Luas Lahan Minimun 1,0 1,0 1,0 0,0 1,0 2 Luas Lahan Maksimum 8,0 8,0 8,0 2,0 8,0 Luas Lahan rata- rata 107,5 107,5 107,5 0,3 99 Sumber: Analisis Data Primer, 2013 Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah luas lahan rata-rata tanaman karet setelah konversi adalah 0,3 ha dengan jumlah luas lahan karet maksimum adalah 2 ha dan luas minimum adalah 0. Untuk luas lahan rata-rata tanaman kelpaa sawit Universitas Sumatera Utara petani hasil konversi adalah 3,3 ha dengan luas lahan kelapa sawit maksimum adalah 8 ha sedangkan luas lahan minimum adalah 1 ha. Universitas Sumatera Utara BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Variabel Penelitian Konversi lahan di kabupaten Labuhan Batu dianalisis dengan metode regresi linier berganda. Konversi lahan karet menjadi kelapa sawit Y diduga dipengaruhi oleh biaya input karet X 1 , biaya input kelapa sawit X 2 , biaya tenaga kerja karet X 3 dan biaya tenaga kerja kelapa sawit X 4 . Biaya input karet dan kelapa sawit adalah total seluruh biaya yang dikeluarkan petani dalam masa produksi per 1ha, yang meliputi bibit, pupuk dan obat-obatan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Biaya Input Karet dan Kelapa Sawit Petani Per 1ha No Uraian Biaya input karet Biaya input kelapa sawit 1 Biaya minimum 3.896.429 2.798.000 2 Biaya maksimum 4.546.250 2.855.333 Rata-rata biaya 4.002.789,02 2.818.044,44 Sumber: Analisis Data Primer, 2013 Tabel 10 menunjukkan bahwa biaya minimum petani karet yang dkeluarkan untuk 1ha adalah sebesar Rp 3.896.429, sedangkan biaya maksimum sebesar Rp 4.546.250 dengan biaya rata-rata Rp 4.002.789,02. Sedangkan biaya minimum petani kelapa sawit yang dikeluarkan sebesar Rp 2.798.000 sedangkan biaya maksimum Rp 2.855.333 dengan biaya rata-rata Rp 2.818.044,44. Biaya tenaga kerja karet dan kelapa sawit adalah seluruh biaya tenaga kerja luar keluarga yang dikeluarkan petani dalam masa proses produksi per 1ha. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 11. Universitas Sumatera Utara Tabel 11. Biaya Tenaga Kerja Karet dan Kelapa Sawit Petani Per 1ha No Uraian Biaya tenaga kerja karet Biaya tenaga kerja kelapa sawit 1 Biaya minimum 644.000 2 Biaya maksimum 5.376.000 1.731.429 Rata-rata biaya 2.252.479,89 994.232,80 Sumber: Analisis Data Primer, 2013 Tabel 11 menunjukkan bahwa biaya minimum tenaga kerja karet yang dikeluarkan petani dalam 1ha adalah sebesar Rp 644.000 dan biaya maksimum Rp 5.376.00 dengan biaya rata-rata Rp 2.252.479,89. Sedangkan untuk baiya minimum tenaga kerja kelapa sawit yang dikeluarkan petani sebesar Rp 0 dan biaya maksimum Rp 1.731.429 dengan biaya rata-rata Rp 994.232,80. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan karet menjadi kelapa sawit Uji asumsi Ordinary Least Squares OLS Sebelum dilakukan uji kesesuaian goodness of fit model perlu dilakukan uji asumsi. Pengujian ini dilakukan untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi dalam model regresi linier konversi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit yang dispesifikasi. Hasil pengujian asumsi klasik diuraikan pada bagian berikut. 1. Uji asumsi multikolinieritas Multikolinieritas adalah suatu keadaan di mana variabel-variabel bebas saling berkorelasi satu dengan lainnya. Persamaan regresi linier berganda yang baik adalah persamaan yang bebas dari adanya multikolinieritas antara variabel- variabel bebasnya. Sebagai alat ukur yang sering digunakan untuk mengukur ada Universitas Sumatera Utara tidaknya variabel yang berkorelasi, maka digunakan alat uji statistik multikolinieritas collinierity statistics dengan menggunakan nilai Variance Inflation Factor VIF. Di mana apabila nilai toleransi tolerance 0,1 dan nilai VIF 10 menunjukkan bahwa model regresi linier berganda terbebas dari masalah multikolinieritas. Hasil uji asumsi multikolinieritas untuk model konversi lahan karet menjadi kelapa sawit dapat ditunjukkan pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil Uji Multikolinieritas Menggunakan Statistik Kolinieritas No Variabel Bebas Collinerity Statistics Tollerance VIF 1 Biaya tenaga kerja Karet 0,839 1,192 2 Biaya tenaga kerja Kelapa Sawit 0,904 1,106 Sumber: Analisis Data Primer, 2013 Tabel 12 menunjukkan bahwa masing-masing variabel bebas memiliki nilai VIF 10 dan nilai toleransi tolerance 0,1. Maka dapat dinyatakan model regresi linier konversi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit terbebas dari masalah multikolinieritas. 2. Uji asumsi heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi perbedaan varian residual dari suatu periode pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian residual dari suatu periode pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Dan jika varian berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah jika tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heterokedastisitas model konversi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit disajikan pada Gambar 4. Metode grafik menunjukkan penyebaran titik-titik varian residual sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. b. Titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja. c. Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang menyebar kemudian menyempit dan melebar kembali. d. Penyebaran titik-titik data tidak berpola. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier konversi lahan karet menjadi kelapa sawit terbebas dari asumsi heteroskedastisitas Sumber: Analisis Data Primer, 2013 Gambar 4. Grafik Uji Heteroskedastisitas 3. Uji asumsi normalitas Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah residual dalam model regresi memiliki distribusi normal. Uji ini dapat dilakukan dengan menggunakan normal probability plot dan diagram histogram yang tidak condong ke kiri Universitas Sumatera Utara maupun ke kanan. Hasil uji normalitas residual model konversi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit disajikan pada Gambar 5. Gambar 5 menunjukkan bahwa residual terdistribusi dengan normal. Data terlihat menyebar mengikuti garis diagonal dan diagram histogram yang tidak condong ke kiri maupun ke kanan. Sumber: Analisis Data Primer, 2013 Gambar 5. Grafik Uji Normalitas Uji normalitas dapat juga dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji Kolmogorov-Smirnov bertujuan untuk membandingkan sebaran residual dengan sebaran normal. Hipotesis yang diajukan adalah “Ho: tidak ada perbedaan sebaran residual dengan sebaran normal” dan “H1: ada perbedaan distribusi residual Universitas Sumatera Utara dengan distribusi normal”. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Uji Normalitas Keterangan N Kolmogorov-Smirnov Z Asymp.Sig. 2- tailed Unstandardized Residual 30 0,692 0,725 Sumber: Analisis Data Primer, 2013 Nilai uji Kolmogorov-Smirnov Z diperoleh pada kolom Asymp. Sig. 2-tailed sebesar 0,725 yang lebih besar dari α 0,1 menunjukkan bahwa Ho diterima, yaitu tidak ada perbedaan distribusi residual dengan distribusi normal, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual model terdistribusi normal. Uji kesesuaian test goodness of fit model Tabel 14. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Karet Menjadi Lahan Kelapa Sawit No Variabel Bebas Koefisien Regresi t hitung signifikansi 1 Konstanta 27,19 0,559 0,581 2 Biaya input karet -7,940E-7 -0,413 0,683 3 Biaya input kelapa sawit -6,925E-6 -0,426 0,674 4 biaya tenaga kerja karet -7,708E-7 -4,475 0,00 5 biaya tenaga kerja kelapa sawit 6,76E-7 1,892 0,07 R 2 0,580 F hitung 8,637 Signifikansi F 0,000 Sumber: Analisis Data Primer, 2013 Setelah dilakukan uji asumsi, maka dilakukan uji kesesuaian model dan uji hipotesis. Hasil analisis menunjukkan terdapat dua variabel bebas yang Universitas Sumatera Utara berpengaruh terhadap variabel terikat Luas lahan yang dikonversi Y1, yaitu biaya tenaga kerja karet X 3 , dan biaya tenaga kerja kelapa sawit X 4 . Hasil pengujian variabel yang mempengaruhi konversi lahan karet menjadi kelapa sawit sebelum menggunakan metode backward disajikan dalam Tabel 14. Hasil evaluasi model menunjukkan bahwa perlu dilakukan metode backward. Metode backward dilakukan untuk mereduksi beberapa variabel bebas, sehingga dihasilkan variabel-variabel bebas yang benar-benar berpengaruh terhadap variabel terikat. Hasil analisis menggunakan metode backward disajikan dalam Tabel 15. Tabel 15. Hasil Analisis Data Setelah Menggunakan Metode Backward No Variabel Bebas Koefisien Regresi t hitung signifikansi 1 Konstanta 27,190 0,559 0,581 2 Biaya tenaga kerja karet -7,708E-7 -4,475 0,000 3 Biaya tenaga kerja kelapa sawit 6,760E-7 1,892 0,070 R 2 0,576 Adjusted R 2 0,544 Signifikansi F 0,000 Sumber: Analisis Data Primer, 2013 Dengan metode backward tetap diperoleh dua variabel bebas yang berpengaruh terhadap konversi lahan karet menjadi kelapa sawit Y, yaitu biaya tenaga kerja karet X 3 , dan biaya tenaga kerja kelapa sawit X 4 . Untuk mempermudah pembacaan hasil dan interpretasi analisis regresi maka digunakan bentuk persamaan. Persamaan atau model tersebut berisi konstanta dan koefisien-koefisien regresi yang didapat dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya. Persamaan regresi faktor-faktor yang mempengaruhi daun gambir adalah sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara Y = 27,190 -7,708X3 + 6,760X4 + e Pada model regresi ini, nilai konstanta yang tercantum sebesar 27,190 menunjukkan bahwa jika variabel bebas dalam model diasumsikan sama dengan nol, maka luas lahan yang dikonversi di Kabupaten Labuhan Batu adalah sebesar 27.190. Tabel 15 menunjukkan koefisien determinasi sebesar 0,576. Namun karena menggunakan metode backward maka nilai koefisien determinasi yang digunakan adalah nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan adjusted R2. Nilai adjusted R2 yang diperoleh sebesar 0,544 menunjukkan bahwa sebesar 54,4 luas lahan konversi karet menjadi kelapa sawit Y telah dapat dijelaskan oleh variabel bebas biaya tenaga kerja karet X 3 , dan biaya tenaga kerja kelapa sawit X 4 . Sedangkan sisanya sebesar 45,6 dipengaruhi oleh variabel bebas lain yang belum dimasukkan ke dalam model Untuk menguji hipotesis bahwa biaya tenaga kerja karet X 3 , dan biaya tenaga kerja kelapa sawit X 4 berpengaruh terhadap konversi lahan Y, secara serempak dilakukan dengan uji F dan secara parsial dilakukan dengan uji t dengan tingkat signifikansi dalam penelitian ini menggunakan α 10 atau 0,1. Hasil pengujian hipotesis diuraikan dalam bagian berikut. 1. Uji pengaruh variabel secara serempak Uji serempak dengan uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap variabel terikat. Hasil uji F disajikan pada Tabel 16. Universitas Sumatera Utara Tabel 16. Hasil Uji Serempak Model Sum of Squares Df Mean Square F hitung Sig 3 Regression 51,448 2 25,724 18,317 0.000 Residual 37,918 27 1,404 Jumlah 89,367 29 Sumber: Analisis Data Primer, 2013 Tabel 16 menunjukkan bahwa nilai signifikansi uji F sebesar 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir yaitu α 10 atau 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima, yaitu variabel bebas biaya tenaga kerja karet X 3 , dan biaya tenaga kerja kelapa sawit X 4 , secara serempak berpengaruh nyata terhadap konversi lahan karet menjadi kelapa sawit Y 1 . 2. Uji pengaruh variabel secara parsial Setelah dilakukan uji pengaruh variabel secara serempak, pembahasan dilanjutkan dengan pengujian pengaruh variabel bebas secara parsial. Hasil uji t menunjukkan variabel-variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel terikat jika nilai signifikansi t lebih kecil dari α level of significant yang ditentukan. Hasil uji pengaruh variabel bebas secara parsial disajikan pada Tabel 17. Universitas Sumatera Utara Tabel 17. Hasil Uji Secara Parsial No Variabel Bebas Unstandardized Coefficient Standardized Coefficient t Sig B Std error Beta 1 Biaya tenaga kerja karet -7,708E-7 0,000 -0,633 - 4,475 0,000 2 Biaya tenaga kerja kelapa sawit 6,760E-7 0,000 0,258 1,892 0,070 Sumber: Analisis Data Primer, 2013 a. Biaya Tenaga Kerja karet X3 Nilai signifikansi variabel bebas biaya tenaga kerja karet X 3 sebesar 0,000 menunjukkan bahwa variabel bebas biaya tenaga kerja karet X 3 secara parsial berpengaruh nyata terhadap luas lahan konversi karet menjadi kelapa sawit Y karena signifikansi t 0,000 lebih kecil dari α 0,1. Nilai koefisien regresi sebesar -7,708 menunjukkan bahwa apabila biaya tenaga kerja karet X 3 naik sebesar Rp 1, maka konversi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit turun sebesar 7,708 ha. b. Biaya Tenaga Kerja Kelapa Sawit X 4 Nilai signifikansi variabel bebas biaya tenaga kerja kelapa sawit X 4 sebesar 0,070 menunjukkan bahwa variabel bebas biaya tenaga kerja kelapa sawit X 4 secara parsial berpengaruh nyata terhadap luas lahan konversi karet menjadi kelapa sawit Y karena signifikansi t 0,070 lebih kecil dari α 0,1. Nilai koefisien regresi sebesar 6,760 menunjukkan bahwa apabila biaya tenaga kerja kelapa sawit X 4 naik sebesar Rp 1, maka konversi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit naik sebesar 6,760 ha. Universitas Sumatera Utara BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan