Tabel 2.3. Dosis OAT kombinasi dosis tetap
BB Fase intensif
2 bulan Fase lanjutan
4 bulan Harian
3 kali minggu
Harian 3 kali
minggu RHZE
15075400275 RHZ
15075400 RHZ
150150500 RH
15075 RH
150150 30-37
38-54 55-70
71 2 tablet
3 tablet 4 tablet
5 tablet 2 tablet
3 tablet 4 tablet
5 tablet 2 tablet
3 tablet 4 tablet
5 tablet 2 tablet
3 tablet 4 tablet
5 tablet 2 tablet
3 tablet 4 tablet
5 tablet
Keterangan : R = Rifampisin; H = Isoniazid; Z = Pirazinamid; E = Etambutol; S = Streptomisin; BB = Berat Badan.
Sumber : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006.
Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis di Indonesia
. Sebagian besar penderita TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek
samping. Namun, sebagian kecil dapat mengalami efek samping. Oleh karena itu, pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan PDPI, 2006. Efek samping OAT mengurangi efektivitas pengobatan, karena secara
signifikan OAT berkontribusi terhadap ketidakpatuhan, yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan pengobatan, kambuh, atau munculnya MDR-TB.
Kepatuhan terhadap pengobatan TB sangat penting untuk menyembuhkan pasien dengan TB aktif. Karena masa pengobatan TB yang panjang, pasien harus tetap
dimotivasi untuk melanjutkan pengobatan bahkan ketika dia sudah sehat. Selain itu, halangan dalam pengobatan TB dan pengalihan ke OAT lini kedua, yang
diperlukan pada pasien yang tidak dapat mentoleransi obat standar, berdampak pada respon pengobatan yang suboptimal Tostmann et al., 2008.
2.2. Pengobatan TB pada Hepatitis Imbas Obat
Hepatitis imbas obat juga dikenal sebagai kelainan hati akibat penggunaan obat-obat hepatotoksik
drug-induced hepatitis
PDPI, 2006. Penatalaksanaan yang dilakukan pada keadaan ini adalah :
Bila klinik + ikterik +, gejala mualmuntah + → OAT dihentikan
Universitas Sumatera Utara
Bila klinis -, laboratorium terdapat kelainan:
Bilirubin 2 → OAT dihentikan SGOT, SGPT 5 kali : OAT dihentikan
SGOT, SGPT 3 kali, gejala + : OAT dihentikan SGOT, SGPT 3 kali, gejala - → teruskan pengobatan dengan
pengawasan Paduan OAT yang dianjurkan:
Hentikan OAT yang bersifat hepatotoksik RHZ Monitor klinis dan laboratorium
Bila klinis dan laboratorium normal kembali bilirubin, SGOT, SGPT,
maka tambahkan H INH desensitisasi sampai dengan dosis penuh
300 mg Selama itu perhatikan klinik dan periksa laboratorium saat INH dosis
penuh, bila klinik dan laboratorium normal, tambahkan rifampisin, desensitisasi sampai dengan dosis penuh sesuai berat badan sehingga
paduan obat menjadi RHES Pirazinamid tidak boleh digunakan lagi
2.3. Evaluasi Pengobatan TB
Evaluasi pasien TB meliputi evaluasi klinik, bakteriologi, radiologi dan efek samping obat serta evaluasi keteraturan berobat. Dari segi evaluasi klinik,
pasien TB harus dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama pengobatan dan selanjutnya setiap 1 bulan. Evaluasi ini mencakup respons pengobatan TB dan ada
tidaknya efek samping OAT serta ada tidaknya komplikasi TB. Selain itu, evaluasi klinik juga meliputi keluhan, berat badan, dan pemeriksaan fisik pada
pasien TB. Dari segi evaluasi bakteriologik, pemeriksaannya harus dalam masa 0- 2 bulan dan 2-6 bulan atau 9 bulan. Tujuan evaluasi ini adalah untuk mendeteksi
ada tidaknya konversi dahak. Dalam evaluasi ini, pemeriksaan dan evaluasi mikroskopik harus dilakukan pada 3 keadaan, yaitu sebelum pengobatan dimulai,
setelah 2 bulan pengobatan, dan pada akhir pengobatan. Pada evaluasi radiologik, pemeriksaannya harus dilaksanakan dalam waktu 0-2 bulan dan 2-6 bulan atau 9
Universitas Sumatera Utara
bulan. Evaluasi foto toraks juga dilakukan pada 3 keadaan, yaitu sebelum pengobatan, setelah 2 bulan pengobatan, dan pada akhir pengobatan. Selanjutnya,
evaluasi efek samping OAT secara klinis pula merangkumi pemeriksaan fungsi hati. Pemeriksaan ini dilakukan dari awal, sebelum, dan sesudah bermulanya
pengobatan OAT. Fungsi hati adalah parameter yang selalu dinilai dengan melihat kadar
Alanine Aminotransferase
ALT
Serum Glumtamate
Pyruvate Aminotrasnferase
SGPT atau
Aspartate Aminotransferase
AST
Serum glutamic oxaloacetic transaminase
SGOT. Pemeriksaan kadar SGOT dan SGPT ini bertujuan untuk mengetahui apakah telah terjadi hepatotoksisitas akibat OAT
PDPI, 2006.
2.4. Farmakologi Obat Anti-Tuberkulosis OAT