Universitas Sumatera Utara
mengikuti ujian akan mengalami stres yang dimulai pada saat pengumuman waktu ujian sampai ujian tersebut selesai sepenuhnya. Stres kronik merupakan stres yang
berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama American Psychological Association, 2013; Payne dan Hahn, 2002.
Menurut Pinel 2009, Stres memiliki efek negatif yang merugikan kesehatan, tetapi kadang-kadang stres dapat memilik efek positif. Stres terbagi
atas dua tipe yaitu distress dan eustress. Distress merupakan stres yang merugikan dan memiliki efek negatif terhadap kesehatan kita sedangkan eustress adalah stres
positif yang menguntungkan bagi tubuh kita.
2.1.3. Penyebab Stres
Stresor merupakan pengalaman yang menginduksi respon stres serta bersifat psikologis misalnya, kecemasan karena kehilangan pekerjaan atau fisik
misalnya, paparan dingin dalam waktu lama dan menghasilkan pola inti perubahan fisiologis yang serupa Pinel, 2009
Menurut Branon dan Feist 2007 penyebab stres dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu:
1. Cataclysmic Events
Cataclysmic Events merupakan suatu kejadian besar yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi, seperti bencana alam dan perang.
2. Life Events
Kejadian-kejadian penting yang dapat mempengaruhi perubahan kehidupan seseorang dapat memicu stres, seperti perceraian, kematian
orang yang dicintai, dan kehilangan pekerjaan. 3.
Daily Hassles Kejadian sehari-hari yang dapat menimbulkan stres misalnya jadwal kerja
yang padat, lalu lintas yang macet, dan antrian yang panjang di kasir,loket, atau bank.
Stres dapat ditimbulkan oleh faktor eksternal maupun internal dari segi fisiologis contohnya: infeksi, merasa lapar, terluka, bioekologis contohnya:
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
suhu, polusi, emosional contohnya: kepercayaan, sikap, persepsi, dan sosial contohnya: status ekonomi, pekerjaan Bendelow, 2009.
Besarnya respon stres bukan hanya tergantung pada penyebabnya dan individunya tetapi bergantung juga pada strategi yang diadopsi individu untuk
mengatasi stres. Sebagai contoh, di dalam studi terhadap perempuan yang sedang menunggu operasi karena kemungkinan kanker payudara, tingkat stresnya
ternyata lebih rendah pada mereka yang telah meyakinkan dirinya sendiri untuk memikirkan masalahnya dengan cara tertentu Pinel, 2009
2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Stres
Menurut Atkinson dan Hilgard 1996, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stres, yaitu:
1. Kemampuan menerka Kemampuan menerka timbulnya kejadian stres, walaupun yang
bersangkutan tidak dapat mengontrolnya, biasanya akan mengurangi kerasnya stres.
2. Kontrol atas jangka waktu Kemampuan mengendalikan jangka waktu kejadian yang penuh stres akan
mengurangi kerasnya stres. 3. Evaluasi kognitif
Kejadian stres yang sama mungkin dihayati secara berbeda oleh dua individu, tergantung pada situasi apa yang berarti kepada seseorang.
4. Perasaan mampu Kepercayaan seseorang atas kemampuannya menangulangi situasi penuh
stres merupakan faktor utama dalam menentukan kerasnya stres. 5. Dukungan masyarakat
Dukungan emosional dan adanya perhatian orang lain dapat membuat orang tahan menghadapi stres.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara 2.1.5. Patofisiologi Stres
Menurut Myers 1996, terdapat tiga fase dalam proses terjadinya stres,
yaitu:
1. Pada fase pertama, yaitu reaksi alarm atau peringatan, sistem saraf otonom simpatis diaktifkan oleh stres. Ditandai dengan denyut jantung bertambah
cepat dan otot berkontraksi. 2. Pada fase kedua, resistensi, organisme beradaptasi dengan stres melalui
berbagai mekanisme yang dimiliki. 3. Jika stresor menetap atau organisme tidak mampu merespon secara efektif,
terjadi fase ketiga, yaitu suatu tahap kelelahan yang amat sangat dan mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki atau mati.
Dalam proses terjadinya stres dapat dijelaskan dengan pendekatan biologis dan pendekatan psikologis. Menurut pendekatan biologis, stres terjadi akibat
lemahnya organ tubuh tertentu. Contohnya, Sistem pernapasan yang lemah sejak lahir dapat memicu seseorang menderita asma. Selain itu, stres terjadi akibat
ketidakseimbangan hormon-hormon di dalam tubuh. Tubuh yang menderita stres akan mengalami peningkatan jumlah kortisol dan mengalami perubahan sistem
imun sehingga mudah terkena penyakit Davison, Neale, dan Kring, 2006. Menurut pendekatan psikologis, ancaman fisik akan menimbulkan stres.
Namun, manusia menerima lebih dari sekadar ancaman fisik. Semua persepsi tersebut dapat merangsang aktivitas sistem simpatik dan sekresi hormon-hormon
stres. Namun, emosi-emosi negatif, seperti kekecewaan, penyesalan, dan kekhawatiran, tidak dapat dilawan atau diabaikan dengan mudah seperti halnya
ancaman eksternal, dan juga tidak mudah untuk dihilangkan. Emosi negatif membuat sistem biologis tubuh menjadi tegang dan tubuh selalu berada dalam
kondisi darurat. Kadangkala hal ini berlangsung lebih lama dari yang dapat kita tanggung. Orang-orang yang selalu menilai bahwa berbagai pengalaman hidup
yang terjadi melebihi kemampuan mereka sehingga mereka dapat mengalami stres kronik dan berisiko menderita suatu gangguan psikofisiologis Davison, Neale,
dan Kring, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara 2.1.6. Gejala Klinis Stres
Gejala merupakan suatu keadaan yang tidak biasa dan patut diperhatikan. Pada seseorang yang mengalami stres, biasanya pusing kepala, berdebar-debar,
gelisah, sulit tidur, sulit berkonsentrasi dan merasa marah sepanjang waktu Nurhaeni et al, 2010.
Menurut David 1997, efek yang ditimbulkan stres terbagi menjadi efek negatif dan efek positif. Efek negatif dari stres dapat dilihat pada Tabel 2.1
sedangkan efek negatif dari stres dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.1. Efek Negatif dari Stres Mental
Fisik Emosional
Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
Wajah memerah Irritabilitas meningkat
Kreativitas menurun Tangan dingin
Disorganisasi Memori memburuk
Sesak nafas Konflik
Kontrol diri yang buruk Mulut kering
Perubahan mood Kesulitan mengambil
keputusan Sakit kepala
Gangguan tidur
Depresi Nafas cepat
Frekuensi merokok meningkat
Self-esteem menurun Darah tinggi
Konsumsi alkohol, obat- obatan, dan makanan
yang berlebihan Sumber: David 1997
Tabel 2.2. Efek Positif dari Stres Mental
Fisik Emosional
Kreativitas meningkat Kemampuan mengontrol
diri Tingkat energi meningkat
Kemampuan berpikir meningkat
Cepat tanggap terhadap lingkungan sekitar
Stamina meningkat
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Memiliki orientasi kesuksesan yang tinggi
Hubungan interpersonal meningkat
Fleksibiitas otot dan sendi meningkat
Motivasi meningkat Moral meningkat
Terbebas dari penyakit yang berhubungan
dengan stres Sumber: David 1997
2.1.7. Tahapan Stres