DISKUSI HASIL PENELITIAN
DISKUSI HASIL PENELITIAN
1. Pengaruh Strategi Pembelajaran terhadap Kemampuan Berpikir Siswa
Berdasarkan hasil analisis data dike- tahui bahwa mean skor kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan strategi RTM lebih tinggi dibandingkan dengan mean skor kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran konvensional. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa, sintaks pembelajaran yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Warouw (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif apabila berlangsung sesuai tujuan pembelajaran dan sintak kegiatan pembe- lajaran yang telah direncanakan oleh guru.
Persentase mean skor kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan strategi RTM lebih tinggi 16,58% dari mean skor keterampilan berpikir kritis siswa pada kelompok strategi pembelajaran konvensional (kelas kontrol). Tingginya skor
rata-rata kemampuan berpikir siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran RTM merupakan implikasi dari sintaks pembela- jaran yang telah dikembangkan sebelumnya. Hasil analisis data juga memperlihatkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada akhir pembelajaran dibandingkan dengan awal pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Brown (1993) yang juga membuktikan bahwa strategi reciprocal teaching dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan keaktifan siswa. Temuan penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ninuk (2007), Zubaidah (2007), dan Iyan (2008). Penelitian-pene- litian yang dilakukan sebelumnya ini telah membuktikan bahwa penerapan strategi pembelajaran RT terbukti dapat meningkat- kan pemahaman siswa maupun kemampuan berpikir kritis siswa. Keunggulan strategi RT + metakognitif adalah penekanannya pada aktivitas membaca dan menemukan informasi-informasi penting yang terdapat di dalam teks.
Temuan penelitian ini juga meng- ungkapkan bahwa strategi pembelajaran RTM, efektif dan memiliki potensi member- dayakan kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil analisis data juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor kemampuan ber- pikir kritis pada siswa berkemampuan aka- demik tinggi dan akademik rendah. Rata- rata skor terkoreksi kemampuan berpikir kritis siswa berkemampuan akademik tinggi lebih tinggi 12,34% dari rata-rata skor terkoreksi kemampuan berpikir kritis siswa berkemampuan rendah. Kemampuan ber- pikir kritis awal pada siswa berkemampuan akademik tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis awal pada siswa berkemampuan akademik rendah.
Hasil tersebut memberikan gambaran bahwa kemampuan akademik mempenga- ruhi kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian lain yang sejalan dengan temuan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Winarni (2006), Tindangen (2006), yang melalui hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa siswa berkemampuan akademik berbeda jika diberikan perlakuan dengan strategi pembelajaran yang sama akan menunjukkan hasil belajar yang berbeda pula. Lebih lanjut dijelaskan oleh Susantini (2004), bahwa kemampuan ber- pikir pada siswa berkemampuan akademik
tinggi lebih tinggi (atas) dibandingkan dengan pada siswa berkemampuan akade- mik rendah (bawah). Sejalan dengan itu Presseisen dalam Costa, dkk (1985) menya- takan bahwa berpikir dasar yang dimiliki siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam mengembangkan kemampuan ber- pikir kritisnya. Dengan demikian dapat di- simpulkan siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi juga memiliki kemampuan berpikir kritis yang tinggi pula.
Pengajaran timbal balik (reciprocal teaching) adalah strategi yang dapat membantu siswa dalam berpikir dan memahami tentang sebelum, pada saat dan setelah membaca teks (Doolittle, dkk., 2006).
2. Keunggulan dan Keefektifan Strategi Pembelajaran RTM sebagai Temuan Penelitian
Pengembangan strategi pembelajaran dilakukan dengan menginfusi strategi meta- kognitif ke dalam strategi pembelajaran Reciprocal teaching. Brown (1992) mem- buktikan bahwa strategi reciprocal teaching dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan keaktifan siswa. Atas dasar itu, maka sudah semestinya dikembangkan stra- tegi pembelajaran yang efektif meningkat- kan kemampuan berpikir kritis siswa. Infusi strategi metakognitif ke dalam strategi pem- belajaran yang berorientasi pengembangan kognitif, diyakini dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Self assessing sebagai bagian dari strategi metakognitif, dilakukan dengan prinsip siswa dilatih untuk melakukan eva- luasi terhadap konsep-konsep yang telah diketahui, yang belum diketahui selama pembelajaran, dan bagaimana mengembang- kan pengetahuan yang telah diketahui. Kegiatan ini dilaksanakan pada bagian akhir pembelajaran, dan siswa diwajibkan menu- liskan self assessing pada LKS yang disedia- kan guru. Dengan strategi self assessing, siswa dilatih untuk mengontrol proses kognitifnya secara berkesinambungan dan permanen sehingga menjadikan dirinya sebagai pebelajar yang mandiri, karena siswa dilatih untuk mengontrol proses- proses berpikir selama pembelajaran.
Keunggulan strategi RTM adalah pe- nekanannya pada aktivitas membaca dan menemukan informasi-informasi penting
yang terdapat di dalam teks. Pengembangan strategi RT + metakognitif merupakan upaya mengintegrasikan strategi pembelajaran me- takognitif secara sengaja dalam strategi pembelajaran untuk memberdayakan ke- mampuan berpikir kritis siswa. Langkah- langkah pembelajaran RTM menunjukkan bahwa kegiatan awal siswa pada strategi ini adalah membaca bahan bacaan yang diberikan oleh guru dan memikirkan rencana pertanyaan berdasarkan materi pembelajar- an. Setelah itu, siswa diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan siswa lainnya dan mengklarifikasi jawaban-jawaban yang belum jelas dengan menjadi tutor sebaya bagi siswa yang belum memahami materi pembelajaran. Setelah itu, siswa merangkum hasil dikusi secara individu serta mempre- diksi materi yang akan dipelajari berikutnya. Palincsar dan Klenk (1991) menjelaskan melalui aktivitas memprediksi ini, siswa dilatih untuk berpikir kritis dalam meng- ambil keputusan, dimana pengetahuan siswa akan menjadi sangat bermakna bila penge- tahuan yang telah dibentuk diaplikasikan pada berbagai situasi yang dihadapinya. Sementara itu, setelah memprediksi siswa dapat memantau strategi dan waktu yang telah digunakan untuk menyusun pertanyaan dan jawaban serta melakukan evaluasi apakah strategi dan waktu yang digunakan untuk menyusun pertanyaan dan jawaban telah sesuai dengan tujuan pembelajaran. Langkah pembelajaran ini merupakan bagian dari kegiatan siswa dalam melakukan klarifikasi. Orlick, dkk., (1998) menjelaskan bahwa kegiatan mengklarifikasi jawaban atau mereview dapat memberikan informasi tentang kinerja dan kemampuan berpikir kritis siswa, apabila dari hasil prediksi menunjukkan jawaban siswa hanya sebagian saja yang benar, maka siswa akan mencoba merevisi kembali pemahamannya dengan berbagai cara, seperti berdiskusi dan membaca sumber-sumber yang relevan. Untuk memperoleh jawaban melalui diskusi maka siswa dibagi ke dalam kelompok- kelompok untuk mendiskusikan topik yang terdapat dalam bahan bacaan. Melalui kegiatan ini siswa akan saling bertukar informasi terkait dengan hasil eksplorasi bahan bacaan.
Pengintegrasian strategi metakognitif pada strategi pembelajaran RT dapat memberikan tambahan aktivitas yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Sintaks pembelajaran RTM yang telah dijelaskan di atas, terlihat bahwa langkah-langkah pembelajaran yang harus diikuti oleh siswa dan guru dalam pembelajaran merupakan langkah-langkah yang dapat memberdayakan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini sesuai dengan Marzano (1988) yang menjelaskan bahwa komponen berpikir kritis yang perlu dilatih adalah: 1) melakukan induksi, 2) memberi- kan argumen, 3) melakukan evaluasi, dan 4) memutuskan dan melaksanakan. Faisal (1997, dalam Marzuki, 2005) juga menjelaskan bahwa kegiatan menyusun atau mengajukan pertanyaan merupakan salah satu proses berpikir kritis siswa untuk menemukan dan menggali informasi, karena siswa mempunyai rasa ingin tahu yang besar dalam memperoleh berbagai informasi. Kemampuan berpikir kritis siswa akan mengalami peningkatan seiring dengan strategi pembelajaran yang digunakan, oleh karena
itu
pembelajaran harus memberdayakan kemampuan berpikir kritis siswa (Ibrahim, dan Nur, 2000).