Penatalaksanaan Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu

19 Namun Diagnosa banding DBD WHO pada Asia Tenggara memiliki perbedaan karena dikhususkan untuk Asia Tenggara Menurut WHO SEARO 2011, diagnosa banding yang dikhususkan untuk Asia Tenggara adalah : ฀ Arboviruses : Chikungunya virus paling sering disalah diagnosa sebagai dengue di Asia Tenggara. ฀ Penyakit virus lainnya : Measles; rubella dan viral exanthems lainnya; Epstein-Barr Virus EBV; enteroviruses; influenza; hepatitis A; Hantavirus. ฀ Penyakit bakteri : Meningococcaemia, leptospirosis, typhoid, meliodosis, penyakit rickettsia, demam scarlet. ฀ Penyakit parasit : Malaria.

2.1.9 Penatalaksanaan Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu

mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang perawatan biasa, tetapi pada pasien DSS diperlukan perawatan intensif. Diagnosa dini terhadap tanda – tanda syok merupakan hal yang penting untuk mengurangi kematian IDAI, 2012. Pada fase demam pasien dianjurkan tirah baring, diberi obat antipiretik atau kompres hangat. Tidak dianjurkan pemberian asetosalsalisilat dikarenakan dapat menimbulkan gastritis, perdarahan atau asidosis sehingga antipiretik yang dianjurkan adalah parasetamol. Pemberian cairan dan elektrolit per oral, jus buah, sir up, susu, selain air putih juga dianjurkan pada pasien demam dengue IDAI, 2012. Pada awal perjalanan penyakit DBD tandagejala tidak sepesifik, sehingga patut diwaspadai gejalatanda yang terlihat pada anak yang mungkin merupakan gejala awal perjalanan penyakit DBD. Tandagejala awal berupa demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, terus menerus, badan lemah, dan anak tampak lesu. Pertama yang harus dilakukan adalah melihat tanda syok yang merupakan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 20 tanda kegawatdaruratan seperti gelisah, nafas cepat, bibir biru, tangan dan kaki dingin, kulit lembab dan sebagainya. Jika ditemukan kejang, muntah berulang, kesadaran menurun, hematemesis melena, sebaiknya dilakukan rawat inap. Apabila tidak dijumpai tanda kegawatdaruratan, lakukan pemeriksaan uji torniquet diikuti dengan pemeriksaan trombosit. Apabila uji torniquet - atau uji torniquet + dengan jumlah trombosit 100.000ul dapat dilakukan rawat jalan dengan kontrol tiap hari hingga demam hilang dan pemberian obat antipiretik berupa parasetamol. Apabila jumlah trombosti 100.000ul perlu dirawat untuk observasi. Pada pasien rawat jalan, di beri nasehat kepada orang tua apabila terdapat tanda-tanda syok maka pasien harus di bawa ke rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut IDAI, 2012 . Gambar 2.7. Tatalaksana kasus tersangka DBD. Sumber : IDAI 2012. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 21 Pada keadaan dehidrasikehilangan cairan yang disebabkan demam tinggi, anoreksia dan muntah, dapat diberikan cairan pengganti berupa minum 50 mlkg berat badan dalam 4-6 jam pertama kemudian jika dehidrasi teratasi diberi cairan rumatan 80 – 100 mlkgBB dalam 24 jam berikutnya. Bila terjadi kejang demam, diberikan antikonvulsif selain diberi antipiretik. Kemudian dilakukan pemeriksaan hematokrit berkala untuk monitor hasil pengobatan sebagai gambaran derajat kebocoran plasma dan pedoman kebutuhan cairan intravena IDAI, 2012. Tabel 2.4. Kebutuhan cairan rumatan IDAI, 2012. Berat badan kg Jumlah cairan ml 10 100xkgBB 10-20 1000+50xkgBBdiatas 10kg 20 1500+20xkgBBdiatas 20kg Indikasi diberikan cairan intravena apabila a. Anak terus menerus muntah, tidak mau minum, demam tinggi b. Nilai hematokrit meningkat pada pemeriksaan berkala. Pemberian cairan pengganti volume yang berlebihan setelah perembesan berhenti dapat mengakibatkan edema paru begitu juga pada masa konvalesens dimana terjadi reabsorbsi cairan ekstravaskular akan menyebabkan edema paru dan distress pernafasan apabila cairan tetap diberikan IDAI, 2012. Jenis cairan yang digunakan larutan kristaloid adalah larutan ringer Laktat RL, ringer asetat RA dan larutan garam fisiologis NaCl 0,9. Kemudian cairan koloid seperti dekstran-40, albumin 5, gelatin dsb. Darah, Fresh Frozen Plasma, dan komponen darah lain diberikan untuk mempertahankan Hb, menaikkan daya angkut oksigen, memberikan faktor pembekuan untuk mengkoreksi koagulopati. Cairan yang mengandung glukosa tidak diberikan dalam bentuk bolus karena dapat menyebabkan hiperglikemia, diuresis osmotik dan memperburuk cedera serebral iskemik Darwis, 2003. Pada pasien DBD derajat I dan II tanpa peningkatan hematokrit dilakukan intervensi sesuai dengan gambar 2.8. Perhatikan tanda syok, raba hati setiap hari Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 22 untuk mengetahui pembesarannya oleh karena pembesaran hati yang disertai nyeri tekan berhubungan dengan perdarahan saluran cerna. Apabila sudah didapati perbaikan klinis dan laboratoriu m, anak dapat pulang jika memenuhi kriteria IDAI, 2012. Gambar 2.8. Tatalaksana kasus DBD derajat I dan derajat II Sumber : IDAI 2012 Adapun kriteria memulangkan pasien adalah pasien dapat dipulangkan apabila tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik, nafsu makan membaik, tampak perbaikan secara klinis, hematokrit stabil, tiga hari setelah syok teratasi, Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 23 jumlah trombosit 50.000ul dan cenderung meningkat, serta tidak dijumpai distres pernafasan disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis IDAI, 2012. Pemberian cairan intravena dapat dihentikan apabila hematokrit telah turun, sekitar 40. Jumlah urin 12mlkgBBjam atau lebih merupakan indikasi bahwa keadaan sirkulasi membaik IDAI, 2012. Sedatif dapat diberikan untuk menenangkan pasien tapi keadaan gelisah akan hilang dengan sendiri nya apabila pemberian cairan sudah adekuat dan perfusi jaringan membaik IDAI, 2012. Gambar 2.9. Tatalaksana kasus DBD derajat II dengan peningkatan hemokons entrasi = 20 . Sumber : IDAI 2012 Pada pasien syok, pemberian oksigen 2 liter per menit harus dilakukan dengan menggunakan masker. Pemberian transfusi darah diberikan pada keadaan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 24 manifestasi perdarahsn yang nyata. Penurunan hematokrit dari 50 ke 40 tanpa perbaikan klinis walau diberikan cairan menunjukkan tanda adanya perdarahan. Pemberian darah dilakukan untuk menaikkan konsentrasi sel darah merah sedangkan plasma segar dan atau suspensi trombosit untuk pasien dengan DIC. DIC biasanya terjadi pada syok berat dan menyebabkan perdarahan masif. DIC dipicu oleh hiponatremia dan asidosis metabolik sehingga pada keadaan syok berat sebaiknya dilakukan perbaikan pada asidosis sebelum berkembang menjadi DIC. Tatalaksana DBD derajat III IV selanjutnya dapat dilihat di gambar 2.9. IDAI, 2012 . Gambar 2.10. Tatalaksana kasus DBD derajat III dan IV Sumber : IDAI 2012 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 25 Tatalaksana syok perlu dilakukan secara agresif dan simultan mulai dari ABC hingga resusitasi cairan untuk meningkatkan preload yang diberikan secara cepat dan kurang dari sepuluh menit. Resusitasi cairan paling baik dilakukan pada tahap syok hipovolemik kompensasi, sehingga mencegah terjadinya syok dekompensasi dan ireversibel. Cairan kristaloid diberikan 10-30mlkgBB6-10 menit kemudian lihat tekanan darah apabila tekanan darah masih rendah hipotensi ulangi pemberian cairan kristaloid apabila normotensi diberikan tetesan rumatan kemudian dilakukan pemeriksaan urin apabila didapati 1mlkgBBjam maka diberikan tetesan rumatan, apabila 1mlkgBBjam dan anuri, diulangi pemberian kristaloid kemudian dilakukan pengecekan urin kembali. Pemasangan CVP dilakukan ketika volume yang diberikan lebih dari 50-100mlkgBB dalam 1-2 jam pertama untuk menilai fungsi miokard. Bila CVP 10mmHg berarti fungsi miokard masih baik dan resusitasi cairan dapat diteruskan. Bila CVP 10mmHg berarti terdapat disfungsi miokard atau penurunan kontraktilitas ventrikel kanan, peningkatan resistensi vaskular paru afterload ventrikel kanan atau syok kardiogenik sehingga diperlukan pemberian obat-obatan resusitasi seperti epinefrin, sodium bikarbonat, dopamin, glukosa, kalsium klorida, atropin, atau dobutamin Darwis, 2003. 2.1.10 Prognosis Prognosis demam dengue berhubungan dengan antibodi yang didapat atau infeksi awal dengan virus yang menyebabkan terjadinya DBD Halstead, 2011. Keparahan terlihat dari usia, dan infeksi awal terhadap serotipe dengue virus yang lain sehingga dapat mengakibatkan komplikasi hemorhagik yang parah Levin Weinberg, 2009. Prognosis di tentukan juga oleh lamanya penanganan terhadap terjadinya syok pada sindroma syok dengue SSD. Prognosis baik jika diatasi maksimal 90 menit. Prognosis akan terlihat buruk jika melebihi 90 menit Citraresmi et al., 2007. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 26

2.1.11 Komplikasi Pada umumnya infeksi primer dapat sembuh sendiri dan tidak