Teknik Pengumpulan Data
E. Teknik Pengumpulan Data
Agar mendapatkan data yang falid pada suatu penelitian, maka teknik pengumpulan data sangat membentuk dan menentukkan kualitas dari penelitiannya dengan kecermatan memilih dan menyusun. Teknik pengumpulan data ini memungkinkan pemecahan masalah yang falid, dengan ini penulis mengunakan metode :
1. Metode Interview
Menurut Sutrisno Hadi Interview berarti “ Cara mengumpulkan data dengan jalan Tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan cara sistematik dan
berlandaskan pada tujuan penelitian 38 ”. Penulis juga mengadakan pertanyaan secara bebas, sehingga terkesan
tidak terlalu kaku dan sambil bercanda pertanyaan terus mengalir, sehingga wawancara kelihatan luwes. Metode interview ini dilakukan dengan kepala sekolah untuk mendapatkan sehubung dengan sejarah berdirinya SMA NEGERI 7 Singosari, Tokoh pendirinya, Visi dan Misi serta untuk mengetahui keadaan siswa
38 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, ( Yogyakarta : Andi Offset, 1990), hlm. 193 38 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, ( Yogyakarta : Andi Offset, 1990), hlm. 193
2. Metode Observasi
Metode observasi adalah pengamatan secara sistematis metode ini digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan keadaan lokasi kondisi
serta obyek 39 . Yang hal ini dapat sebagai pengantar dan pendekatan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki, yang dalam hal ini sebagai teknik
pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap fenomena atau gejala yang ada dilapangan. Dalam metode ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentang berbagai kondisi obyektif penelitian secara langsung, seperti keadaan sekolah, gedung, sarana dan prasarana serta berkaitan dengan keadaan murid.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan mengkaji dan menelaah berbagai macam data yang bersumber dari penelitian. Suharsimi Arikunto memberikan batasan metode dokumentasi sebagai berikut : “ Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang berarti barang-barang tertulis. Dokumen sebagai metode berarti peneliti menyelidiki benda-benda tertulis,
39 Suharsimi Arikunto, OP. Cit, hlm 204 39 Suharsimi Arikunto, OP. Cit, hlm 204
sekolah yang berkaitan dengan sarana prasarana sekolah.
F. Analisa Data
Dalam menganalisis data untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang keadaan obyek sebagai hasil penelitian digunakan analisis sesuai dengan data-data yang ada untuk mendapatkan kejelasan dari data yang telah disampaikan, maka peneliti menyajikan analisis data karena data yang telah dikumpulkan seringkali belum memberikan hasil yang cukup memuaskan jika diambil kesimpulan seadanya.
Mengenai analisa data ini menurut Patton (1980)mengungkapkan sebagai berikut : “Analisa data adalah Proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar” 41 . Dalam penelitian ini yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif,
sehingga hasil dari penelitian ini lebih banyak menghasilkan data-data yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan perlilaku yang diamati.
G. Teknik Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Menurut Lexi J. Moleong ada 4 kreteria yang digunakan yaitu : derajat
40 Suharsimi Arikunto, OP. Cit, hlm. 206 41 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2002),
hlm. 103
Kepercayaan (credibility), Keteralihan (transferability), Kebergantungan (depanbility) dan Kepastian (confirmability) 42 .
1) Kepercayaan (credibility) adalah data yang digunakan dalam penelitian untuk membuktikan kesesuaian antara hasil pengamatan dilapangan. Apakah data/informasi yang diperoleh sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi dilapangan untuk memperoleh kredibilitas data, peneliti mengacu kepada rekomendasi Lincoln dan Guba (1985) yang memberi 7 teknik pencapaian kredibilitas : 1. Memperpanjang observasi 2. Pengamatan yang terus menerus 3. Triangulasi 4. Pengecekkan sejawat 5. Menganalis kasus negative 6. Kecukupan referensial 7. Pengecekkan anggota. Dari ke
7 teknik pencapaian kredibilitas tersebut diatas peneliti memilih langkah- langkah sebagai berikut :
a) Ketekunan pengamatan adalah mengadakan pengamatan atau observasi terus menerus terhadap subyek yang diteliti guna memahasmi gejala lebih mendalam, sehingga mengetahui aspek penting, terfokus dan releven dengan topik penelitian.
b) Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan berbagai sumber diluar data tersebut sebagai bahan perbandingan. Triangulasi yang digunakan oleh peneliti ada 3 yaitu :
1. Triangulasi data, yaitu dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil interview, yaitu dengan cara membandingkan data hasil interview, dengan
42 ibid, hlm 173 42 ibid, hlm 173
2. Triangulasi metode, dilakukan peneliti untuk pencarian data tentang fenomena yang sudah diperoleh dengan menggunakan metode yang berbeda yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan metode yang berbeda itu dengan membandingkan dan disimpulkan sehingga memperoleh data yang dipercaya.
3. Triangulasi sumber yang dilakukan peneliti dengan cara membandingkan kebenaran suatau fenomena berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti baik dilihat dari dimensi waktu maupun sumber lainnya, misalnya membandingkam data yang diperoleh melalui interview baik dengan guru.
2) Keteralihan (transferability) ini merupakan keteralihan temuan peneliti ke latar lain yang memiliki ciri-ciri yang sama. Peneliti tidak bisa menjamin validitas eksternal, dimana keteralihan itu dipandang sebagai suatu kemungkinan. Nilai transfer sepertinya tergantung pada kesamaan karakteristik.
3) Kebergantugan (Depenbilitas) ini dapat dilakukan dengan cara mengadakan audit trad, yaitu suatu usaha untuk memeriksa proses penelitian termasuk data dan sumber datanya, dari awal sampai dengan 3) Kebergantugan (Depenbilitas) ini dapat dilakukan dengan cara mengadakan audit trad, yaitu suatu usaha untuk memeriksa proses penelitian termasuk data dan sumber datanya, dari awal sampai dengan
4) Kepastian (confirmability) dalam penelitian ini dilakukan bersamaan dengan depenbilitas, perbedaannya terletak pada orientasi penilaiannya. Konfirmabilitas digunakan untuk menilai hasil (produk) peneliti, terutama yang berkaitan dengan diskripsi temuan peneliti sedangkan depenbilitas digunakan untuk menilai proses penelitian, mulai pengumpulan data sampai pada bentuk laporan yang terstruktur dengan baik. Dengan adanya depenbility dan konfirmability ini diharapkan hasil penelitian memenuhi standar penelitian kualitatif yaitu truth value, applicability, consistence dan
neutrality 43 .
43 Ibid, hlm 174
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Latar Belakang Obyek Penelitian
1. 44 Sejarah Berdirinya SMAN 7 Malang SMA Negeri 7 Malang terletak di jalan Cengger Ayam I/14
Kelurahan Tulusrejo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Malang No. 11 Tahun 2000 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi Perangkat Daerah Kecamatan dan Kelurahan di Kota Malang Batas Wilayah :
• Utara : Kecamatan Karangploso • Timur : Kecamatan Blimbing • Barat ; Kecamatan Dau (Kabupaten Malang) • Selatan : Kecamatan Klojen • Luas Wilayah : 2089,513 Ha • Kondisi Geografis : Dataran tinggi dari permukaan laut (460 m) • Suhu Max / Min 20 C s/d 28 C • Curah Hujan rata-rata 2.71 mm
Awalnya keberadaan SMA Negeri penyebarannya masih belum merata yaitu terpusat di kecamatan klojen dan kedungkandang saja. Wilayah kecamatan Blimbing yang berada di bagian utara Kota Malang masih belum memiliki SMA Negeri. Hal tersebut mendorong tekad Pemerintah daerah
44 Sumber: Dokumentasi SMAN 7 Malang Tahun 2007
TK. II Kota Malang untuk mengajukan permintaan satu SMA Negeri lagi, dengan persiapan berupa lahan dan sarana pendidikan lain di desa Kendalsari Kelurahan Tulusrejo Kecamatan Lowokwaru. Oleh karena itu pada awal berdirinya SMA Negeri 7 Malang bernama ” Sekolah Penunjang” artinya fasilitas awal disiapkan oleh Pemerintah Daerah sedangkan Dinas Pendidikan Nasional menyiapkan personilnya.
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dimulai tanggal 28 Juli 1982 bertempat sementara di SMA Negeri 4 Malang. Kepala sekolah dirangkap oleh Kepala SMA Negeri 4 Malang yaitu Bapak Drs. Soekotjo. Sedangkan secara hukum berdirinya SMA Negeri 7 Malang yaitu tanggal 9 Oktober 1982 sesuai dengan SK Operasional Nomor : 0298/0/1982 dan Nomor Statistik Sekolah : 301056104043.
Sejak tanggal 18 juli 1983 kegiatan KBM menempati gedung sendiri yakni di “Bhumi Sabhatansa” jalan Kendalsari 20 (Sekarang jalan Cenger Ayam I/14) Malang.
Seiring dengan perjalanan waktu dan peningkatan pelayanan pendidikan, maka SMA Negeri 7 Malang berupaya memberikan layanan pada peserta didik secara maksimal. Pimpinan sekolah yang pernah bertugas di SMA Negeri 7 sejak awal
berdirinya (1982) adalah 45 :
NAMA PERIODE TUGAS
45 Sumber: Dokumentasi SMAN 7 Malang Tahun 2007
1. Drs. Soekotjo
Tahun 1982 s/d 1983
2. Drs. Sudibyo, SH
Tahun 1982 s/d 1983 (PJS)
3. Drs. Soejono
Tahun 1983 s/d 1986
4. Drs. Moenawar
Tahun 1986 s/d 1989
5. Drs. H. Soejitno Tahun 1989 Hadisaputro
6. Drs. Djohan Arifin
Tahun 1989 s/d 1991
7. Drs. H.M. Kamilun Tahun 1991 s/d 1995 Muhtadin
8. Drs. Sagi Siswanto
Tahun 1995 s/d 1998
9. Dra. Hj. Isponida, MA
Tahun 1998 s/d 2002
10. Dra. Hj. Kamsinah, M. Pd Tahun 2002 s/d 2004
11. Drs. Katino Wihatmo, MM Tahun 2004 s/d 2006
12. Drs. H. Suryani Ali Pandi Juli - November 2006 (PLH)
13. Drs. H. Budi Harsono November 2006 - sekarang
2.2 Visi dan Misi 46
46 Sumber: Dokumentasi SMAN 7 Malang Tahun 2007
Perkembangan dan tantangan masa depan seperti: perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; globalisasi yang sangat cepat; era informasi; dan berubahnya kesadaran masyarakat dan orang tua terhadap pendidikan memicu sekolah untuk merespon tantangan sekaligus peluang itu. SMA Negeri 7 Malang memiliki citra moral yang menggambarkan profil sekolah yang diinginkan di masa datang yang diwujudkan dalam Visi sekolah berikut:
VISI SMA NEGERI 7 MALANG TERPUJI DALAM CITRA UNGGUL DALAM PRESTASI
Visi tersebut di atas mencerminkan cita-cita sekolah dengan memperhatikan citra dan prestasi, sesuai dengan norma dan harapan masayarakat. Untuk mewujudkannya, Sekolah menentukan langkah-langkah strategis yang dinyatakan dalam Misi berikut:
MISI SMA NEGERI 7 MALANG
1. Menciptakan sekolah yang berwawasan Imtaq dan IPTEK
2. Meningkatkan mutu sekolah dengan MBS ( Managemen Berbasis Sekolah) yang mampu bersaing dalam era globalisasi.
3. Meningkatkan mutu sekolah yang mempunyai nilai tambah. 4. Menciptakan sekolah sebagai wawasan Wiyata Mandala.
2.3 47 Ketenagaan
47 Sumber: Dokumentasi SMAN 7 Malang Tahun 2007
Berikut adalah tenaga pengajar dan karyawan di SMA Negeri 7 Malang
NO N A M A
STATUS 1 Drs. H. Budi Harsono
JABATAN
PNS 2 Dra. Hj. Maesaroh
Kepala Sekolah
PNS 3 Drs. Sadjid
Guru Agama Islam
PNS 4 Drs. Moh. Alwan
Guru Agama Islam
PNS 5 Drs. Gerardus Gili
Guru Agama Islam
Guru Agama Katholik
GTT
6 Drs. Sugeng Armadi
Guru Agama Kristen
GTT
7 Drs. I. Nyoman Sumartika
Guru Agama Hindu
GTT
8 Drs. H. Muh. Jazuli
Guru PPKN
PNS
9 Drs. Dewantara
Guru PPKN
PNS
10 Sri Sulasmi, S.Pd
Guru PPKN
PNS
11 Moch. Chusnul Irfandi, S.Pd
Guru PPKN
PNS
12 Drs. Eko Mudjiono
Guru PPKN
GURU BANTU
13 Drs. Aslan Samsul
Guru BIN/Sastra Ind
PNS
14 Lilis Indrawati, S.Pd
Guru Bhs. Indonesia
PNS
15 Merie Margaretha, S.Pd
Guru Bhs. Indonesia
PNS
16 Yudhanto, S.Pd
Guru Bhs. Indonesia
GURU BANTU
17 Mutmainah, S.Pd
Guru Bhs. Indonesia
GTT
18 Titik Wulandari, S.Pd
Guru Bhs. Indonesia
GTT
19 Laili Ivana, S. Pd
Guru Bhs. Indonesia
CPNS
20 Rakhmad Fajar Wijaya, S.Pd Guru Tek. Infor & Kom
GTT
21 Farida Agustiningsih, S.Si Guru Tek. Infor & Kom
GTT
22 Endah Ariani, S.Pd
Guru Conversation
GTT
23 Heni Setyaningsih, S.S Guru Conversation GTT
24 M. Danang Ibrahim, S. Kom Guru Tek. Infor & Kom
GTT
25 Dra. Suhertin
Guru Sejarah
PNS
26 Drs. Mulyono, S.H.
Guru Sejarah
PNS
27 Sugeng Santoso, S.Pd Guru Sejarah
GTT
28 Sumarmi, S.Pd Guru Sosiologi
PNS
29 Dewi Tutriani, S.Sos Guru Sosiologi
GTT
30 Dra. Hj. Ratna Nur'aini Guru Bahasa Inggris
PNS
31 Nurhenik Sukriawati, S.Pd. Guru Bahasa Inggris
PNS
32 Dra. Heny Kusumawaty Guru Bahasa Inggris
PNS
33 Dra. Dewi Larasati Guru Bahasa Inggris
PNS
34 Wiwid Murwati, S.Pd Guru Bhs Inggris/Jerman
PNS
35 Martina Retno Dewi, S.Pd Guru Bahasa Inggris
PNS
36 Dra. Hj. Endang Larasati Guru Bahasa Inggris
PNS
37 Agustina Puji Astuti, S.Si Guru Bhs Inggris/Jepang
GTT
38 A. Rahman, S.Pd Guru Penjaskes
PNS
39 Wahyudi, S.Pd Guru Penjaskes
PNS
40 Kurnia Subiantoro, S.Pd Guru Penjaskes
GTT
41 Dra. Hj. Rr. Dewi Zuhriah Guru Matematika
PNS
42 Dra. Sri Rahayuningsih Guru Matematika
PNS
43 Dra. Hj. Sri Lestari Guru Matematika
PNS
44 Dra. Agustina Dwi Astuti Guru Matematika
PNS
45 Drs. Sumarwoto Guru Matematika
PNS
46 Dody Rachman W, S.Pd Guru Matematika
PNS
47 Arik Wahyu Utari, S.Pd Guru Matematika PNS 48 Dra. Hj. Kustilah
Guru Fisika
PNS
49 Dra. Hj. Netty Sulastri Guru Fisika
PNS
50 Dra. Muktiasih Guru Fisika
PNS
51 Drs. Didik Dwi Tjahjono Guru Fisika
PNS
52 Dra. Catur Wagiyati Guru Fisika
PNS
53 Dra. Hj. Lilik Pujihandayani Guru Biologi
PNS
54 Dra. Sarwi Muliastuti Guru Biologi
PNS
55 Dra. Susiloningsih, M.Pd Guru Biologi
PNS
56 Lilik Nurhayati, S.Pd Guru Biologi
PNS
57 Dra. Hj. Elly Udiarti, M.Si Guru Biologi
PNS
58 Dra. Ida Ritaningsih Guru Kimia
PNS
59 Dra. Ambar Puspoweni Guru Kimia
PNS
60 Dra. Aunul Chimah Guru Kimia
PNS
61 Dra. Susy Tjahyawati Guru Kimia
PNS
62 Yanti Ariyanti, S.Pd Guru Kimia
PNS
63 Dra. Hj. Nunuk Swastawati Guru Akuntansi
PNS
64 Bahgya Susetyo Guru Akuntansi
PNS
65 Dra. Aning Sriwiyani Guru Ekonomi
PNS
66 Dra. Hj. Elly Yulistyoningsih Guru Ekonomi
PNS
67 Hj. Kusdiati, S.Pd Guru Ekonomi
PNS
68 Dra. Rachmawati Guru Ekonomi
PNS
69 Drs. Sumanto Guru Geografi
PNS
70 Drs. H. Subandi Guru Geografi
PNS
71 Lilik Sri Utari, S.Pd
Guru Antropologi / Sosiologi PNS
72 Dra. M.T. Rahayu D.N Guru Kesenian/Sosiologi
PNS
73 Dra. Amrit Saptari W. Guru Kesenian
PNS
74 Dra. Siti Khomsatun Guru BP/BK
PNS
75 Dra. Hj. Siti Zaenab Guru BP/BK
PNS
76 Dra. Hj. Sri Hartatik Guru BP/BK
PNS
77 Drs. Wakit Guru BP/BK
PNS
78 Drs. Widjayadi Guru BP/BK
PNS
79 Mujahidin, S.Pd Guru BP/BK
CPNS
80 Sodikin Ka. Tata Usaha
PNS
81 Yustina Maria SM Karyawan Tata Usaha
PNS
82 Riyono Karyawan Tata Usaha
PNS
83 Sutamar Karyawan Tata Usaha
PNS
84 Subiyanto Karyawan Tata Usaha
PTT
85 Eny Suhartatik Petugas Perpustakaan
PTT
86 Nur Aisyah Petugas Perpustakaan
PTT
87 Indah Sri Rahayu Karyawan Tata Usaha
PTT
88 Titin Winarni Karyawan Tata Usaha
PTT
89 Nur Maharani
Pramu Kebun/Penjaga
PTT
91 Paimin
Pramu Kebun/Penjaga
PTT
92 Tekad Supeno
Penjaga Malam
PTT
94 Hendri Sumarsono
Karyawan Tata Usaha
PTT
2.4 48 Keadaan Siswa Jumlah siswa-siswi SMA NEGERI 7 MALANG Pada tahun pelajaran
2006-2007 dengan rincian sebagai berikut :
TABEL-1 JUMLAH SISWA SMA NEGERI 7 MALANG
NO KELAS
Jenis kelamin
JUMLAH
Laki-Laki Perempuan
48 Sumber: Dokumentasi SMAN 7 Malang Tahun 2007
2.5 49 Fasilitas
1. Sarana dan Prasarana.
a. Tanah dan Halaman Tanah sekolah sepenuhnya milik negara. Luas areal seluruhnya 18.050 m2. Sekitar sekolah dikelilingi oleh pagar sepanjang 425 m.
Keadaan Tanah Sekolah SMA Negeri 7 Malang
Status : Milik Negara Luas Tanah
18.050 m2
Luas Bangunan
b. Gedung Sekolah Bangunan sekolah pada umumnya dalam kondisi baik. Jumlah ruang kelas untuk menunjang kegiatan belajar memadai.
Keadaan Gedung Sekolah SMA Negeri 7 Malang
Luas Bangunan
Masjid
Baik Ruang Kepala Sekolah
m2
Ruang Osis
Baik Ruang TU
Baik
Ruang Unit Aktifitas : 6
Baik Ruang Guru
Baik
Siswa
Ruang Otomotif : 1
Baik
Baik
49 Sumber: Dokumentasi SMAN 7 Malang Tahun 2007
Ruang Kelas
Ruang Koperasi : 1
Baik Ruang Tata Tertib
Baik
Siswa
: 1 Ruang Band
Baik Ruang Bimbingan : 1
Baik
Kantin Sekolah : 5 Konselor
Baik Ruang Lab. Bahasa
Baik
Wartel Sekolah : 1
Baik Ruang Lab. Komputer
Baik
: 1 Dapur Sekolah : 1
Baik Ruang Lab. Biologi & : 1
Baik
: 1 Kimia
Ruang UKS
Baik Ruang Lab. Fisika
Baik
Ruang Fotocopy : 1
Baik Ruang Perpustakaan
Baik
: 1 Baik
Ruang/Gedung Serba : 1 Guna
Baik
2. Anggaran Sekolah Anggaran sekolah dituangkan dalam RAPBS setiap tahun dengan sumber berasal dari dana pemerintah dan dana yang dihimpun dari orang tua peserta didik, dengan mata anggaran sebagai berikut : 2. Anggaran Sekolah Anggaran sekolah dituangkan dalam RAPBS setiap tahun dengan sumber berasal dari dana pemerintah dan dana yang dihimpun dari orang tua peserta didik, dengan mata anggaran sebagai berikut :
h. Administrasi
b. Belanja dan Pemeliharaan
i. Sarana Prasarana
c. Belanja Daya dan Jasa j. Kegiatan Perjalanan Dinas
d. Belanja Barang k. Koordinasi dengan Instansi
e. Program Unggulan
lain
f. KBM dan Peningkatan Mutu l. Insentif GT, GTT dan PTT
g. Kesiswaan m. Biaya oprasional Kepala
Sekolah n. Lain-lain
2.6 50 Tujuan Sekolah Tujuan sekolah sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional adalah
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
B. Bentuk-bentuk Kenakalan siswa di SMAN 7 Malang
Berdasarkan hasil interview yang dilakukan oleh peneliti dengan guru BP Bapak 51 Drs. Widjayadi , tentang bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMAN 7
Malang, antara lain :
1. Memalsu tanda tangan
2. Mencuri
3. Berkelahi
50 Sumber: Dokumentasi SMAN 7 Malang Tahun 2007 51 Sumber : Hasil Interview tanggal 08 Mei 2007
4. Corat-coret buku & VCD porno
5. Bawa & edarkan barang
6. Berurusan dengan polisi
7. Merokok/obat terlarang
8. Memalsu raport
9. Membolos
10. Surat ijin palsu
11. Tidak sopan/menentang
12. Melompat pagar
13. Terlambat masuk
14. Meninggalkan jam pelajaran
15. Seragam tidak benar
16. Berambut panjang/dicat
17. Berhias berlebihan
18. Memakai gelang/kalung
19. Memakai sepatu sandal
20. Buang sampah sembarangan
21. Beli makanan jam pelajaran
22. Di kantin waktu jam pelajaran
23. Terlambat membayar SPP (dipakai)
24. Parkir kendaraan sembarangan
25. Tidak piket kelas
26. Tidak mengikuti upacara
27. Kelengkapan seragam
28. Tidak bawa buku Tatib Bentuk kenakalan siswa yang diungkapkan oleh Bapak Widjayadi tersebut merupakan identifikasi bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMAN 7 Malang. Kenakalan yang sering dilakukan siswa sebenarnya masuk dalam kategori kenakalan ringan, artinya kenakalan tersebut masih dalam batas yang wajar dan tidak membahayakan, walaupun sebagian yang dilakukan siswa ada yang termasuk kategori kenakalan yang menggangu ketenteraman dan mengganggu keamanan warga sekitar sekolah.
Begitu juga dengan hasil interview dengan Kepala SMAN 7 Malang Bapak 52 Drs. H. Budi Harsono , bahwa bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMAN 7
Malang ini memang beranekaragam dan yang jelas berkisar tentang pelanggaran tata tertib diantaranya adalah :
a. Melanggar ketentuan seragam sekolah.
b. Tidak masuk sekolah tanpa izin/keterangan.
c. Pulang belum waktunya.
d. Tidak mengikuti upacara.
e. Kelengkapan seragam kurang
f. Di kantin waktu jam pelajaran.
g. Berambut panjang bagi laki – laki /dicat. Lain lagi dengan yang disampaikan oleh Ibu Mutmainah 53 guru
Bahasa Indonesia, menurutnya bentuk – bentuk kenakalan siswa yang terjadi saat beliau mengajar adalah :
52 Sumber : Hasil Interview tanggal 08 Mei 2007 53 Sumber : Hasil Interview tanggal 08 Mei 2007 52 Sumber : Hasil Interview tanggal 08 Mei 2007 53 Sumber : Hasil Interview tanggal 08 Mei 2007
b. Ijin kebelakang tapi tidak ke kamar mandi melainkan ke kantin.
c. Cuek saat ditegur.
d. Merasa ingin menang sendiri dan benar sendiri.
e. Terlalu menganggap gampang pelajaran. Begitu juga hasil interview dengan salah satu guru Pendidikan Agama
Islam Ibu Maesaroh 54 , beliau menyebutkan macam - macam kenakalan siswa, antara lain :
a. Minat dalam pelajaran agama kurang.
b. Ramai saat pelajaran berlangsung.
c. Dalam melaksanakan sholat lima waktu masih belum sempurna.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bapak Subandi 55 yang mengajar mata pelajaran Geografi, beliau mengidentifikasi kenakalan siswa, antara lain :
a. Bolos dalam jam pelajaran.
b. Diterangkan, ramai sendiri dan baca buku komik.
c. Saat pelajaran berlangsung mainan HP dan sms-an. Lain halnya hasil interview dengan Bapak Mulyono 56 guru mata
pelajaran Sejarah, menurutnya kenakalan siswa yang terjadi di SMAN 7 Malang masih dalam batas kenakalan ringan tidak sampai berurusan dengan polisi. Macam - macam kenakalan siswa yang sering terjadi di SMAN 7 Malang, antara lain ;
a. Tidak tertib.
54 Sumber : Hasil Interview tanggal 11 Mei 2007 55 Sumber : Hasil Interview tanggal 15 Mei 2007 56 Sumber : Hasil Interview tanggal 15 Mei 2007 54 Sumber : Hasil Interview tanggal 11 Mei 2007 55 Sumber : Hasil Interview tanggal 15 Mei 2007 56 Sumber : Hasil Interview tanggal 15 Mei 2007
c. Pada waktu khotbah berlangsung bicara sama temannya.
d. Waktu pelajaran di kantin.
e. Ijin kebelakang tapi ngrumpi di kantin
f. Menggunakan sepatu yang tidak sesuai dengan ketentuan sekolah.
g. Rambut panjang.
h. Menggunakan buku tatib temannya. Sedangkan hasil interview dengan Bapak Alwan 57 guru kedua mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam, menurut beliau jenis – jenis kenakalan siswa yang terjadi di SMAN 7 Malang adalah :
a. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung ramai, bicara dengan teman sebangku.
b. Tidak mengikuti pelajaran.
c. Tidak mengerjakan tugas.
d. Pada saat ujian atau ulangan siswa – siswa ada yang mencontek.
e. Ada siswa yang berani melawan dan melakukan perlawanan ketika diberitahu/diperingatkan.
f. Terpengaruh oleh pergaualan di luar yang cenrderung bebas.
g. Melanggar aturan – aturan sekolah seperti : Cara berpakaian tidak benar, Terlambat masuk kelas walupun bel sudah lama berbunyi.
h. Persengkongkolan membuat gaduh di kelas.
i. Sekelompok siswa bermain Playstation disaat jam pelajaran berlangsung.
57 Sumber : Hasil Interview tanggal 19 Mei 2007
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Sadjid 58 guru ketiga mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, menurutnya kenakalan yang terjadi di SMAN
7 Malang masih dalam batas wajar tidak sampai menjurus ke masalah kriminal. Beliau mengidentifikasi jenis kenakalan siswa di SMAN 7 Malang antara lain :
a. Saat kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa ramai.
b. Saat kegiatan belajar mengajar berlangsung ada siswa bicara dengan temannya.
c. Saat kegiatan belajar mengajar berlangsung ada siswa tidak memperhatikan pelajaran.
Jadi berdasarkan hasil interview yang peneliti peroleh dari beberapa guru bahwa bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMAN 7 Malang memang beranekaragam, dan yang jelas berkisar sebagaimana bentuk-bentuk kenakalan yang telah di paparkan oleh Zakiah Daradjat yang terbagi dalam 3 bagian yaitu : kenakalan ringan, kenakalan yang mengganggu keamanan dan ketentraman orang lain serta yang terakhir adalah kenakalan seksual. Sedangkan sebagian besar kenakalan-kenakalan siswa di SMAN 7 Malang termasuk dalam kategori kenakalan ringan.
Untuk mendukung data yang peneliti peroleh dari interview sebagaimana diatas, berikut peneliti sertakan hasil interview dengan beberapa siswa sebagai data pelengkap (tambahan) saja yang fungsinya memperkuat data- data yang peneliti peroleh dari hasil observasi, interview maupun dokumentasi.
58 Sumber : Hasil Interview tanggal 19 Mei 2007
Seperti yang diungkapkan oleh siswa yang bernama Maya Indah Sari 59 , kelas XI-IPA-1, menurutnya kenakalan yang selama ini dia lakukan, antara
lain :
a. Memakai sepatu yang tidak sesuai dengan ketentuan sekolah.
b. Rambut di cat.
c. Bolos waktu pelajaran.
d. Ramai sendiri dengan teman sebangku. Hal yang sama juga dilakukan oleh siswi yang bernama Bagus Arta
Wijaya 60 kelas XI-IPA-1, kenakalan yang selama ini dia lakukan ialah :
a. Memakai gelang/kalung.
b. Pada waktu pelajaran berlangsung membuat gaduh di kelas.
c. Di kantin waktu jam pelajaran.
d. Kelengkapan seragam kurang.
e. Tidak mengikuti upacara.
f. Tidak sopan pernah menentang sewaktu diperingatkan.
g. Membolos sekolah ataupun tidak masuk pada waktu pelajaran. Kenakalan ringan yang pada umumnya dilakukan oleh pelajar putri
seperti mengecat rambut, berdandan berlebihan hanya untuk dibilang temannya cantik juga dilakukan oleh siswi yang bernama Frita Puspitasari 61 kelas XI-IPS-2.
Lain lagi kenakalan yang sering dilakukan oleh Kun Prabowo Firman Adrianzah 62 kelas XI-IPS-2, antara lain :
a. Tidak mengikuti upacara.
59 Sumber : Hasil Interview tanggal 24 Mei 2007 60 Sumber : Hasil Interview tanggal 24 Mei 2007 61 Sumber : Hasil Interview tanggal 24 Mei 2007 62 Sumber : Hasil Interview tanggal 24 Mei 2007 59 Sumber : Hasil Interview tanggal 24 Mei 2007 60 Sumber : Hasil Interview tanggal 24 Mei 2007 61 Sumber : Hasil Interview tanggal 24 Mei 2007 62 Sumber : Hasil Interview tanggal 24 Mei 2007
c. Berambut panjang.
d. Ramai sendiri ketika guru menerangkan plajaran.
e. Membolos. Kenakalan yang sama juga dilakukan oleh Nurul Rismawati 63 kelas
XI-IPA-3, antara lain :
a. Membuat surat ijin palsu.
b. Datang terlambat.
c. Bicara dengan teman sewaktu pelajaran berlangsung.
d. Memalsu tanda tangan. Sama dengan teman – temannya yang lain, siswa yang bernama Kemal
Fahmi Iqbal 64 kelas XI-IPS-2, juga sering melakukan pelanggaran yaitu sering datang terlambat, membolos, disamping itu pada saat pelajaran berlangsung
seringkali menjadi bahan tertawaan temannya karena sering diperingatkan guru tetapi tetap tidak diindahkan.
Begitu juga dengan siswa yang bernama Imam Wahyu Indrawan 65 kelas XI-IPS-2, kenakalan dan pelanggaran yang dilakukannya ialah :
a. Tidak mengikuti upacara.
b. Kelengkapan seragam kurang.
c. Sering datang terlambat.
d. Kurang memperhatikan guru saat menerangkan.
e. Merokok sewaktu istirahat di kantin.
63 Sumber : Hasil Interview tanggal 26 Mei 2007 64 Sumber : Hasil Interview tanggal 26 Mei 2007 65 Sumber : Hasil Interview tanggal 26 Mei 2007
Berbicara tentang siswa, tidak semua mempunyai perilaku yang sama antara satu sama lain. Dalam arti ada yang termasuk kategori nakal dan tidak nakal, begitu juga di SMAN 7 Malang. Mengenai hal ini dapat dijelaskan bahwa berdasarkan interview yang dilakukan dan data yang diperoleh diketahui bahwa dari jumlah siswa yang ada, jumlah siswa yang nakal dan tidak nakal secara angka tidak dipastikan karena pada dasarnya kenakalan seseorang itu bersifat relatif artinya siswa yang saat ini nakal bisa jadi berubah dan penilaian orang tentang kenakalan pun tidak sama. Ada kalanya perilaku siswa dianggap nakal oleh seseorang tetapi tidak bagi yang lainnya.
C. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Siswa di SMAN 7 MALANG
Kenakalan yang terjadi pada siswa merupakan hal yang wajar karena kondisi yang ada pada siswa cenderung masih labil sehingga ia masih diombang- ambingkan oleh segala sesuatu yang ada disekitar mereka. Begitu juga dengan kenakalan/pelanggaran yang mereka lakukan dapat dikatakan sebagai aktualisasi dari keadaan jiwa dan kebutuhan yang diinginkan. Akan tetapi kesemuanya itu tidak mungkin terjadi dengan sendirinya tanpa ada faktor yang mempengaruhinya.
Berdasarkan hasil interview yang peneliti peroleh dari beberapa guru tentang faktor-faktor penyebab kenakalan siswa di SMAN 7 Malang, antara lain : Hasil interview dengan bapak Drs. H. Budi Harsono, Kepala SMAN 7 Malang, menurutnya faktor yang melatarbelakangi terjadinya kenakalan siswa karena adanya masalah yang terjadi di lingkungan rumah atau keluarganya sehingga berdampak pada perilaku siswa di sekolah yang cenderung sering Berdasarkan hasil interview yang peneliti peroleh dari beberapa guru tentang faktor-faktor penyebab kenakalan siswa di SMAN 7 Malang, antara lain : Hasil interview dengan bapak Drs. H. Budi Harsono, Kepala SMAN 7 Malang, menurutnya faktor yang melatarbelakangi terjadinya kenakalan siswa karena adanya masalah yang terjadi di lingkungan rumah atau keluarganya sehingga berdampak pada perilaku siswa di sekolah yang cenderung sering
Penjelasan dari Bapak Kepala Sekolah juga dibenarkan oleh Guru BP yaitu bapak Bapak Drs. Widjayadi. Menurutnya dari beberapa kasus yang terjadi sering kali yang menjadi faktor penyebab kenakalan siswa yaitu faktor keluarga dan pengaruh dari lingkungan masyarakatnya. Teman sepermainan di lingkungan masyarakat mempunyai pengaruh besar terhadap tingkah laku siswa di sekolah. Pergaulan yang sudah terlalu bebas akhirnya berakibat kepada tindakan pelanggaran tata tertib sekolah.
Sedangkan faktor dari keluarga, menurutnya juga merupakan faktor penyebab kenakalan siswa, karena dalam keluarga siswa tersebut mengalami keretakan atau orang tuanya bercerai sehingga anaknya tidak terurus dengan baik akhirnya berakibat kepada tingkah laku siswa yang sulit diatur ataupun sering melanggar tata tertib sekolah.
Begitu juga hasil interview dengan Ibu Maesaroh, beliau menyebutkan bahwa faktor-faktor yang melatar belakangi kenakalan siswa, antara lain :
a. Faktor keluarga ; Broken Home (perceraian keluarga), menurut beliau sangat berpengaruh terhadap jiwa siswa, karena siswa tidak mendapat ketenangan dalam keluarga, kurang perhatian dari orang tua, adanya ke a. Faktor keluarga ; Broken Home (perceraian keluarga), menurut beliau sangat berpengaruh terhadap jiwa siswa, karena siswa tidak mendapat ketenangan dalam keluarga, kurang perhatian dari orang tua, adanya ke
b. Faktor lingkungan ; terpengaruh dengan pergaulan dari luar yang terlalu bebas. Pergaulan siswa dalam lingkungan keseharian mereka juga merupakan salah satu faktor penyebab kenakalan siswa. Sehingga siswa harus benar-benar bisa memilih dan memilah dalam bergaul dengan teman dan lingkungannya. Menurut beliau lingkungan yang baik akan membawa siswa kepada sikap dan perbuatan yang baik dan begitu pun sebaliknya
Sedangkan hasil interview dengan Ibu Mutmainah, faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan siswa di SMAN 7 Malang, antara lain :
a. Ingin diperhatikan.
b. Perhatian dari orang tua kurang.
c. Terpengaruh pergaulan bebas.
d. Terpengaruh teman bermain. Lain lagi dengan penjelasan Bapak Subandi mengenai faktor-faktor yang melatar belakangi kenakalan siswa di SMAN 7 Malang, antara lain :
a. Latar belakang ekonomi yang kurang mampu.
b. Orang tua tidak memperhatikan.
c. Pergaulan di lingkungannya yang terlalu bebas. Tapi dari hasil interview dengan Bapak Mulyono, menurutnya selain faktor dari lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat, yang juga sangat berpengaruh terhadap penyebab kenakalan siswa adalah dari pribadi masing- masing siswa yang kebanyakan malas dalam belajar. beliau mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kenakalan siswa antara lain : c. Pergaulan di lingkungannya yang terlalu bebas. Tapi dari hasil interview dengan Bapak Mulyono, menurutnya selain faktor dari lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat, yang juga sangat berpengaruh terhadap penyebab kenakalan siswa adalah dari pribadi masing- masing siswa yang kebanyakan malas dalam belajar. beliau mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kenakalan siswa antara lain :
b. Untuk membeli buku sulit.
c. Perpustakaan kurang representatif.
d. Terlambat masuk kelas.
e. Kurang perhatian dalam mengikuti pelajaran. Sedangkan hasil interview dengan Bapak Alwan, menurutnya ada beberapa faktor penyebab kenakalan siswa, antara lain :
a. System pendidikan yang masih menerapkan system sekuler.
b. Pengaruh pergaulan di luar.
c. System di sekolah belum mendukung.
d. Perangkat atau media kurang lengkap.
e. Contoh keteladanan dari guru kurang sehingga banyak terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh siswa.
Dan hasil interview dengan Bapak Sajid, beliau menyebutkan ada dua kategori yang menjadi faktor penyebab kenakalan yang dilakukan oleh siswa, pertama lingkungan rumah atau keluarga. Keluarga sangat berperan terhadap perkembangan anak. Kalau dalam keluarga itu mengalami disharmoni sering terjadi pertengkaran maka bisa berdampak pada perilaku anak di sekolah yang pada akhirnya sering melakukan tindakan-tindakan menyalahi peraturan sekolah.
Kedua lingkungan masyarakat (teman bermain). Beliau menambahkan, celakanya lagi kalau dalam lingkungan keluarga sudah tidak harmonis diperparah dengan salah dalam memilih teman bermain yang akhirnya justru merugikan diri anak tersebut. Sehingga perilaku anak di sekolahan cenderung membuat onar dan melanggar peraturan sekolah.
Sebagaimana hasil dari interview dengan para guru tentang faktor- faktor penyebab kenakalan siswa, diperkuat juga dengan hasil interview dengan beberapa siswa yang mengungkapkan bahwa perbuatan negatif yang dilakukan oleh siswa berasal dari mencoba-coba dan akhirnya melakukan. Hal ini memang karakter seorang siswa yang senantiasa timbul rasa ingin mencoba-coba yang menurutnya masih baru. Selain itu, masa remaja bagi siswa adalah masa transisi untuk mencari jati diri sehingga timbul perasaan selalu dan selalu ingin diperhatikan.
D. Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi masalah kenakalan siswa di SMAN 7 Malang
Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswanya dilaksanakan secara preventif (pencegahan) dan secara kuratif (penyembuhan) penjelasan berikut memaparkan beberapa upaya yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam yaitu :
a. Upaya Preventif (pencegahan) dalam mengatasi kenakalan siswa. Upaya preventif guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa bertujuan untuk mencegah agar tidak terjadi kenakalan yang serupa dari siswa lainnya. Selain itu upaya ini juga bertujuan untuk menghindarkan siswa dari berbagai bentuk kenakalan yang berupa pengaruh dari siswa lainnya. Selain upaya ini juga bertujuan untuk menghindarkan siswa dari bentuk kenakalan lainnya yang bukan tidak mungkin akan mempengaruhi perkembangannya. Sebab masalah kenakalan tersebut berkembang dari lingkungan sosial seperti Penggunaan Narkoba, Mabuk-mabukan, judi/taruhan dan sebagainya.
Oleh karena itu sebelum semua mempengaruhi perkembangan mental siswa, guru Pandidikan Agama Islam berkewajiban melakukan langkah-langkah preventif untuk mencegahnya. Berdasarkan hasil interview dengan Bapak Alwan, beliau menyebutkan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kenakalan siswa di SMAN 7 Malang, antara lain :
1. Adanya kegiatan PHBI.
2. Adanya kegiatan Ramadhan.
3. Proses keteladanan yang dilakukan guru untuk meminimalisir perilaku siswa yang masih cenderung labil dan suka meniru perilaku orang lain.
4. Memberdayakan organisasi ekstra dengan segala macam programnya khususnya Badan Dakwah Islam.
5. Program pondok ramadhan.
6. Mentoring yaitu dengan membagi – bagi kelompok yang kemudian diisi dengan kajian agama Islam. Materi yang diajarkan meliputi akidah, akhlak, fiqh, syari’at, ibadah dan dakwah.
Sedangkan hasil interview dengan Ibu Maysaroh tentang upaya – upaya yang dilakukan dalam mengatasi kenakalan siswa adalah :
1. Memberi contoh secara konkrit.
2. Mengingatkan.
3. Menasehati.
4. Diajak dialog / sharing tentang masalahnya.
5. Setiap 1 minggu sekali diadakan kajian agama membahas tentang berbagai masalah yang meliputi akidah, akhlak, fiqh, ibadah.
Dan hasil interview dengan Bapak Sajid, beliau mengatakan bahwa upaya yang dilakukan dalam mengatasi kenakalan siswa sama halnya dengan kebanyakan guru yang lainnya. Artinya sama yaitu sebagai guru sudah pasti akan melakukan upaya semaksimal mungkin agar anak didiknya tidak sampai terjerumus dalam melakukan hal – hal negatif. Beberapa upaya yang dilakukan antara lain :
1. Pendekatan guru terhadap siswa perlu dilakukan secara intens untuk mencegah perilaku siswa yang berlebihan.
2. Mengadakan istighosah.
3. Adanya kegiatan mentoring kegiatan pembelajaran atau pendalaman ajaran agama Islam.
4. PHBI.
5. Pondok Ramadhan. Dari beberapa upaya yang dilakukan oleh guru agama dalam mengatasi kenakalan siswa, kegiatan mentoring, PHBI, dan pondok ramadhan merupakan kegiatan rutin yang sudah menjadi agenda utama guru agama Islam. Kegiatan mentoring dilakukan setiap hari jum’at setelah melaksanakan sholat jum’at. Dari kegiatan mentoring yang dilakukan setiap satu minggu sekali cukup memberikan pencerahan dan pemahaman tentang agama Islam sehingga ilmu yang diperoleh dalam kegiatan mentoring dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari.
b. Upaya Kuratif Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kenakalan yang bersifat kuratif (penyembuhan) dilaksanakan dengan jalan mengadakan b. Upaya Kuratif Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kenakalan yang bersifat kuratif (penyembuhan) dilaksanakan dengan jalan mengadakan
Upaya kuratif guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa bersifat general artinya dari hasil interview dengan ketiga guru Pendidikan Agama Islam diperoleh jawaban yang hampir sama dalam menangani siswa yang bermasalah. Langkah – langkah yang diambil oleh ketiga guru Pendidikan Agama Islam merupakan langkah – langkah yang sudah semestinya yang dilakukan oleh seorang guru dalam menangani siswanya yang bermasalah. Beberapa langkah yang ditempuh oleh ketiga guru Pendidikan Agama Islam didasarkan pada jenis kenakalan dan faktor penyebabnya, antara lain :
1. Langkah penanganan secara umum Langkah penanganan secara umum yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa :
a. Memberikan teguran dan nasihat kepada siswa yang bermasalah dan menggunakan pendekatan keagamaan.
b. Memberikan perhatian khusus pada siswa yang bermasalah yang dilakukan secara wajar agar tidak tercipta kecemburuan sosial.
c. Menghubungi orang tua siswa/wali siswa perihal kenakalan siswanya agar mereka mengetahui perkembangan putranya.
2. Langkah penanganan secara khusus Guru Pendidikan Agama Islam dalam mengadakan penanggulangan masalah secara khusus kepada siswa yang terlibat kenakalan dilaksanakan dengan pendekatan khusus, perkasus secara individual. Beberapa hal yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan masalah ini antara lain : Untuk 2. Langkah penanganan secara khusus Guru Pendidikan Agama Islam dalam mengadakan penanggulangan masalah secara khusus kepada siswa yang terlibat kenakalan dilaksanakan dengan pendekatan khusus, perkasus secara individual. Beberapa hal yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan masalah ini antara lain : Untuk
a. Memberikan bimbingan dengan pengertian kepada anak akan cinta kasih dan kasih sayang orang tua dalam mencari nafkah bagi dirinya.
b. Memberikan kontrol terhadap tindak dan tingkah laku siswa berupa perhatian khusus yang diberikan kepadanya secara wajar.
c. Memberikan perhatian kepadanya berupa tanggung jawab kepada dirinya agar pada dirinya muncul rasa percaya diri dan tanggung jawab pada kegiatan yang dilaksanakan.
Untuk mengatasi kenakalan siswa akibat pengaruh lingkungan hal-hal yang dilakukan adalah :
a. Senantiasa memberikan pengertian kepada siswa tentang berbagai hal yang perlu ditiru (diteladani) dan yang perlu dicontoh.
b. Memantau perkembangan siswa dan bila terjadi penyimpangan tingkah laku yang membahayakan untuk segera mungkin diambil pemecahan.
c. Mengharuskan siswa untuk berbuat baik sesuai dengan aqidah agama serta mampu bertingkah laku sesuai dengan aturan norma dan tata tertib yang ada di sekolah.
Dari hasil interview dengan ketiga guru Pendidikan Agama Islam, upaya kuratif yang dilakukan dalam mengatasi kenakalan siswa tentunya juga bekerjasama dengan guru – guru mata pelajaran lain dan khususnya dengan guru BP. Menurut Ibu Maysaroh ketika menghadapi siswa yang sudah melampaui batas toleransi maka siswa yang bersangkutan diserahkan ke guru BP untuk diberikan sanksi dan kalau masih saja tetap melakukan pelanggaran maka sudah Dari hasil interview dengan ketiga guru Pendidikan Agama Islam, upaya kuratif yang dilakukan dalam mengatasi kenakalan siswa tentunya juga bekerjasama dengan guru – guru mata pelajaran lain dan khususnya dengan guru BP. Menurut Ibu Maysaroh ketika menghadapi siswa yang sudah melampaui batas toleransi maka siswa yang bersangkutan diserahkan ke guru BP untuk diberikan sanksi dan kalau masih saja tetap melakukan pelanggaran maka sudah
Begitu juga dengan Bapak Alwan dan Bapak Sajid, ketika upaya preventif dan upaya kuratif sudah dilakukan semaksimal mungkin tetapi kalau siswa yang bersangkutan tetap saja mengulangi perbuatannya maka langkah yang kemudian dilakukan yaitu dengan menyerahkan siswa yang bersangkutan ke guru BP. Tetapi kalau dalam penanganan guru BP siswa yang bersangkutan masih sulit untuk merubah perilakunya maka langkah terakhir diserahkan kepada Kepala Sekolah untuk diberikan sanksi dikeluarkan dari sekolah.
Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi masalah kenakalan siswa merupakan usaha dan tindakan yang memang harus dilakukan dalam rangka membimbing dan mendidik anak didik. Permasalahan yang dihadapi guru dalam mendidik dan membimbing anak didiknya sangat komplek. Sebab usia anak yang menginjak remaja mengalami penyesuaian diri yang berawal dari adanya tuntutan kebutuhan biologis pada diri anak, serta untuk memperoleh kesenangan. Apabila kebutuhan yang demikian itu terhalang atau tidak terpenuhi, maka terjadilah frustasi, yakni perasaan kecewa sebab terjadinya kegagalan dalam mencapai keinginan. Rasa frustasi itulah yang kemudian menimbulkan berbagai aspek psikologi, misalnya sikap iri, benci, permusuhan, berprsangka dan sebagainya.
Sedangkan anak yang tidak bisa melepaskan diri dari perasaan kecewa tersebut akan mengalami ketidakmampuan didalam mengadakan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Ketidakmampuan yang demikian itu akhirnya berkembang menjadi penyimpangan tingkah laku/kenakalan. Bagi guru
Pendidikan Agama Islam permasalahan ini harus dipahami sepenuhnya agar dapat memberikan solusi yang tepat, apabila menghadapi berbagai kenakalan siswanya.
Oleh karenanya masalah kenakalan siswa tentunya tidak saja menjadi tanggung jawab guru agama saja melainkan harus ada kerjasama yang simultan dari para guru untuk bisa menanggulangi masalah tersebut. Sehingga harapan dan cita – cita bersama dapat terwujud.
BAB V PENUTUP