Representasi Sosial Budaya dalam Gaya Bahasa Lirik Dangdut

99

4.1.3.4 Representasi Sosial Budaya dalam Gaya Bahasa Lirik Dangdut

Tahun 1990-2014 Berikut ini adalah tabel representasi sosial budaya dalam gaya bahasa lirik dangdut tahun 1990-2014 Tabel 4.6 Perubahan Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu Tahun 1990-2014 Gaya Bahasa 1990-an 2000-an 2011-an Pemilihan diksi Menggunakan diksi yang indah figuratif Ada lagu yang menggunakan bahasa figurative ada pula lagu yang menggunakan bahasa sehari-hari Menggunakan bahasa percakapan sehari-hari Cara menyampaikan langsungtidak Bertele-tele Umumnya cenderung banyak menggunakan bahasa yang jelas, lugas dan langsung Jelas, lugas, dan langsung Menggunakan kata berkonotasi dan majas Menggunakan kata berkonotasi dan metaforis di awal tahun 2000- an, terdapat lagu yang menggunakan kata bermetafora, di pertengahan tahun 2000-an mulai menggunakan bahasa gaul dan slang Menggunakan bahasa gaul slang, akronim Katakalimat pembanding Keindahan alam, misalnya bulan, matahari, langit, malam, ombak, bunga Lebih banyak menggunakan keindahan alam sebagai perbandingan Makanan, hewan, istilah buatan slang Penggunaan alih kode Bahasa Jawa Bahasa Jawa, Sunda, Inggris Bahasa Jawa, Sunda, Inggris Berdasarkan tabel di atas, kita dapat melihat perubahan variasi bahasa yang terkandung dalam gaya bahasa lirik dangdut tahun 1990 sampai 2014. Pada tahun 1990-an, umumnya menggunakan diksi yang indah, puitis, dan terkesan romantis, namun bertele-tele atau tidak diungkapkan secara langsung, 100 tetapi melalui makna-makna konotasi dan kias. Selain itu, lagu dangdut tahun 1990-an juga akrab dengan keindahan alam. Berdasarkan hal tersebut, maka nilai- nilai sosial budaya yang terepresentasi dalam gaya bahasa adalah sebagai berikut. Pertama, masyarakat lebih menggunakan keadaan alam sebagai pembanding sesuatu. Kedua, masyarakat menjunjung nilai moral dan agama. Pernyataan tersebut terdapat dalam lirik-lirik lagu dangdut yang tidak menggunakan lirik yang vulgar, erotis, dan mengundang birahi, namun menggunakan lirik-lirik yang puitis. Pada tahun 2000-an merupakan tahun transisi antara lagu tahun 1990-an ke lagu tahun 2011-an, sehingga terkesan setengah-setengah. Di tahun 2000-an awal masih terpengaruh lagu-lagu dangdut lawas, sedangkan di pertengahan 2000- an merupakan titik awal perkembangan dangdut 2011-an, sehingga tidak terlalu kentara perbedaan dengan tahun-tahun sebelum dan sesudahnya. Pada tahun 2011-an, lagu dangdut mengalami banyak perubahan. Perbedaan tersebut sangat signifikan dengan lagu tahun 1990-an. Lagu dangdut tahun 2011-an mempunyai ciri menggunakan bahasa percakapan sehari-hari, bersifat jelas, lugas, dan langsung. Sedikit sekali unsur estetisnya. Selain itu juga umumnya menggunakan bahasa gaul slang dan akronim buatan. Perbandingan untuk mengungkapkan sesuatu tidak lagi menggunakan keindahan alam, tetapi menggunakan makanan, hewan, dan istilah unik, sedangkan bahasa yang digunakan banyak terpengaruh dari bahasa daerah seperti Jawa, Sunda, Betawi, dan Inggris. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka nilai-nilai sosial budaya yang terepresentasi melalui gaya bahasa lirik lagu dangdut adalah sebagai berikut. 101 Pertama, masyarakat tidak lagi menggunakan alam sebagai pembanding karena lebih tertarik dengan sesuatu yang realistis. Hal ini terungkap berdasarkan minimnya bahkan hampir tidak ada lagu yang menggunakan alam sebagai perbandingan. Kedua, lunturnya nilai moral dan agama yang terjadi pada masyarakat membuat lagu-lagu dangdut tahun 2011-an seakan tidak ada filter untuk menyaring lagu yang bernuansa erotis dan memacu birahi lelaki. Lagi-lagi yang menjadi korban adalah wanita. Hal ini berdasarkan lagu-lagu yang berlirik fulgar serta wanita yang selalu menderita karena telah hamil sebelum menikah. Ketiga, peran wanita tidak hanya menjadi korban, tetapi juga berani mengorbankan suami. Artinya, wanita digambarkan tidak segan memberikan umpatan untuk pasangan lelaki atau suaminya. Pernyataan tersebut membuat peran wanita lebih tangguh dan lebih mandiri. Keempat, masyarakat terbuka dengan segala informasi yang masuk. Informasi tersebut berupa banyaknya kata atau istilah baru yang merupakan istilah buatan seperti bahasa slang yang diambil dari berbagai bahasa daerah seperti bahasa Betawi dan Jawa.

4.1.4 Diksi yang Merepresentasikan Penggunaan Teknologi