24
2.2.3.1 Pengertian Dangdut
Penjelasan mengenai dangdut, dijelaskan oleh Frederick 1982:105. Ia mengatakan bahwa.
“The term “dangdut” dates only from about 1972 or 1973, but the music it describes onomatopoetically and with a certain derogatory
feeling —the word translates roughly as “thumpety-thump” from the
caracteristic drumbet —has a long and complicated genealogy”.
Penjelasan tersebut sejalan dengan pengertian dangdut yang terdapat dalam Ensiklopedi Musik Jilid 2 bahwa dangdut merupakan sebuah istilah yang ketika
lahir digunakan untuk mengejek terhadap corak musik Melayu yang disertai dengan tablah, seperti lazimnya dalam musik India. Istilah ejekan tersebut dibuat
oleh Billy Chung, seorang penyanyi dan gitaris terkenal di Bandung pada pertengahan dasawarsa 60-an, anggota kugiran Young Crescendo dan seorang
wartawan dan kritikus majalah Aktuil dan kritikus musik. Lebih lanjut, Mack 1995:585 menambahkan bahwa Billy Chung mengejek berdasarkan bunyi
perkusi tabla india film-film India penuh dengan jenis musik itu terutama dalam lagu dari Ellya Khadam. Oleh karena itu, kelihatan bahwa istilah dangdut sekali
lagi merupakan onomatopoetis, sesuai dengan khas bunyi tabla pada musik itu. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dangdut
merupakan istilah yang muncul pada tahun 1972-1973 yang berasal dari onomatope dari buny
i gendang “dang” dan “dut” sebagai ungkapan ejekan terhadap musik Melayu.
2.2.3.2 Perkembangan Musik Dangdut
Musik dangdut merupakan musik asli Indonesia. Hal ini didukung oleh pernyataan Rhoma Irama dalam Benke, 2012 yang mengatakan bahwa.
25
“Fakta sejarah menunjukkan, bahwa musik dangdut -setelah mengalami pengayaan sedemikian rupa dari berbagai unsur musik
asli Indonesia- yang mengakar dari budaya Melayu Deli Sedang Sumut, adalah musik asli Indonesia
” Pernyataan serupa dijelaskan Muttaqin, 2003:27 bahwa di pantai sebelah
barat Sumatra, suatu daerah tempat musik Melayu berkembang, musik ini memperoleh corak yang lebih khusus yaitu Gamat. Sementara itu, di pantai
sebelah timur Sumatra khususnya di daerah Deli dan Tanah Semenanjung, musik ini dikembangkan pula sehingga terkenal dengan nama musik Melayu Deli. Ciri
khas musik Melayu Deli ini adalah aspek perkusinya, terutama tingkahan bunyi kendang. Selain itu, unsur penting lainnya di dalam musik Melayu Deli ini adalah
adanya akordeon dan biola yang dimainkan oleh sejumlah pemain. Pada tahun 1950-an, ketika film-film India banyak beredar di Indonesia,
pengaruh musik India secara tidak tanggung-tanggung masuk ke dalam musik Melayu Sindusawarno dalam Muttaqin, 2003:30. Pengaruh India yang kuat
itulah yang menjadi cikal bakal munculnya musik dangdut. Sesuai dengan pernyataan Lohanda dalam Sedyawati, 1982:139
“…Yang jelas, irama dangdut baru muncul dan dikenal di sekitar tahun 60-an dengan pemunculan seorang
bintang, Ellya Khadam dengan hit- nya „Boneka dari India‟”.
Bergabungnya Oma Irama dengan Orkes Melayu Purnama pada tahun 1963 membuat namanya terkenal lewat lagu „Ke Binaria‟ yang dinyanyikan
bersama Elvie Sukaesih. Setelah melalui periode trial and error sewaktu Oma Irama berjuang untuk menyampaikan gagasannya bersama kelompok musik
Melayu yang lain, akhirnya pada tahun 1971 Oma Irama mendirikan grup orkes Melayu sendiri yang diberi nama Orkes Melayu Soneta Frederick, 1997:263.
26
Bersama Orkes Melayu, Oma Irama yang kemudian mengubah namanya menjadi Rhoma Irama sukses menggoyang masyarakat Indonesia.
Sejalan dengan banyaknya minat masyarakat terhadap musik dangdut, maka muncullah artis-artis ibukota lainnya, diantaranya Hamdan ATT, Meggy
Z.,Vetty Vera, Nur Halimah, Iis Dahlia, Ikke Nurjanah, Itje Trisnawati, Evi Tamala, Dewi Persik, Kristina, Cici Paramida, Inul Daratista dan lainnya.
Karena sifat kontemporernya maka di awal tahun 1980-an musik dangdut berinteraksi dengan aliran seni musik lainnya, yaitu dengan masuknya aliran
musik Pop, Rock dan Disco atau House musik. Selain masuknya unsur seni musik modern musik dangdut juga mulai bersenyawa dengan irama musik tradisional
seperti gamelan, Jaranan, Jaipongan dan musik tradisional lainnya Mulyani, 2012.
Pada zaman 1990 mulailah era baru lagi yaitu musik dangdut yang banyak dipengaruhi musik tradisional yaitu irama gamelan yaitu kesenian musik asli
budaya Jwa maka pada masa ini musik dangdut mulai berasimilasi dengan seni gamelan, yang memunculkan aliran musik baru yang disebut musik dangdut
campursari atau dangdut campursari, tetapi aliran musik baru ini tidak menghilangkan eksistensi musik dangdut asli pada masa tersebut Mulyani, 2012.
Pada era tahun 2000-an seiring dengan kejenuhan musik dangdut yang asli, maka di awal era ini musisi di wilayah Jawa Timur di daerah pesisir Pantai
Utara mulai mengembangkan jenis musik dangdut baru yang disebut dengan musik dangdut koplo. Dangdut koplo merupakan mutasi dari musik dangdut
setelah era dangdut campursari yang bertambah kental irama tradisionalnya
27
ditambah dengan masuknya unsur seni musik kendang kempul yang merupakan seni musik dari daerah Banyuwangi Jawa Timur dan irama tradisional lainya
seperti jaranan dan gamelan Mulyani, 2012.
2.2.3.3 Peran Musik Dangdut dalam Masyarakat