BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah
karsinogen lingkungan, terutama asap rokok Kumar dan Clark, 2008. Menurut World Health Organization WHO , kanker paru
merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita. Menurut penelitian Widyastuti, jumlah
penderita kanker paru di RSUP H.Adam Malik Meda n pada tahun 2000 ada 36 orang 7,07, 54 orang 12,62 tahun 2001, 88 orang
15,52 pada tahun 2002 Sri Widyastuti, 2004. Menurut penelitian yang dilakukan Melindawati jumlah penderita kanker paru yang
ditunjukkan adalah sebanyak 378 orang pada tahun 2004-2008 dengan perincian pada tahun 2004 sebanyak 63 orang, tahun 2005 sebanyak
88 orang, tahun 2006 sebanyak 68 orang, tahun 2007 sebanyak 70 orang, dan tahun 2008 sebanyak 89 orang Melindawati, 2008.
Faktor-faktor resiko kanker paru yaitu merokok, terpapar asbestos, riwayat adanya penyakit paru interstisial, terpapar zat
beracun nikel, kromium, klorometil eter, terpapar uranium atau radon, dan infeksi HIV Sharma, 2009. Dari semua faktor yang
dinyatakan, merokok adalah penyebab utama terjadinya kanker paru pada 80-90 kasus kanker paru meskipun hanya 10 -15 perokok
terserang kanker paru Kopper dan Timar, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Penyebab utama berlakunya kanker paru adalah karena kebiasaan merokok. Merokok dapat menyebabkan kanker paru karena
mengandung zat-zat karsinogen atau dikenali sebagai zat pemicu kanker, seperti, vinyl chloride, benzo α, pyrenes, dan nitroso-nor-
nicotine. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin banyak paparan terhadap zat karsinogen, oleh itu resiko mengalami kanker
paru akan meningkat Smith dan Mehta, 2003. Menurut Departemen Kesehatan melalui pusat promosi
kesehatan menyatakan Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat konsumsi dan produksi rokok
tertinggi. Berdasarkan data dari WHO, prevalensi merokok di
kalangan orang dewasa meningkat ke 31,5 pada tahun 2001 dari 26,9 pada tahun 1995. Pada tahun 2001, 62,2 dari pria dewasa
merokok, dibandingkan dengan 53,4 pada tahun 1995. Rata -rata umur mulai merokok yang awalnya 18,8 tahun pada tahun 1995
menurun ke 18,4 tahun pada tahun 2001. Prevalensi merokok pada pria meningkat cepat seiring dengan bertambahnya umur dari 0,7
10-14 tahun menjadi 24,2 15 -19 tahun, dan melonjak menjadi 60,1 20-24 tahun. Dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan
prevalensi merokok dalam jangka waktu 5 tahun Melindawati, 2010. Menurut American Cancer Society foto toraks konvensional
sering digunakan sebagai lini pertama deteksi dini kanker paru, tetapi tidak berhasil menurunkan angka mortalitas, karena sentivitasnya
rendah. Hal tersebut memicu inovasi berupa penggunaan tomografi komputer toraks untuk deteksi dini kanker paru. Sejak tahun 1990,
sudah dilakukan 12 studi observasi terhadap efektivitasnya, tetapi
Universitas Sumatera Utara
hasilnya masih menuai kontroversi di kalangan klinisi. National Cancer Institute mengadakan penelitian berskala nasional untuk
membandingkan efektivitas penggunaan tomografi komputer toraks dan foto toraks dalam deteksi dini kanker paru. Penelitian yang
dilakukan secara uji acak terkontrol terhadap 53.456 laki -laki dan perempuan beresiko tinggi, memberikan hasil bahwa deteksi dini
dengan tomografi komputer toraks dapat menurunkan mortalitas sebesar 20,3.
1.2. Rumusan Masalah