Gambar 2.5 : Kanke Foto  rontgen  dada
lobus  kanan  atas. kanan menunjukka
Gambaran To
anker Paru-paru Sel Kecil
da  menunjukkan  pneumonitis  obstruktif  dengan  atele as.  Peningkatan  opasitas  pada  trakeo -bronkial  dan
ukkan suatu massa atau limfadenopati pada daerah tersebut
Tomografi Komputer Toraks Ravenel, 2
elektasis  dari n  paratrakeal
ebut.
l, 2013 :
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Gambar  2.9 :
menunjukkan  tumo Penebalan  nodular
untuk dibedakan da
Gambar 2.10 : Ka
melalui paru menu paru-paru sel kecil
:  Tomografi  komputer  toraks  aksial  pada  potong umor  hilus  besar  di  sisi  kanan,  dengan  efusi pleura
nodular  pleura  menunjukkan  metastasis  pleura.  Massa  t n dari atelektasis paru yang berdekatan.
Kanker paru-paru, sel kecil. Potongan aksial tomograf nunjukkan nodul soliter paru bagian  perifer paru kana
cil kadang terlihat sebagai nodul paru di perifer. potongan  hilus
ura terlokulasi. tumor  sulit
rafi komputer kanan. Kanker
Universitas Sumatera Utara
C.
Pemeriksaan Khusus PDPI, 2003
a
Bronkoskopi Pemeriksan  bronkoskopi  bertujuan  untuk  diagnostik
sekaligus  dapat  dihandalkan  untuk  dapat mengambil
jaringan  atau  bahan  agar  dapat  memastikan  apakah  ada tidaknya  sel  ganas.  Pemeriksaan  ada  tidaknya  massa
intrabronkus  atau  perubahan  mukosa  saluran  napas,  seperti terlihat  kelainan  mukosa  tumor  misalnya,  berbenjol -benjol,
hiperemis,  atau  stinosis infiltratif,  mudah  berdarah.
Tindakan  biopsi  tumor  atau  dinding  bronkus,  bilasan, sikatan  atau  kerokan  bronkus  harus  dilakukan  pada
tampakan yang abnormal.
b
Biopsi aspirasi jarum Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan
karena  amat  mudah  berdarah,  atau  apabila  mukosa  licin berbenjol,  maka  sebaiknya  dilakukan  biopsi  aspirasi  jarum
karena  bilasan  dan  biopsi  bronkus  saja  sering  memberikan hasil negatif.
c
Aspirasi  Jarum  Transbronkial Transbronchial  Needle Aspiration, TBNA
TBNA di karina, atau trakea 11 bawah 2 cincin di atas karina  pada  posisi  jam  1  bila  tumor  ada  dikanan,  akan
memberikan  informasi  ganda,  yakni  didapat  bahan  untuk sitologi  dan  informasi  metastasis  KGB  subkarina  atau
paratrakeal.
Universitas Sumatera Utara
d
Transbronkial  Biopsi Transbronchial  Lung  Bio psy, TBLB
Biopsi  paru  lewat  bronkus TBLB harus  dilakukan  jika lesi  kecil  dan  lokasi  agak  di  perifer  serta  ada  sarana  untuk
fluoroskopik.
e
Biopsi Transtorakal Transthoraxic Biopsy, TTB Jika  lesi  terletak  di  perifer  dan  ukuran  lebih  dari  2  cm,
TTB dengan bantuan flouroscopic angiography. Namun jika lesi  lebih  kecil  dari  2  cm  dan  terletak  di  sentral  dapat
dilakukan TTB dengan tuntunan tomografi komputer.
f
Biopsi lain Bila  terdapat  pembesaran  KGB  atau  teraba  massa yang
dapat terlihat superfisial biopsi jarum halus dapat dilakukan. Biopsi  KGB  harus  dilakukan  bila  teraba  pembesaran  KGB
supraklavikula,  leher  atau  aksila,  apalagi  bila  diagnosis sitologi atau histologi tumor primer di paru belum diketahui.
Bila  pembesaran  KGB  suparaklavikula  dan  cara  lain  tidak menghasilkan  informasi tentang  jenis  sel kanker  tidak  jelas
terlihat  maka  biopsi Daniels dianjurkan.  Punksi  dan  biopsi pleura harus dilakukan jika ada efusi pleura.
f
Torakoskopi medik Dengan tindakan ini massa tu mor di bagian perifer paru,
pleura  viseralis,  pleura  parietal  dan  mediastinum  dapat dilihat dan dibiopsi.
Universitas Sumatera Utara
g
Sitologi sputum Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik  yang paling
mudah dan murah. Kekurangan pemeriksaan ini terjadi bila tumor  ada  di  perifer, penderita  batuk  kering  dan  metode
pengumpulan  dan  pengambilan  sputum  yang  tidak memenuhi syarat. Dengan bantuan inhalasi NaCl 3 untuk
merangsang pengeluaran sputum dapat ditingkatkan. Semua bahan  yang  diambil  dengan  pemeriksaan  tersebut  di  atas
harus  dikirim  ke  laboratorium  Patologi  Anatomi  untuk pemeriksaan  sitologi  atau  histologi.  Bahan  berupa  cairan
harus dikirim segera tanpa fiksasi, atau dibuat sediaan apus, lalu  difiksasi  dengan  alkohol  absolut  atau  alkohol  minimal
90.  Semua  bahan jaringan harus  di fiksasi dalam  formalin 4.
D.
Pemeriksaan Invasif Lain PDPI, 2003 Terkadang tindakan invasif seperti torakoskopi dan tindakan
bedah  mediastinoskopi,  torakoskopi,  torakotomi  eksplorasi  dan biopsi paru terbuka dibutuhkan agar diagnosis dapat ditegakkan
pada kasus  kasus  yang  rumit.  Tindakan  ini  merupakan  pilihan terakhir bila dari semua cara pemeriksaan yang telah dilakukan,
diagnosis histologis atau patologis tidak dapat ditegakkan. Semua  tindakan  diagnosis  untuk  kanker  paru  diarahkan  agar
dapat ditentukan : 1. Jenis histologis
2. Derajat staging 3. Tampilan tingkat tampil,  performance status.
Universitas Sumatera Utara
Sehingga  jenis  pengobatan  dapat  dipilih  sesuai  dengan  kondisi penderita.
E.
Pemeriksaan Lain PDPI, 2003
a
Petanda Tumor Petanda tumor yang telah, seperti CEA, Cyfra21-1, NSE
dan lainya tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis tetapi masih digunakan evaluasi hasil pengobatan.
b
Pemeriksaan biologi molekuler Pemeriksaan
biologi molekuler
telah semakin
berkembang,  cara  paling  sederhana  dapat  menilai  ekspresi beberapa  gen  atau  produk  gen  yang  terkait  dengan  kanker
paru,  seperti  protein  p53,  bcl2,  dan  lainya.  Manfaat  utama dari  pemeriksaan  biologi  molekuler  adala h  menentukan
prognosis penyakit. 2.1.8. Pentalaksanaan
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a
Kuratif Memperpanjang  masa  bebas  penyakit  dan  meningkatkan
angka harapan hidup klien.
b
Paliatif. Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c
Rawat rumah Hospice care pada kasus terminal. Mengurangi  dampak  fisis  maupun  psikologis  kanker  baik
pada pasien        maupun keluarga.
d
Suportif.
Universitas Sumatera Utara
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal seperti pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat
anti nyeri dan anti infeksi Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 2000.
Penatalaksanaan pada pasien Kanker Paru PDPI, 2003 A Pembedahan PDPI, 2003
Tujuan  pada  pembedahan  kanker  paru  sama seperti  penyakit paru lain, untuk mengangkat semua jaringan yang sakit sementara
mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
a Toraktomi eksplorasi. Untuk  mengkonfirmasi  diagnosis  tersangka  penyakit  paru
atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsi. b Pneumonektomi pengangkatan paru
Karsinoma  bronkogenik  bila  aman  dengan  lobektomi  tidak semua lesi bisa diangkat.
c Lobektomi pengangkatan lobus paru. Karsinoma  bronkogenik  yang  terbatas  pada  satu  lobus,
bronkiektasis  atau  bula  emfisematosa,  abses  paru,  infeksi jamur dan tumor jinak tuberkulosis.
d Resesi segmental. Merupakan pengangkatan atau atau lebih segmen paru.
e Dekortikasi. Merupakan  pengangkatan  bahan -bahan  fibrin  dari  pleura
viseral.
Universitas Sumatera Utara
Radiasi PDPI, 2003 Radioterapi  dilakukan  pada  beberapa  kasus,    sebagai
pengobatan  kuratif  dan  bisa  juga  sebagai  terapi adjuvant atau paliatif  pada  tumor  dengan  komplikasi,  seperti  mengurangi  efek
obstruksi atau penekanan terhadap pembuluh darah atau bronkus. Tindakan  radiasi  sering  merupakan  darurat  yang  harus
dilakukan untuk meringankan keluhan penderita, seperti sindroma vena  kava  superior,  nyeri  tulang  akibat  invasi  tumor  ke  dinding
dada dan metastasis tumor di tulang atau otak. Penetapan  kebijakan  radiasi  pada  KPKBSK  dit entukan
beberapa faktor 1. Stadium penyakit
2. Status tampilan 3. Fungsi paru
Bila radiasi dilakukan setelah pembedahan, maka harus diketahui :
•
Jenis pembedahan termasuk diseksi kelenjar yang dikerjakan
•
Penilaian batas sayatan oleh ahli Patologi Anatomi PA Dosis  radiasi  yang  diberikan  secara  umum  adalah  5000 -6000
cGy, dengan cara pemberian 200 cGyx, 5 hari perminggu.
•
Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah : 1. Hb  10 g
2. Trombosit  100.000mm3 3. Leukosit  3000dl
•
Radiasi  paliatif diberikan    pada  group  yang  kurang  baik, yakni :
1. PS  70
Universitas Sumatera Utara
2. Penurunan BB  5 dalam 2 bulan 3. Fungsi paru buruk.
B Kemoterapi PDPI, 2003 Pemberian  kemoterapi  pada  semua  kasus  kanker  paru.  Syarat
utama  harus  ditentukan.  Jenis  histologis  tumor  dan  tampil an performance status harus lebih dan 60 menurut skala Karnosfky
atau  2  menurut  skala WHO. Kemoterapi  dilakukan  dengan menggunakan beberapa obat anti kanker dalam kombinasi regimen
kemoterapi.  Pada  keadaan  tertentu,  penggunaan  1  jenis  obat  anti kanker dapat dilakukan.
Prinsip  pemilihan  jenis  antikanker  dan  pemberian  sebuah regimen kemoterapi adalah:
1. Platinum based therapy  sisplatin atau karboplatin 2. Respons obyektif satu obat antikanker 15
3. Toksisitas obat tidak melebihi grade 3 skala WHO 4. Harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 siklus
pada penilaian terjadi tumor progresif. Regimen untuk KPKBSK adalah :
1. Platinum based therapy  sisplatin atau karboplatin 2. PE sisplatin atau karboplatin + etoposid
3. Paklitaksel + sisplatin atau karboplatin 4. Gemsitabin + sisplatin atau karboplatin
5. Dosetaksel + sisplatin atau karboplatin
I.
Persyaratan pasien Kemoterapi  Linda, 2006
Universitas Sumatera Utara
Pasien  dengan  keganasan  memiliki  kondisi  dan  kelemahan - kelemahan  yang  apabila  diberikan  kemoterap i  dapat  terjadi  efek
samping yang tidak dapat dielakkan, sebelum memberikan kemoterapi harus dipertimbangkan :
1. Menggunakan  kriteria Eastren  Cooperative  Oncology  Group ECOG yaitu status penampilan  2.
2. Jumlah lekosit lebih dari 3000ml. 3. Jumlah trombosit lebih dari 120.000ul.
4. Cadangan  sumsum  tulang  masih  adekuat  misalnya  Hb  lebih dari 10     gr.
5. Kliren kreatinin diatas 60 mlmenit dalam 24 jam. 6. Bilirubin  kurang  dari  2  mldl,  SGOT  dan  SGPT  dalam  batas
normal. 7. Elektrolit dalam batas normal.
8. Mengingat  toksisitas  obat  sebaiknya  tidak  diberikan  diatas umur 70 tahun.
Status  penampilan  penderita  ini  mengambil  indikator kemampuan pasien, di mana penyakit kanker semakin berat pasti akan
mempengaruhi  penampilan  pasien.  Hal  ini  juga menjadi  faktor prognostik dan  faktor  yang  menetukan  pilihan terapi  yang  tepat  pada
pasien sesuai dengan status penampilannya.
Universitas Sumatera Utara
Skala Status Penampilan Menurut ECOG ialah :
•
Grade 0 : Masih sepenuhnya aktif, tanpa hambatan untuk  mengerjakan
tugas dan pekerjaan sehari-hari.
•
Grade 1 : Hambatan  pada  pekerjaan  berat,  namun  masih  mampu
bekerja kantor ataupun pekerjaan rumah yang ringan.
•
Grade 2 : Hambatan  melakukan  banyak  pekerjaan,  50    waktunya
untuk  tiduran  dan  hanya  bisa  mengurus  perawatan  dirinya sendiri, tidak dapat melakukan pekerjaan lain.
•
Grade 3 : Hanya  mampu  melakukan  perawatan  diri  tertentu,  lebih  dari
50  waktunya untuk tiduran.
•
Grade 4 : Sepenuhnya  tidak  bisa  melakukan  aktifitas  apapun,  hanya
dikursi atau tiduran terus. Kemoterapi  dapat  diberikan  jika  memenuhi  syarat  antara  lain
keadaan umum  baik  skala Karnofsky diatas    70,  fungsi  hati,  ginjal  dan
homeostatik  darah  baik  dan  masalah  finansial  dapat  diatasi.  Syarat homeostatik  yang  memenuhi  syarat  ialah  :  HB  10  gr,  leukosit
4000dl, trombosit 100000dl PDPI 2005.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 : Tampilan umum berdasarkan skala Karnofsky dan WHO PDPI 2005
Skala Pengertian
90-100 Dapat beraktivitas normal, tanpa keluhan yang
menetap. 70-80
1 Dapat  beraktivitas  normal  tetapi  ada  keluhan
berhubungan dengan sakitnya. 50-70
2 Membutuhkan bantuan pada orang lain untuk
aktivitas spesifik. 30-50
3 Sangat tergantung pada bantuan orang lain untuk
aktivitas rutin. 10-30
4 Tidak dapat bangkit dari tempat tidur.
D
Imunoterapi PDPI, 2003 Ada  beberapa  cara  dan  obat  yang  dapat  digunakan  meskipun
belum  ada  hasil  penelitian  di  Indonesia  yang  menyokong manfaatnya.
E
Hormonoterapi PDPI, 2003 Ada  beberapa  cara  dan  obat  yang  dapat  digunakan  meskipun
belum  ada  hasil  penelitian  di  Indonesia  yang  men yokong manfaatnya.
F
Terapi Gen PDPI, 2003 Metode dan manfaat pengobatan ini masih dalam penelitian.
Universitas Sumatera Utara
2.1.9. Pencegahan Kanker Paru Menurut  CDC  2010,  pencegahan  dari  kanker  paru  ada
empat,yaitu : a. Berhenti Merokok
Dengan  berhenti  merokok,  akan menurunkan  resiko
terjadinya  kanker  paru  dibandingkan  dengan  tidak  berhenti merokok  sama  sekali.  Semakin  lama  seseorang  berhenti
merokok,  maka  akan  semakin  baik  kesehatannya  dibanding mereka yang merokok. Bagaimanapun, risiko bagi mereka yang
berhenti  merokok  tetap  lebih  besar  dibandingkan  mereka  yang tidak pernah merokok.
a. Menghindari  menghisap  rokok  orang  lain   secondhand smoke
b. Membuat lingkungan kerja dan rumah aman dari gas radon c.    Menurut  EPA  Environmental  Protection  Agency ,  setiap
rumah disarankan  untuk  dites  apakah  ada  gas  radon  atau tidak.
d. Mengkonsumsi  buah  dan  sayuran  yang  banyak.  Konsumsi buah dan sayuran  yang banyak akan membantu melindungi
dari kanker paru. 2.10.
Evaluasi hasil pengobatan PDPI, 2003 Pemberian  umum  kemotera pi  adalah  sampai  6  siklus  atau
sekuen,  bila  penderita    menunjukkan  respons  yang  memadai. Pengevaluasian  respons  terapi  dilakukan  dengan  melihat  perubahan
ukuran  tumor  pada  foto  toraks  PA  setelah  pemberian  siklus
Universitas Sumatera Utara
kemoterapi  ke-2  dan  kalau  memungkinkan  men ggunakan  tomografi komputer toraks setelah 4 kali pemberian.
•
Pengevaluasian dilakukan terhadap - Respons subyektif yaitu penurunan keluhan awal
- Respons semisubyektif
yaitu perbaikan
tampilan, bertambahnya berat badan
- Respons obyektif - Efek samping obat
•
Respons obyektif dibagi atas 4 golongan dengan ketentuan : -
Respons  komplit complete  response  ,CR  :  bila  pada evaluasi tumor hilang 100 dan   keadan ini menetap lebih
dari 4 minggu. -
Respons sebagian partial response, PR : bila pengurangan ukuran tumor  50 tetapi  100.
- Menetap stable  disease,  SD  :bila  ukuran  tumor  tidak
berubah atau mengecil  25 tetapi  50. -
Tumor  progresif progressive  disease, PD  :  bila  terjadi petambahan  ukuran  tumor    25  atau  muncul  tumor  ata u
lesi baru di paru atau di tempat lain. Angka  kekambuhan  relapse  kanker  paru  paling  tinggi  terjadi
pada  2  tahun  pertama,  sehingga  evaluasi  pada  pasien  yang  telah diterapi  optimal  dilakukan  setiap  3  bulan  sekali.  Evaluasi  meliputi
pemeriksaan klinis dan radiologis yaitu foto toraks PA atau lateral dan tomografi  komputer  toraks,  sedangkan  pemeriksaan  lain  dilakukan
atas indikasi.
Universitas Sumatera Utara
2.1.11. Prognosis Prognosis  dari  kanker  paru  tergantung  pada  tingkat  kesulitan
penyembuhan dan lokasi serta ukuran tumor, gejala-gejala, tipe kanker paru,  dan  kondisi  kesehatan  pasien  secara  keseluruhan.
SCLC mempunyai  pertumbuhan  yang  paling  agresif  dari  semua  kanker -
kanker  paru,  dengan  kelangsungan  hidup  lebih  kurang  hanya  dua sampai  empat  bulan  setelah  didiagnosis  jika  tid ak  dirawat  Sutji,
2001. SCLC merupakan tipe kanker paru yang paling responsif pada
terapi  radiasi  dan  kemoterapi.  Karena SCLC menyebar  sangat  cepat dan  biasanya  sudah  terjadi  penyebaran  pada  saat  diagnosis,  metode -
metode  seperti  pengangkatan  secara  operasi  atau  terapi  radiasi  lokal akan  berkurang  efektifnya  dalam  merawat  tipe  tumor  ini.  Waktu
kelangsungan hidup dapat diperpanjan g empat sampai lima kali ketika penggunaan kemoterapi sendiri atau dalam kombinasi dengan metode -
metode lain. Dari semua pasien -pasien dengan SCLC, hanya 5-10 masih hidup lima tahun setelah diagnosis PDPI, 2003.
Pada non-small  cell  lung  cancer  NSCLC , hasil-hasil  dari perawatan  standar  biasanya  secara  keseluruhan  jelek  namun
kebanyakan  kanker  yang  terlokalisir  dapat  diangkat  secara  operasi. Bagaimanapun,  pada  stadium  I  kanker -kanker  yang  dapat  diangkat
sepenuhnya  dengan  angka kelangsungan hidup  lima  ta hun  mendekati 75.  Terapi  radiasi  dapat  menghasilkan  suatu  penyembuhan  pada
sebagian  kecil  pasien-pasien  dengan NSCLC dan  mengarah  pada menghilangkan  gejala-gejala  pada  kebanyakan  pasien.  Kemoterapi
menawarkan  perbaikan  waktu  kelangsungan  hidup  yang  sedang pada
Universitas Sumatera Utara
penyakit  stadium  lanjut,  meskipun  angka -angka  kelangsungan  hidup keseluruhan jelek PDPI, 2003.
Jika  dibandingkan  dengan  beberapa  kanker -kanker  lain, keseluruhan  prognosis  untuk  kanker  paru  adalah  jelek.  Umumnya
angka  kelangsungan  hidup  untuk  kanker paru  lebih  rendah
dibandingkan kanker lainnya, dengan angka kelangsungan hidup lima tahun  untuk  kanker  paru  sebesar  16  dibandingkan  dengan  65
untuk  kanker  usus  besar,  89  untuk  kanker  payudara,  dan  untuk kanker prostat adalah lebih dari 99 PDPI, 2003 .
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep