Provinsi Jaw a Barat Tahun 2004- 2009
Provinsi Jaw a Barat Tahun 2004- 2009
Pertumbuhan Tahun
Pertumbuhan
Target
Realisasi
(%)
(%)
2004 1.086.527.001.648,00 1.197.663.954.522,50 2005 1.105.886.415.308,26
1,78 1.220.120.700.066,00 1,88 2006 1.106.539.705.000,00
0,06 1.298.795.160.567,00 6,45 2007 1.522.066.853.000,00
37,55 1.756.094.284.825,00 35,21 2008 1.630.811.000.000,00
7,14 1.905.245.846.352,00 8,49 2009 1.763.254.316.000,00
8,12
Rata- rata Per- Tahun 10,93 13,01
Sumber : Perda Perhitungan APBD Tahun 2004 -2009
Perkembangan target dari dana perimbangan secara total selama kurun waktu 6 tahun terakhir (2004-2009) rata-rata pertumbuhannya per tahun adalah sebesar 10,93% . Sementara perkembangan berdasarkan realisasi selama kurun waktu 2004-2008 menunjukkan pertumbuhan rata-rata sebesar 13,01% . Perkembangan target dari lain-lain pendapatan yang sah secara total selama kurun waktu 3 tahun terakhir (2007-2009) rata-rata pertumbuhannya per tahun adalah sebesar 46,36% . Sementara perkembangan berdasarkan realisasi selama kurun waktu 2007-2008 menunjukkan pertumbuhan rata-rata sebesar 342,21% (Tabel 5.5. dan 5.6.). Penerimaan dari lain-lain pendapatan yang sah ini cukup sulit diperkirakan karena
Tabel 5.6.
Perkembangan Realisasi Total Pendapatan Provinsi Jaw a Barat
Tahun 2004 - 2008
Tahun
Pendapatan
Pertumbuhan
APBD
Proporsi
2004 4.044.464.689.460,87 4.712.887.298.214,09 85,82 2005
5.700.026.831.254,93 84,65 2006
4.824.888.265.545,84
19,30
6.048.094.310.215,05 83,45 2007
5.047.199.211.374,05
4,61
6.964.840.068.197,00 86,27 2008
6.008.260.131.846,00
19,04
7.399.845.794.343,00
23,16
7.685.340.067.215,13 96,29
Rata- rata per Tahun
16,53
87,29
Sumber : Data Tahun 2004 s.d 2007 Perda tentang Perhitungan/ Realisasi APBD, Tahun 2008 Perubahan APBD, Tahun 2008 Perda tentang APBD (Murni)
Perkembangan realisasi total pendapatan Provinsi Jawa Barat yaitu penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah dalam kurun waktu 2004-2008 mengalami peningkatan sebesar 16,53% per tahun dan kontribusinya terhadap APBD sebesar 87,29% per tahun sebagaimana tabel 5.5 tersebut di atas. Sedangkan apabila dilihat rata-rata proporsi realisasi antara PAD, Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang Sah terhadap Pendapatan Daerah dalam kurun waktu 2004-2008, secara berturut-turut sebesar 71,56% , 27,12% , dan 1,17% .
5.1.2. Belanja Daerah
Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/ kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan.
perkembangan realisasi alokasi belanja daerah selama kurun waktu 2004-2008 rata-rata mengalami peningkatan sebesar 15,84% sebagaimana Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Perkembangan Target dan Realisasi Belanja Provinsi Jaw a Barat Tahun 2004- 2009
Pertumbuhan Tahun
Pertumbuhan
Target Belanja
Realisasi Belanja
2004 3.473.904.056.856,00 3.670.567.300.180,00 2005 4.131.439.788.522,15
4.309.282.267.306,84 17,40 2006 4.923.245.318.247,04
18,93
4.907.738.249.011,05 13,89 2007 5.272.083.679.606,84
19,17
5.341.625.971.385,00 8,84 2008 5.929.101.899.376,25
7,09
6.582.473.339.933,11 23,23 2009 8.262.578.445.826,00
12,46
39,36
Rata- rata Per Tahun
19,40
15,84
Sumber : Perda APBD Tahun 2004 -2009
Untuk rata-rata proporsi perkembangan realisasi alokasi belanja daerah terhadap APBD sebesar 79,39% per tahun sebagaimana terlihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Perkembangan Realisasi Alokasi Belanja Daerah Tahun 2004 - 2008 Dibandingkan dengan APBD Tahun 2004 – 2008
Tahun
Belanja
Pertumbuhan
APBD
Proporsi
2004 3.670.567.300.180,00 4.712.887.298.214,09 77,88 2005 4.309.282.267.306,84
5.700.026.831.254,93 75,60 2006 4.907.738.249.011,05
17,40
6.048.094.310.215,05 81,15 2007 5.341.625.971.385,00
13,89
6.964.840.068.197,00 76,69 2008
8,84
6.582.473.339.933,11
23,23
7.685.340.067.215,13 85,65
Rata- rata per Tahun
15,84
79,39
Sumber : Data Tahun 2004 s.d 2007 Perda tentang Perhitungan/ Realisasi APBD, Tahun 2008 Perubahan APBD
Sesuai Pasal 37 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 belanja daerah terbagi atas Belanja
Tabel 5.9. Perkembangan Realisasi Rincian Belanja Tahun 2004 - 2008
Rata2 No
Rata2
Uraian
Pertumbuhan
Proporsi
per Tahun
per Tahun
(%) Belanja
1 Belanja Tidak Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Bagi Hasil
Belanja Bantuan
Belanja Tidak terduga
2 Belanja Langsung
13,52 Sumber : Data Tahun 2004 s.d 2007 Perda tentang Perhitungan/ Realisasi APBD, Tahun 2008 Perubahan APBD, Tahun 2009 Perda tentang APBD (Murni)
Volume APBD
5.1.3. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang dimaksudkan untuk menutupi selisih antara Pendapatan dan Belanja Daerah. Adapun pembiayaan tersebut bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran sebelumnya (SiLPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman dan penerimaan piutang daerah.
APBD Provinsi Jawa Barat setiap tahun mengalami defisit anggaran namun dapat ditutup dengan pembiayaan, pertumbuhan realisasi surplus anggaran tersebut rata-rata per tahun selama kurun waktu 5 tahun (2004-2008) mengalami peningkatan sebesar 186,21% , untuk menutupi anggaran defisit tersebut yaitu dari penerimaan pembiayaan dengan rata-rata pertumbuhan per tahun mengalami kenaikan sebesar 20,51% , begitu pula pengeluaran pembiayaan rata-rata pertumbuhan per tahun mengalami penurunan sebesar 30,93% (Tabel 5.10).
Tabel 5.10. Perkembangan Realisasi Pembiayaan Tahun 2004 – 2008
Pembiayaan Pertum-
Pertum Tahun
Pertum-
Penerimaan
buhan
Pengeluaran
buhan
Surplus/ Defisit - buhan
Peneri-
Penge-
Defisit
maan
luaran
2004 668.422.608.753,22 1.042.319.998.034,09 (373.897.389.280,87) 2005 875.138.565.709,09 30,93 1.390.744.563.948,00
33,43 (515.605.998.238,91) 37,90
2006 1.000.895.098.841,00 14,37 1.140.356.061.204,00 (18,00) (139.460.962.363,00) 72,95 2007 956.579.936.351,00 (4,43) 366.854.431.319,00 (67,83) 589.725.505.032,00 522,86 2008 1.350.314.355.663,13 41,16
105.167.907.255,00 (71,33) 1.245.146.448.408,13 111,14 2009 1.310.761.917.081,00
167.907.255,00
1.310.594.009.826,00 -
Rata- Rata per Tahun
20,51
( 30,93)
186,21
Sumber : Data Tahun 2004 s.d 2007 Perda tentang Perhitungan/ Realisasi APBD, Tahun 2008 Perda tentang Perubahan APBD, Tahun 2009 Perda tentang APBD (Murni)
5.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah
6. Meningkatkan peran dan fungsi UPT, UPPD dan Balai Penghasil dalam peningkatan pelayanan dan pendapatan.
7. Meningkatkan pengelolaan asset dan keuangan daerah Adapun kebijakan pendapatan untuk meningkatkan Dana Perimbangan sebagai upaya
peningkatan kapasitas fiskal daerah adalah sebagai berikut :
1. Mengoptimalkan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan PBB, Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (PPh OPDN), PPh Pasal 21 dan BPHTB;
2. Meningkatkan akurasi data Sumber Daya Alam sebagai dasar perhitungan pembagian dalam Dana Perimbangan;
3. Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Kabupaten/ Kota dalam pelaksanaan Dana Perimbangan.
Berdasarkan perkembangan komponen pendapatan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008, selanjutnya diproyeksikan perkiraan pendapatan daerah tahun 2010 sebagaimana disajikan dalam Tabel 5.11.
Tabel 5.11. Proyeksi APBD Provinsi Jaw a Barat T.A. 2010- 2011
No Uraian
Tahun Anggaran 2008
Tahun Anggaran 2009
Tahun Aggaran 2010
Tahun Anggaran 2011 %
I . PENDAPATAN
1. Pendapatan Asli Daerah
a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah 29,484,214,529.00
c. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan
10.28 Daerah yang Dipisahkan
68.00 Dana Perimbangan
d. Lain-lain PAD yang sah
a. Bagi Hasil Pajak/ Bukan Pajak
b. Pos Dana Alokasi Umum
c. Pos Dana Alokasi Khusus
3. Lain-lain Pendapatan yang Sah
3.72 Bagian Pinjaman Pemerintah
Daerah
I I . BELANJA
1. Belanja Tidak Langsung
a. Belanja Pegawai
b. Belanja Bunga
0.00 -100.00
c. Belanja Subsidi
d. Belanja Hibah
e. Belanja Bantuan Sosial
f. Belanja Bagi Hasil kepada
24.44 Provinsi/ Kab/ Kota dan Pemdes
g. Belanja Bantuan Keuangan
73.00 kepada Pemda/ Pemdes
h. Belanja Tidak Terduga
2. Belanja Langsung
a. Belanja Pegawai
b. Belanja Barang dan Jasa 1,060,637,985,047.87
c. Belanja Modal
III. PEMBI AYAAN
232,813,641,761.25 462.94
1,310,594,009,826.00
1. Penerimaan
488,843,335,506.25
1,310,761,917,081.00
168.14
a. Sisa lebih Perhitungan Anggaran
458,843,335,506.25
1,310,761,917,081.00 185.67
Daerah tahun Sebelumnya
b. Pencairan Dana Cadangan
c. Penerimaan Pinjaman Daerah
30,000,000,000.00
2. Pengeluaran
256,029,693,745.00
167,907,255.00
-99.93
a. Pembentukan Dana Cadangan
b. Penyertaan Modal (investasi)
105,000,000,000.00
Pemda
c. Pembayaran Pokok Utang
121,029,693,745.00
167,907,255.00
-99.86
d. Pemberian Pinjaman Daerah
30,000,000,000.00
0.00 -100.00
Volume APBD
6,185,131,593,321.25 8,262,746,353,081.00
33.59 7,626,409,218,715.00
- 7,70
8,371,974,963,227.00
9,78
Bila memperhatikan kecenderungan pendapatan daerah sejak tahun 2004-2008 terlihat bahwa dari tahun 2004 terjadi peningkatan yang berfluktuasi dengan kecenderungan menurun pertumbuhannya hingga tahun 2006. Namun dengan upaya-upaya peningkatan pendapatan yang lebih intens dilakukan, dalam kurun waktu 2007-2008, terjadi kenaikan pertumbuhan pendapatan yang cukup besar, rata-rata di atas 20% . Dengan komitmen akan lebih baik memberikan pelayanan publik dan upaya intensifikasi/ ekstensifikasi yang lebih giat, pada tahun 2009, Pemerintah Jawa Barat optimis dapat mencapai target pendapatan daerah dengan pertumbuhan di atas 20% . Capaian peningkatan pendapatan selama ini didukung oleh kondisi ekonomi regional yang stabil dan keberhasilan dalam melakukan upaya-upaya intensifikasi dalam meningkatkan pendapatan daerah. Namun demikian, dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi makro dan regional tahun mendatang yang belum pasti akibat imbas krisis ekonomi global tahun 2008, diperkirakan masih akan berdampak 1-2 tahun ke depan, diproyeksikan bahwa rata-rata kenaikan pertumbuhan pendapatan daerah pada tahun 2010-2011 mengalami penurunan berada pada kisaran 9% , secara lengkap disajikan pada Tabel 5.10 Untuk tahun 2010 diproyeksikan peningkatan pendapatan sebesar 9,70% dibanding target tahun 2009 atau sebesar Rp. 7,626 trilyun. Sementara itu untuk alokasi belanja daerah diproyeksikan pada tahun 2011 sebesar Rp. 8,371 trilyun, selengkapnya disajikan pada Tabel 5.11.
5.2.2. Arah Kebijakan Belanja Daerah
Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah tahun 2010 disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap satuan kerja perangkat daerah dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsinya. I ni bertujuan untuk meningkatkan
2. Mengupayakan alokasi anggaran untuk kesehatan sebesar 5% dari total belanja daerah untuk peningkatan kualitas dan aksesibilitas pelayanan dasar kesehatan dalam rangka peningkatan indeks kesehatan masyarakat.
3. Mengalokasikan kebutuhan belanja fixed cost, regular cost, dan variable cost secara terukur dan terarah, yaitu:
a. Pemenuhan kebutuhan dasar dalam menjamin keberlangsungan operasional kantor (biaya listrik, telepon, air bersih, BBM, internet, dan service mobil);
b. Pengalokasian kebutuhan belanja kegiatan yang bersifat rutin sebagai pelaksanaan TUPOKSI OPD , yang meliputi kegiatan koordinasi, fasilitasi, konsultasi, sosialisasi, pengendalian & evaluasi, dan perencanaan
c. Pengalokasian kebutuhan belanja kegiatan yang mendukung program-program pembangunan yang menjadi prioritas dan unggulan OPD, program/ kegiatan yang telah menjadi komitmen Pemerintah Provinsi Jawa Barat (committed budget), dan kegiatan multi years yang diprioritaskan untuk dilaksanakan pada TA 2010.
4. Untuk mendukung percepatan pembangunan diupayakan, pada 2010, akan diupayakan alokasi anggaran untuk bidang infrastruktur dan lingkungan hidup sebesar 17,5% serta untuk bidang ekonomi sebesar 15% .
5. Mengalokasikan belanja tidak langsung yang meliputi gaji dan tunjangan PNS, belanja subsidi, belanja hibah, belanja sosial, belanja bagi hasil kab/ kota, belanja bantuan dengan prinsip proporsional, pemerataan, dan penyeimbang, serta belanja tidak terduga yang digunakan untuk penanggulangan bencana yang tidak teralokasikan sebelumnya.
6. Pemuatan kode rekening kegiatan-kegiatan yang sangat diperlukan dalam menunjang
8. Dalam rangka mengoptimalkan pencapaian prioritas pembangunan, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat akan merintis skema pelaksanaan program/ kegiatan pembangunan melalui Tugas Pembantuan. Tugas pembantuan ini adalah merupakan penugasan dari Pemerintah Provinsi ke daerah (kabupaten/ kota) untuk melaksanakan tugas tertentu terutama dalam melaksanakan pembangunan di perdesaan.
9. Peningkatan efektivitas belanja bantuan keuangan dan bagi hasil kepada kabupaten/ kota dengan pola :
a. Alokasi yang bersifat block grant dari Pos Bagi Hasil secara proporsional, guna memperkuat kapasitas fiskal kabupaten/ kota dalam melaksanakan otonomi daerah;
b. Alokasi yang bersifat spesific grant dari pos bantuan kepada Kabupaten/ Kota yang diarahkan dalam rangka mendukung agenda akselerasi pencapaian Visi Jawa Barat 2008-2013 yaitu :
1) Berdasarkan pola penyaluran yang bersifat kompetisi melalui Program Pendanaan Kompetisi (PPK).
2) Membagi alokasi menjadi tiga bagian yaitu dana pemerataan, dana proporsional dan dana penyeimbang. Dana pemerataan dialokasikan sama untuk setiap Kabupaten/ Kota, dana proporsional dihitung berdasarkan indeks Kabupaten/ Kota, dan dana penyeimbang ditentukan berdasarkan variabel kualitatif seperti I bu Kota Provinsi, Kabupaten/ Kota perbatasan dengan Provinsi lain serta Kabupaten/ Kota yang akan menyelenggarakan even khusus yang berskala regional atau nasional. Variabel-variabel yang digunakan untuk menghitung indeks Kabupaten/ Kota adalah : I ndeks Pendidikan, I ndeks Kesehatan, I ndeks Daya Beli, Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Jumlah
Memperhatikan kebijakan pembangunan daerah di Jawa Barat pada tahun 2010, maka diindikasikan proporsi alokasi anggaran belanja langsung sesuai dengan kebijakan pembangunan tahun 2010 terbagi dalam belanja fixed cost, regular cost dan variable cost sebagaimana Tabel 5.12.
Tabel 5.12. Proporsi Alokasi Anggaran Belanja Langsung
Program
Persentase ( % )
Fixed cost 3,00 Regular cost
38,00 Variable cost (Unggulan OPD, committed budget, common
59,00 goals)
Sementara itu, perkiraan proporsi belanja langsung terhadap total belanja daerah adalah sebesar 49,36% (table 5.13) dari total belanja daerah. Sebagai gambaran, proporsi indikatif anggaran belanja langsung berdasarkan urusan terhadap total belanja daerah pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.13. Proporsi indikatif belanja langsung ini disusun sejalan dengan kebijakan belanja daerah pada tahun anggaran 2010.
Sedangkan anggaran belanja tidak langsung diproyeksikan melalui pertimbangan- pertimbangan pemenuhan belanja gaji dan tunjangan, dana bagi hasil kabupaten/ kota, dana bantuan sosial, hibah, bantuan kabupaten/ kota, dan pelaksanaan pembangunan dalam bentuk bantuan kabupaten/ kota dan desa, adalah sebesar 50,64% dari total belanja daerah.
Tabel 5.13. Proporsi I ndikatif Belanja Langsung Terhadap Belanja Daerah Berdasarkan Urusan
Tahun 2010 No.
Proporsi I ndikatif Belanja Daerah WAJI B
Urusan
PI LI HAN
0.51
1 Kelautan dan Perikanan
0.79
2 Pertanian
0.14
3 Kehutanan
0.60
4 Energi dan Sumber Daya Mineral
0.16
5 Pariwisata
0.16
6 I ndustri
0.14
7 Perdagangan
0.03
8 Ketransmigrasian
0.07
9 Peningkatan Pemahaman dan Pengamalan Agama
49.36
TOTAL
Sumber: Analisis Bappeda
5.2.4. Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah meliputi penerimaan daerah dan pengeluaran daerah. Kebijakan pembiayaan yang timbul karena jumlah pengeluaran lebih besar daripada penerimaan sehingga terdapat defisit. Sumber penerimaan daerah berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, transfer dari dana cadangan (DCD), penyertaan modal, pembayaran hutang pokok yang jatuh tempo dan sisa lebih perhitungan anggaran tahun berjalan. Untuk tahun 2010, struktur pembiayaan daerah untuk sumber penerimaan tidak hanya berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu saja, namun diupayakan untuk mendapatkan sumber-sumber lain seperti telah disebutkan di atas. Sedangkan untuk pengeluaran pembiayaan direncanakan antara lain terdiri dari pembayaran hutang pokok yang jatuh tempo dan penyertaan modal.
5.3. Non Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ( Non APBD)
Selain dana APBD, daerah menerima dana yang bersumber dari Pemerintah Pusat (APBN) berupa dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan yang pengalokasiannya sesuai dengan kebijakan Pemerintah Pusat untuk kepentingan pelaksanaan pembangunan di Jawa
5.3.1. APBN
Sumber pendanaan pembangunan lainnya yang masuk ke Pemerintah Provinsi Jawa Barat adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), baik berupa dana APBN dekonsentrasi yang pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada OPD Provinsi maupun dana APBN Tugas Pembantuan, yang dikelola oleh OPD di Kabupaten/ Kota maupun oleh OPD Provinsi.
Besarnya alokasi APBN yang masuk ke Provinsi Jawa Barat setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Pada tahun 2005, total APBN yang masuk ke Provinsi Jawa Barat mencapai sebesar Rp. 3,625 trilyun, tahun 2006 sebesar Rp. 3,347 trilyun, tahun 2007 sebesar Rp. 3,542 trilyun, dan pada tahun 2008 sebesar Rp 3,690 trilyun serta pada tahun 2009 sebesar Rp. 5,825 trilyun. Adapun perkembangan alokasi APBN di Jawa Barat selama kurun waktu 5 (Lima) tahun (2005 s.d 2009) dapat dilihat pada tabel 5.14.
Tabel 5.14. Jumlah Dana APBN Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Provinsi Jaw a Barat Tahun 2005 – 2009