RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2010

2.1.2 Evaluasi terhadap Kinerja Bidang Pembangunan

2007-2008

II – 4

2.3 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah

I I – 13

2.3.1 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah

I I – 13

2.3.2 Arah Kebijakan Perekonomian Daerah

I I – 15

2.4 I su Strategis

I I – 16

BAB I I I PRI ORI TAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2010

III –1

3.1 Prioritas Pembangunan Daerah

III –1

3.2 Kewilayahan

III – 5

3.3 Program Pembangunan

III –6

3.3.1 Common Goals

I I I – 10

3.3.2 Non Common Goals I I I – 32

BAB I V RENCANA KERJA DAN PENDANAAN TAHUN 2010

IV–1

4.1 Rencana Kerja Kegiatan Common Goals

IV–1

Tabel 2.1 Gambaran I ndikator Makro Pembangunan Jawa Barat Tahun 2006 - 2008

II –2

Tabel 2.2 PDRB Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku Tiga Sektor Utama

II – 3

Tabel 2.3 Kinerja Pengelolaan Jaringan I rigasi Kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat

II –9

Tabel 2.4 Proyeksi I ndikator Pembangunan Jawa Barat Tahun 2010

I I – 15

Tabel 2.5 Realisasi dan Rencana/ Minat I nvestasi PMA dan PMDN Berdasarkan Jumlah dan Laju Pertumbuhan Th. 2004-2008

I I – 24

Tabel 3.1 Common Goals dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun 2010 Provinsi Jawa Barat

I I I – 27

Matriks Rencana Kerja Common Goals

IV–3

Matriks Rencana Kerja Non-Common Goals I V – 82 Tabel 5.1

Perkembangan Dana Pembangunan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2004 – 2009

V–2

Tabel 5.2 Perkembangan Target dan Realisasi PAD Provinsi Jawa Barat Tahun 2004 - 2009

V–2

Tabel 5.3 Perkembangan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Dibandingkan dengan APBD Provinsi Jawa Barat Tahun 2004 – 2008

V–3

Tabel 5.4 Perkembangan Target dan Realisasi Dana Perimbangan Provinsi Jawa Barat Tahun 2004 – 2009

V–4

Tabel 5.5 Perkembangan Target dan Realisasi Lain-lain Pendapatan Yang Sah Provinsi Jawa Barat Tahun 2004 – 2008

V–4

Tabel 5.6 Perkembangan Realisasi Total Pendapatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2004 – 2008

V–5

Tabel 5.7 Perkembangan Target dan Realisasi Belanja Provinsi Jawa Barat Tahun 2004 – 2009

V–6

Tabel 5.8 Perkembangan Realisasi Alokasi Belanja Daerah Tahun 2004-2008 Dibandingkan dengan APBD Tahun 2004-2008

V–6

Tabel 5.9 Perkembangan Realisasi Rincian Belanja Tahun 2004-2008

V–9

Tabel 5.10 Perkembangan Realisasi Pembiayaan Tahun 2004-2008

V–8

Tabel 5.11 Proyeksi APBD Provinsi Jawa Barat TA. 2010-2011

V – 10

Tabel 5.12 Proporsi Alokasi Anggaran Belanja Langsung

V – 15

Tabel 5.13 Proporsi I ndikatif Belanja Langsung Terhadap Belanja Daerah

TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2010

1.1 Latar Belakang

Perencanaan Pembangunan Daerah dibagi menjadi beberapa tahapan mulai dari Perencanaan Jangka Panjang, Jangka Menengah, dan Tahunan. Dokumen perencanaan jangka panjang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah, perencanaan jangka menengah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah dan perencanaan pembangunan tahunan dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Substansi RKPD mengacu kepada RPJM Daerah dan RPJP Daerah serta memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah maupun oleh berbagai pemangku kepentingan lainnya sebagai wujud dari pola perencanaan partisipatif. RKPD memuat kebijakan publik dan arah kebijakan pembangunan daerah selama setahun, yang diharapkan dapat menciptakan kepastian kebijakan sebagai komitmen pemerintah daerah yang harus dilaksanakan secara konsisten.

Tahun 2010 merupakan pelaksanaan tahun kedua dari periode kepemimpinan Kepala Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013, oleh karena itu dalam penyusunan RKPD Tahun 2010 merupakan penjabaran dari skema RPJM Daerah 2008-2013 atau sebagai tindak lanjut dari RKPD Tahun 2009. Penyusunan RKPD Tahun 2010 Provinsi Jawa Barat berpedoman pada Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013, memperhatikan hasil kinerja pembangunan yang

3. Mewujudkan lingkungan hidup yang asri dan lestari,

4. Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik,

5. Mewujudkan pemerataan pembangunan yang berkeadilan. Adapun Visi Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat dalam RPJM Daerah Provinsi Jawa

Barat Tahun 2008-2013, “ Tercapainya Masyarakat Jaw a Barat yang Mandiri, Dinamis

dan Sejahtera”, dengan Misi :

1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia Jawa Barat yang produktif dan berdaya saing,

2. Meningkatkan pembangunan Ekonomi Regional berbasis potensi lokal,

3. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah,

4. Meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan untuk pembangunan yang berkelanjutan,

5. Meningkatkan efektifitas pemerintahan daerah dan kualitas demokrasi.

1.1.2 Landasan Hukum

Peraturan perundang-undangan yang melatarbelakangi penyusunan RKPD Provinsi adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik I ndonesia tanggal 4 Juli Tahun 1950) jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 15) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4400);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4421);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik

I ndonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4438);

8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4700);

9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik

I ndonesia Nomor 4725);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2005 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik

15. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4741);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4815);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4816);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik

I ndonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4817);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4833);

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025

1.2 Tujuan, Sasaran dan Fungsi

1.2.1 Tujuan

Tujuan penyusunan RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 untuk mewujudkan sinergitas antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan antar wilayah, antar sektor pembangunan, dan antar tingkat pemerintahan serta mewujudkan efisiensi alokasi berbagai sumber daya dalam pembangunan daerah.

1.2.2 Sasaran

Sasaran RKPD adalah menjadi pedoman dalam penyusunan perencanaan pembangunan tahunan daerah Provinsi Jawa Barat, yang bersumber dana dari APBD maupun non APBD.

1.2.3 Fungsi

Fungsi RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 merupakan dasar hukum perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan (sesuai Prinsip Shewhart Cycle) bagi :

1. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Provinsi Jawa Barat dalam menyusun Rencana Kerja (Renja) OPD;

2. Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota dalam menyusun RKPD Kabupaten/ Kota;

3. Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010;

4. Memfasilitasi berbagai potensi sumber daya masyarakat/ swasta/ institusi non pemerintah dalam mendukung pelaksanaan pembangunan Jawa Barat Tahun 2010.

Proses penyusunan RKPD Provinsi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Evaluasi Kinerja Pelaksanaan Renja OPD

2. Evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan daerah tahun sebelumnya;

3. Penyusunan rancangan awal RKPD;

4. Penyusunan Rancangan awal Renja OPD oleh Kepala OPD dengan memperhatikan Rancangan Awal RKPD, tugas dan fungsi OPD serta capaian keberhasilan dan masalah dalam periode sebelumnya;

5. Forum OPD/ forum gabungan OPD;

6. Pra Musrenbang Provinsi;

7. Musrenbang Provinsi;

8. Pasca Musrenbang (penyusunan rancangan akhir RKPD, penyampaian rancangan akhir RKPD kepada Gubernur dan DPRD, Penetapan RKPD, Pendistribusian RKPD, Sosialisasi RKPD, Penyusunan rancangan akhir Renja OPD, dan Penyampaian RKPD kepada Gubernur dan DPRD).

1.4 Alur Pikir

Kerangka pemikiran dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 adalah sebagai berikut:

VISI RPJMD

2008-2013

1.5 Sistematika

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010, yang mengimplementasikan perencanaan pembangunan jangka menengah dan penganggaran tahunan, disusun dalam sistematika sebagai berikut :

BAB I . PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Menjelaskan pengertian ringkas tentang RKPD, visi dan misi jangka menengah

daerah, serta kaitannya dengan tujuan pembangunan yang ditetapkan dalam RPJP Daerah Jawa Barat 2005-2025, dasar hukum yang digunakan sebagai pedoman penyusunan RKPD, pedoman penyusunan RKPD, kedudukan RKPD tahun rencana dalam proses perencanaan pembangunan, dan proses penyusunan RKPD.

1.2. Tujuan, Sasaran dan Fungsi Menjelaskan tujuan, sasaran dan fungsi penyusunan RKPD 2010.

1.3. Pendekatan dan Proses Penyusunan RKPD Menjelaskan pendekatan dan proses penyusunan RKPD sejak penyusunan

rancangan awal RKPD, rancangan RKPD sampai dengan penetapan peraturan kepala daerah

1.4. Alur Pikir Menjelaskan kerangka pemikiran RKPD.

1.5. Sistematika

BAB I I I . PRI ORI TAS PEMBANGUNAN DAERAH

Menjelaskan prioritas pembangunan daerah, prioritas wilayah serta program prioritas pembangunan

3.1. Prioritas Pembangunan Daerah

3.2. Prioritas Wilayah

3.3. Program Pembangunan

3.3.1. Common Goals

3.3.2. Non Common Goals

BAB I V. RENCANA KERJA

Menjelaskan rincian program dan kegiatan pokok RKPD tahun 2010 dikaitkan dengan RPJM Daerah, dilengkapi dengan indikasi kegiatan dan pelaku, serta indikator pencapaian program dan kegiatan berdasarkan sumber pendanaannya.

4.1. Rencana Kerja Kegiatan Common Goals

4.2. Rencana Kerja Kegiatan Penunjang (Non Common Goals)

BAB V. KERANGKA ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH

Memuat matriks ringkasan dan uraian mengenai rekapitulasi anggaran untuk setiap OPD yang dipilah menurut sumber dana

5.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

5.1.1. Pendapatan Daerah

5.1.2. Belanja Daerah

2.1. Evaluasi Pencapaian Kinerja Pembangunan Daerah

Proses pelaksanaan pembangunan daerah, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi. Aspek evaluasi pembangunan merupakan aspek dasar perencanaan pembangunan untuk tahun berikutnya, sehingga untuk membuat kebijakan pelaksanaan pembangunan Tahun 2010 perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja pembangunan daerah pada tahun sebelumnya, khususnya evaluasi terhadap indikator makro pembangunan. I ndikator makro yang dievaluasi meliputi pembangunan sumber daya manusia, ekonomi, dan kesejahteraan sosial, serta indikator penunjang yang terkait dengan masalah politik, hukum, lingkungan hidup, infrastruktur, pelayanan publik, kelistrikan, persampahan dan sebagainya.

Hasil evaluasi dan identifikasi permasalahan serta tantangan yang dihadapi, baik internal maupun eksternal, menjadi dasar dalam menentukan isu-isu yang akan dihadapi pada Tahun 2010 yang selanjutnya dirumuskan menjadi kebijakan prioritas pembangunan.

2.1.1. Evaluasi I ndikator Makro Pembangunan Jaw a Barat

I ndeks Pembangunan Manusia ( I PM) Jawa Barat diarahkan untuk mencapai kategori maju pada skala yang telah ditetapkan UNDP sebesar 80 pada Tahun 2015. Adapun pencapaian I PM pada Tahun 2008 sebesar 71,16 (angka sangat sementara, hasil perhitungan BPS Provinsi Jawa Barat, Maret 2008), meningkat sebesar 0,45 poin dibandingkan angka Tahun 2007 sebesar 70,71. Bila dibandingkan dengan target I PM Jawa Barat Tahun 2015 yang sebesar

I ndeks kesehatan Jawa Barat mengalami peningkatan sebesar 0,37 poin pada kurun waktu Tahun 2007 – 2008, 71,00 pada Tahun 2007 dan 71,37 poin pada Tahun 2008. Dari sisi Angka Harapan Hidup (AHH), menunjukkan bahwa rata-rata usia penduduk Jawa Barat adalah 67,58 tahun meningkat dari Tahun 2006 yaitu 67,40 tahun.

I ndeks daya beli masyarakat Jawa Barat pada Tahun 2008 adalah sebesar 60,48. untuk mencapai target sebesar 68 pada Tahun 2015, dalam rangka mencapai I PM 80 pada Tahun 2015, maka indeks daya beli setiap tahunnya harus meningkat sebesar 1,07 poin, sementara data yang ada menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan setiap tahunnya sebesar 0,3 poin. Relatif lambatnya peningkatan kemampuan daya beli masyarakat Jawa Barat, dipengaruhi pula oleh faktor eksternal Jawa Barat, seperti kenaikan BBM dan inflasi pada kelompok bahan kebutuhan pokok.

Tabel 2.1

Gambaran I ndikator Makro Pembangunan Jaw a Barat Tahun 2006 s.d. 2008

Tahun

No

I ndikator

2006

2007

2008

1 I PM

70,31

70,71

71,16* )

2 I ndeks Pendidikan

81,64* ) Angka Melek Huruf (% )

79,93

80,21

96,10* ) Rata-rata Lama Sekolah (tahun)

94,90

95,32

7,50

7,50

7,91* )

3 I ndeks Kesehatan

71,37* ) Angka Harapan Hidup (tahun)

70,13

71,03

67,40

67,58

67,82* )

4 I ndeks Daya Beli

60,34

60,90

60,48* )

Purchasing Power Parity (Rp) 621.100,00 623.640,00 621.710,00* )

5 Laju Pertumbuhan Penduduk (% )

1,94

1,83

1,71

6 Penduduk Miskin (% )

13,39

13,16 13,01

7 PDRB adh konstan 2000 (Triliun Rp)

257,49

273,99 289,99* * )

8 I nflasi (% )

6,15

5,10 11,11

9 Laju Pertumbuhan Ekonomi (% )

6,02

6,41

5,84* * )

10 Jumlah I nvestasi (Trilyun Rp)

75,64

87,13

113,14* * )

11 Pengangguran* * * ) (Juta Jiwa)

2,54

2,39

2,26

merata, kemampuan antara penerimaan dan pengeluaran yang tidak seimbang, serta ketidaksamaan kesempatan berusaha yang dimiliki oleh penduduk Jawa Barat.

Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB) , Provinsi Jawa Barat memainkan peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Nilai PDRB Jawa Barat atas dasar harga berlaku pada Tahun 2008 yang merupakan hasil kompilasi triwulanan mencapai Rp.608,58 Triliun, sedangkan atas dasar harga konstan mencapai Rp. 289,99 Triliun. Kontribusi terbesar didominasi oleh sektor industri pengolahan sebesar 44,18 % , atau sebesar Rp. 268,90 Triliun dan perdagangan, hotel dan restoran sebesar 19,66 % atau sebesar Rp. 119,64 Triliun serta pertanian sebesar 11,77 % Rp. 71,66 Triliun.

Tabel 2.2

PDRB Provinsi Jaw a Barat Atas Dasar Harga Berlaku

Tiga Sektor Utama Tahun ( Rp. Trilyun)

Sektor

2005

2006*

2007* *

2008* * *

Pertanian 46,43 52,59 62,89 71,66

I ndustri Pengolahan

173,08

214,24

236,63

268,90

Perdagangan, hotel & restoran 74,28 90,02 100,69 119,64

Sumber : BPS ***

Angka Sangat Sementara, Penjumlahan Angka Publikasi Triwulanan Tahun 2008 **

Angka Sementara, Publikasi BPS Jawa Barat Tahun 2008 *

Angka Perbaikan, Koreksi BPS Jawa Barat Tahun 2008

Laju Pertumbuhan Ekonomi, Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 dari besaran PDRB hasil kompilasi triwulanan tumbuh sebesar 5,84 % , mengalami sedikit penurunan sebesar 0,57 point dibandingkan dengan Tahun 2007 dengan pertumbuhan sebesar 6,41 % , melebihi target yang ditetapkan sebesar 5,8% – 6,0 % . Namun demikian laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada Tahun 2008 masih di bawah rata-rata laju pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,1% . Penurunan pertumbuhan ekonomi tersebut diakibatkan oleh kurang stabilnya ekonomi nasional dan dunia (krisis ekonomi di AS). Di sisi permintaan, faktor penurunan pertumbuhan terutama

dampak dari kebijakan kenaikan harga BBM pada bulan Mei yang mencapai rata-rata 28,7 % . Respon harga pasar yang begitu signifikan sangat tergambar dari besaran inflasi yang meningkat drastis hingga lebih dari dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Bila dilihat dari lokasinya, inflasi tertinggi di Jawa Barat terjadi di kota-kota yaitu Bogor, Cirebon, Tasikmalaya, Depok, Sukabumi, Bandung dan Bekasi (Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat Tahun 2009).

Bila dilihat dari perbandingan dengan kondisi Tahun 2007, dimana kondisi ekonomi domestik stabil walapun mendapat tekanan yang sangat berat terutama akibat naiknya harga BBM internasional, harga-harga cukup stabil yang tergambar dari inflasi sebesar 5,1% . Walaupun demikian, khusus untuk komoditas bahan makanan dan sandang masih menunjukkan pergerakan inflasi yang signifikan yaitu masing-masing 11,63% dan 8,07% . Dari angka ini terlihat bahwa pengaruh kebijakan nasional sangat berpengaruh terhadap pergerakan inflasi, tetapi kebijakan yang menjadi domainnya pemerintah daerah masih diperlukan untuk menjaga stabilitas harga. I ntervensi pemerintah daerah terhadap terselenggaranya penyediaan kebutuhan pokok serta lancarnya arus distribusi bahan sandang dan pangan menjadi sangat krusial.

Jumlah I nvestasi Jawa Barat berdasarkan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) selama periode Tahun 2006 – 2008 terus mengalami pertumbuhan. Pada Tahun 2006 mencapai angka Rp 75,64 triliun, sementara pada Tahun 2008 mencapai Rp 113,14 triliun (angka sangat sementara). Gambaran ini menunjukkan tingkat kepercayaan yang cukup tinggi dari masyarakat untuk menanamkan modalnya di Jawa Barat, dan memiliki peran yang cukup besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Jumlah pengangguran, pada Tahun 2007 sebanyak 2.386.214 orang (data sakernas),

Cukup tingginya APK dan APM pada jenjang pendidikan dasar selaras dengan upaya penuntasan Wajib Belajar Pendidikan 9 tahun di Jawa Barat. Adapun masih rendahnya angka partisipasi pada jenjang pendidikan menengah, disebabkan oleh rendahnya kemampuan daya beli masyarakat, terbatasnya kapasitas daya tamping SMA/ SMK/ MA, kendala budaya dan pola fikir masyarakat, serta kendala geografis untuk daerah-daerah terpencil.

Dari sisi alokasi anggaran pendidikan, pada Tahun 2008 telah dialokasikan anggaran pendidikan sebesar 16,61% dari Total APBD Provinsi Jawa Barat tahun 2008. Salah satu prioritas pengalokasian anggaran pendidikan Tahun 2008 adalah Penuntasan Realisasi MoU Role Sharing Pendanaan Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar dari APBD Provinsi. Sedangkan pada tahun 2009, telah dialokasikan anggaran pendidikan sebesar 20% dari volume Belanja Daerah pada APBD Provinsi Tahun 2009. Anggaran tersebut diprioritaskan untuk ; upaya mewujudkan Jawa Barat bebas biaya pendidikan melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Provinsi untuk satuan Pendidikan dasar dan Menengah, penyediaan buku teks pelajaran yang di- ujian nasional-kan, dan bantuan baju seragam sekolah bagi siswa yang tidak mampu; upaya Jawa Barat bebas buta aksara melalui kegiatan keaksaraan fungsional untuk menangani 326.900 orang sasaran buta aksara; dan upaya Jawa Barat Bebas Putus Jenjang Sekolah melalui kegiatan paket B dan paket C untuk peningkatan angka RLS.

Aspek kesehatan sampai saat ini terus dilakukan melalui berbagai program dan kegiatan serta bersumber dana baik APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/ Kota, BLN/ PHLN maupun dana masyarakat. Namun demikian berdasarkan indikator keberhasilan yang ada, belum seutuhnya menggambarkan kondisi yang diharapkan. Hal ini ditunjukan oleh beberapa hal yaitu angka kematian bayi (AKB) di Jawa Barat pada Tahun 2007 masih cukup tinggi yaitu sebesar 39/ 1000 kelahiran hidup, masih tingginya kasus penderita gizi buruk balita Tahun 2008 mencapai 33.697 (1,01% ) dan gizi kurang sebanyak 33.8429 (9,83% ) dari jumlah balita yang

Pada aspek kesejahteraan sosial, jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS) Tahun 2007 mencapai 3.218.872 PMKS dan pada Tahun 2008 diprediksi akan meningkat 7,2% . Kondisi ini tidak sejalan dengan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) yang cenderung jalan ditempat untuk Tahun 2008 baru tercacat 12.592 PSM, 5.789 Karang Taruna, 1611 lembaga sosial.

Pembangunan kebudayaan pada Tahun 2008 dilaksanakan untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah serta mempertahankan jati diri dan nilai-nilai budaya daerah. Upaya-upaya yang telah dilaksanakan yaitu pengembangan Desa Budaya di beberapa daerah yang berpotensi untuk dikembangkan, penataan situs dan pemeliharaan benda cagar budaya. Pada aspek pengembangan seni dan budaya, adanya apresiasi terhadap nilai budaya dan bahasa daerah Sunda, Cirebon, Dermayu dan Melayu Betawi sebagai bahasa ibu masya- rakat Jawa Barat.

Pada aspek agama, ditunjukkan oleh meningkatnya kualitas kehidupan beragama, kesadaran masyarakat untuk melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat, serta kesadaran dan toleransi antar umat beragama. Terciptanya hubungan yang harmonis dan kondusif baik antara sesama pemeluk agama maupun antar umat beragama.

Bidang Ekonomi

Perkembangan perbankan, sampai dengan Tahun 2008 menunjukkan perkembangan yang positif. Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp. 105,57 triliun meningkat sebesar 13% dari Tahun 2007 sebesar RP. 93,76 triliun. Penyaluran kredit pembiayaan menunjukkan peningkatan sebesar 21% yaitu dari Rp. 57,77 triliun menjadi Rp. 69,74 triliun. Kondisi tersebut menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Jawa Barat mengalami peningkatan dari 61,6% menjadi 66,7% . Sementara itu, kualitas kredit membaik yang diindikasikan oleh

untuk sub sektor Tanaman Perkebunan Rakyat, 99,04 untuk sub sektor Peternakan dan 106,19 untuk sub sektor Perikanan. Untuk Nilai Tukar Petani (NTP) Gabungan Provinsi Jawa Barat bulan September 2008 tercatat 96,85 atau turun 0,11 persen dari NTP bulan Agustus 2008 yang tercatat 96,95. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan I ndeks yang diterima Petani (I T) lebih rendah daripada I ndeks yang dibayar Petani (I B) yaitu masing masing sebesar 113,76 persen dan 117,47 persen (Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat 2007).

I ndeks Harga yang dibayar petani ( I B) , pada bulan September 2008 secara provinsial I ndeks Harga yang dibayar petani naik 1,49 persen dibandingkan I ndeks bulan Agustus 2008 yaitu dari 115,74 menjadi 117,47. Kenaikan I B terjadi pada keseluruhan sub sektor, yaitu Tanaman Pangan, Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat, Peternakan dan Perikanan, masing masing naik sebesar 1,47 persen, 1,48 persen, 1,48 persen, 1,91 persen dan 1,33 persen. Bila dibandingkan dengan NTP Jawa Barat Januari 2007, kondisi kesejahteraan petani di Jawa Barat meningkat dari segi harga, karena harga komoditas hasil pertanian ini dapat mengimbangi kenaikan harga kebutuhan produksi (Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barar 2008).

Pelayanan di Bidang Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( KUMKM) , pada Tahun 2007 telah dimulai pembangunan Sentral Bisnis KUKM (Senbik) yang dikelola oleh Dekopinwil Jawa Barat dan difungsikan sebagai pusat informasi, pemasaran, kerjasama serta inkubator bisnis.

Bidang I PTEK Sampai Tahun 2008 pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan

teknologi, publikasi dan kajian ilmiah yang dihasilkan oleh lembaga penelitian baik milik pemerintah, perguruan tinggi maupun swasta tersebut belum dapat dimanfatkan dengan

Bidang I nfrastruktur Wilayah

I nfrastruktur wilayah terdiri dari beberapa aspek yaitu infrastruktur transportasi, sumber daya air dan irigasi, listrik dan energi, serta sarana dan prasarana permukiman.

I nfrastruktur

transportasi terdiri dari jalan dan perhubungan. Salah satu indikator keberhasilan penanganan infrastruktur jalan adalah tingkat kemantapan jalan khususnya pada jalan provinsi. Sampai dengan tahun 2008, tingkat kemantapan jalan provinsi sepanjang 2.199,18 km telah mencapai 80,84% (kondisi baik dan sedang). Dengan tingkat kemantapan tersebut, 48,82% dari panjang jaringan jalan provinsi masih berada pada kondisi sedang dan 19,16% berada pada kondisi rusak ringan dan rusak berat, yang disebabkan antara lain oleh beban lalu lintas yang sering melebihi standar muatan sumbu terberat (MST), tingginya frekuensi bencana alam, serta belum optimalnya penanganan jalan provinsi. Selain itu, jalan lintas selatan Jawa Barat telah dapat tersambung meskipun masih terdapat 2 jembatan yaitu Jembatan Cisadea dan Ciselang di Kabupaten Cianjur yang masih harus ditingkatkan kondisinya.

I nfrastruktur perhubungan terdiri dari perhubungan darat, laut, udara. Pada infrastruktur perhubungan darat, pelayanan angkutan massal seperti bis dan kereta api dirasakan belum optimal. Demikian pula halnya dengan ketersediaan perlengkapan jalan dan fasilitas lalu lintas seperti rambu, marka, pagar pengaman jalan, terminal, dan jembatan timbang, serta kondisi dan penataan sistem hirarki terminal sebagai tempat pertukaran moda juga belum optimal, sehingga menyebabkan kurangnya kelancaran, ketertiban, keamanan serta pengawasan pergerakan lalu lintas.

Pada infrastruktur perhubungan udara, telah dilakukan persiapan pembangunan Bandara

I nternasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka dan pengembangan beberapa bandara lainnya seperti Bandara Husein Sastranegara dan Bandara Nusawiru di Kabupaten

Tabel 2.3. Kinerja Pengelolaan Jaringan I rigasi Kew enangan Pemerintah Provinsi Jaw a Barat

Tahun

Uraian

2003

2004

2005

2006

2007 2008

Jumlah daerah irigasi (DI ) Prov (buah)

74 74 74 84 84 86

187 190 192 Jaringan irigasi yang rusak (% )

I ntensitas tanam (% )

182

184

185

74 65 51 49 46 58,69

I nfrastruktur listrik dan energi, sampai tahun 2008, terjadi peningkatan rasio elektrifikasi rumah tangga sebesar 64% dibandingkan pada Tahun 2007 yang sebesar 60,64% , yang artinya dari 11.011.044 rumah tangga baru sekitar 6.826.847 rumah tangga yang telah mendapatkan aliran listrik yang bersumber dari PLN dan non PLN. Sedangkan untuk listrik perdesaan, cakupan desa yang sudah mendapatkan tenaga listrik pada pertengahan Tahun 2008 hampir mencapai 100% , dimana hanya tinggal 4 desa di Kabupaten Cianjur dan 4 desa di Kabupaten Garut yang belum memiliki infrastruktur listrik. Peningkatan rasio elektrifikasi perdesaan masih terus diupayakan untuk mewujudkan Jabar Caang pada tahun 2010.

Sarana dan prasarana permukiman, sampai Tahun 2008 cakupan pelayanan air minum masih rendah yang disebabkan oleh; (a) masih tingginya angka kebocoran air, (b) terbatasnya sumber air baku di wilayah perkotaan, (c) tarif/ retribusi air yang belum berorientasi pada cost recovery, (d) rendahnya partisipasi masyarakat dan swasta dalam pembangunan sarana dan prasarana air minum, dan (e) terbatasnya sumber dana yang dimiliki oleh pemerintah.

Aspek persampahan, secara umum tingkat pelayanan persampahan di Jawa Barat masih rendah, cakupan pelayanan persampahan hingga akhir Tahun 2008 sebesar 53% dan sekitar 90% pengolahan sampah di TPA masih dilakukan secara open dumping, dengan kondisi sarana angkutan masih belum memadai. TPA Leuwigajah belum dapat berfungsi karena masih

air limbah domestik perkotaan yaitu Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Bogor, dan Cirebon. Pada saat ini sudah disepakati MoU Pengelolaan Sampah oleh Kabupaten/ Kota di wilayah Metropolitan Bandung dan Bodebek.

Untuk aspek perumahan, backlog rumah pada Tahun 2007 sebesar 980.000 unit dan diperkirakan akan mencapai 1,164 juta unit pada tahun 2013. Selain itu, terdapat pula 1.035 kawasan kumuh dengan luas sekitar 25.875 ha yang umumnya terdapat di wilayah perkotaan dan permukiman nelayan. Tingginya backlog rumah dan kawasan kumuh di perkotaan disebabkan oleh terbatasnya sumber pembiayaan yang berpihak pada masyarakat berpenghasilan rendah dan belum seimbangnya pembangunan di perkotaan dan perdesaan sehingga sulit untuk mengendalikan migrasi penduduk khususnya ke kota-kota besar.

Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Desa

Fokus pembangunan bidang pemerintahan dan pembangunan desa adalah terselenggaranya bantuan yang diarahkan ke desa yang meliputi Bidang Pertanian Tanaman Pangan, Bidang Perindustrian dan Perdagangan, Bidang Sosial, Bidang Kesehatan, Bidang Perikanan, dan Bidang Lingkungan Hidup; pemantapan penyelenggaraan Pemerintahan Desa; dan Pemantapan Program Raksa Desa.

Kinerja pelaksanaan Aspek Politik tahun 2008 yang difokuskan pada Pemilihan Gubernur 2008 dan Kepala Daerah Kabupaten dan Kota berlangsung dengan baik, aman dan terkendali. Jumlah pemilih pada Pemilu Gubernur 2008 sebesar 67,31% , dan rata-rata tingkat partisipasi pada Pemilu Kepala Daerah di Kabupaten dan kota sebanyak 70% , dan roda pemerintahan daerah selama Tahun 2008 tetap berjalan kondusif.

Capaian kinerja pembangunan aspek Politik lainnya ditunjukkan melalui peningkatan penyampaian aspirasi masyarakat terhadap DPRD, yang pada tahun 2007 sebesar 104 aspirasi

Pemberantasan Perdagangan Orang dan Perda Nomor 10 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Penyandang Cacat dan kesepakatan bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan 17 instansi lainnya untuk mendukung penyusunan Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RADPK).

Pembangunan Aspek Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat

pengejawantahannya melalui upaya perlindungan masyarakat (linmas) dan penanganan tindak pidana kriminal. Pada Tahun 2008 telah tersedia anggota perlindungan masyarakat (Linmas) sebanyak 1.458.352 orang, sedangkan tindak pidana kriminal yang menonjol pada Tahun 2008 terdiri atas jenis pencurian kendaraan bermotor, pencurian, penipuan, narkotika, penganiayaan serta pemerasan.

Pada Aspek Aparatur tahun 2008 telah terjadi perubahan struktur organisasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD, Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas daerah, Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja I nspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja, Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Daerah Provinsi Jawa Barat, dan Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2008 tentang Lembaga Lain Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan Peraturan Daerah tersebut jumlah Organisasi Perangkat daerah (OPD) terdiri dari 1 Sekretariat Daerah dengan 12 Biro dan Sekretariat DPRD, 20 Dinas,

14 Badan, 1 I nspektorat, 3 Rumah Sakit, 1 Kantor dan 3 Lembaga lain, serta 102 UPTD/ UPPD.

Pada Tahun 2008 jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat mencapai 14.431 orang, dengan kualifikasi kompetensi pada struktur pendidikan

Kuningan, Cirebon, Sumedang, Kota Banjar, Ciamis, Kota Tasikmalaya, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Subang.

Pemberdayaan potensi daerah telah dilakukan kerjasama antar daerah sebanyak 43 buah, kerjasama dengan pihak ketiga sebanyak 35 buah dan kerjasama dengan pihak luar negeri sebanyak 24 buah, yang dilaksanakan untuk mendukung pengembangan 6 (enam) core bussinesses (bidang pertanian, kelautan, kepariwisataan, manufaktur, infrastruktur dan pengembangan sumber daya manusia), serta penyeimbangan pembangunan antar kawasan, antara lain di kawasan utara dan selatan Jawa Barat.

Bidang Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup

Kinerja Penataan Ruang sejak ditetapkannya Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 telah memperlihatkan hasil yang positif diberbagai segi kehidupan masyarakat. Namun demikian, kegiatan penataan ruang Jawa Barat tersebut masih dihadapkan pada berbagai ketidaksesuaian baik dalam aspek struktur maupun pola ruang. Disamping itu, berbagai perubahan yang berlangsung di tingkat global maupun nasional, sangat mempengaruhi perjalanan penataan ruang Jawa Barat kedepan, sehingga perlu direspon dalam sebuah Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang mampu menjamin keberlangsungan pelaksanaannya di masa mendatang. Untuk itu pada Tahun 2008 telah disusun RTRW Provinsi Jawa Barat 2005-2025 sebagai respon terhadap berbagai perubahan yang terjadi.

Kondisi Lahan Kritis, luas lahan kritis di luar kawasan lindung Tahun 2008 masih menunjukkan proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan luas lahan kritis di dalam kawasan lindung. Rehabilitasi lahan kritis dilakukan melalui GRLK (gerakan rehabilitasi lahan kritis) pada

Pencemaran udara di perkotaan, seperti di Bandung, Bogor, Bekasi, dan Cirebon menunjukkan kualitas udara melebihi ambang batas, yang diakibatkan oleh polutan debu/ partikulat dan karbonmonoksida. Pencemaran air sungai khususnya di Kota Bandung terkontaminasi dengan limbah cair. yang berasal dari industri domestik, sampah, pembuangan produk sedot tinja.

2.3. Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah

2.3.1. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah

Sebagai sebuah perekonomian daerah, tantangan dan prospek perekonomian Jawa Barat tahun 2010 tidak dapat lepas dari kondisi internal dan eksternal baik level nasional maupun internasional. Dalam konteks sistem perekonomian terbuka dimana I ndonesia termasuk negara yang menganut dan aktif dalam globalisasi, kinerja makroekonomi nasional dan daerah cukup rentan dengan gejolak eksternal. Namun signifikan tidaknya efek dari gejolak eksternal tersebut terhadap perekonomian Jawa Barat tergantung pada karakteristik ekonomi Jawa Barat dan kekuatan internal.

Tantangan utama perekonomian Jawa Barat pada tahun 2010 secara internal adalah pencapaian pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, yakni ekonomi tumbuh yang disertai dengan pemerataan dan penurunan tingkat kemiskinan secara signifikan sehingga paradoksal pembangunan ekonomi dapat ditekan. Tantangan utama tersebut melahirkan tantangan turunan yang terkait dengan pencapaian efisiensi dan produktivitas ekonomi sektoral sesuai kapasitasnya, mendorong pembangunan wilayah perdesaan dan meningkatkan keterkaitan ekonomi desa-kota, meningkatkan akses pelaku usaha mikro dan kecil terhadap sumberdaya ekonomi produktif.

Tantangan lain adalah optimalisasi dalam mendayagunakan angkatan kerja lokal

restrukturisasi perbankan berjalan efektif. Banyak pihak optimis dengan keberhasilan program stimulus fiskal tersebut sehingga yakin ekonomi dunia akan meningkat lagi pada awal tahun 2010 dan tumbuh sekalipun belum dalam jalur tren pertumbuhan normal.

Membaiknya ekonomi dunia tentu saja akan memberikan dampak positif bagi ekonomi nasional dan daerah Jawa Barat. Selain itu keunggulan daerah yang membentuk kapasitas ekonomi untuk tumbuh cukup positif akan turut memperkuat pencapaian pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dibandingkan dengan tahun 2009.

Berdasarkan perkiraan I MF dalam World Economic Outlook (WEO) 2009, pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2010 mencapai 3% , meningkat signifikan dibandingkan dengan proyeksi untuk tahun 2009 yang hanya mencapai 0.5% . Amerika Serikat (AS) pada tahun 2010 diperkirakan akan tumbuh sebesar 1,6% , Uni Eropa (UE) 0,2% , dan Jepang 0,6% . Membaiknya kinerja pertumbuhan ekonomi dunia ini akan mendorong peningkatan permintaan untuk konsumsi pangan maupun non-pangan sehingga peluang ekspor dari I ndonesia termasuk Jawa Barat akan mulai pulih kembali.

Bank I ndonesia dalam buku Outlook Ekonomi I ndonesia 2009-2014 memperkirakan kondisi perekonomian nasional akan membaik pada tahun 2010, berdasarkann asumsi membaiknya kinerja ekspor, peningkatan konsumsi masyarakat (efek perbaikan kinerja ekspor dan peningkatan penyerapan tenaga kerja), meningkatnya investasi sebagai akibat meningkatnya aliran FDI (membaiknya iklim investasi domestik dan global), dukungan pengeluaran pemerintah, nilai tukar cenderung stabil, tekanan inflasi menurun. Potensi tekanan inflasi tahun ini diperkirakan akan berkurang sejalan dengan tren penurunan harga komoditas dunia. Tekanan dari sisi harga minyak diperkirakan akan mulai muncul pada 2010 seiring dengan perkiraan membaiknya perekonomian dunia, sehingga besarnya inflasi pada tahun 2010

untuk terus ditingkatkan. Pertumbuhan sektor PHR pun akan memperkuat pencapaian kondisi ekonomi yang lebih baik untuk tahun 2010. Pada Tahun 2008 Pemerintah Provinsi telah mencanangkan program “ West Java Tourism Board 2008”, sehingga diperkirakan kunjungan wisatawan asing dan domestik akan meningkat.

Keunggulan lain adalah keunggulan lokasi yang menarik sebagai daerah tujuan investasi. PMA di Jawa Barat berpotensi meningkat sebagai dampak membaiknya PMA global pada akhir Tahun 2009 yang didorong oleh berakhirnya resesi di semester I I -2009, sehingga kawasan industri terutama di wilayah Bogor, Bekasi, Karawang, Bandung, Cimahi akan kembali menerima aliran PMA tersebut. I mplementasi program Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/ kota diperkirakan akan semakin mendukung peningkatan penanaman modal di Jawa Barat.

Prospek di atas diperkuat dengan optimisme munculnya kepemimpinan baru di tingkat nasional yang lebih visioner yang mampu membentuk persepsi serta ekspektasi pasar yang positif.

2.3.2. Arah Kebijakan Perekonomian Daerah

Berdasarkan tantangan dan prospek perekonomian daerah, proyeksi indikator pembangunan Jawa Barat tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.4 di bawah ini.

Tabel 2.4.

Proyeksi I ndikator Pembangunan Jaw a Barat Tahun 2010

Rencana Tahun 2010 No

Rencana Tahun 2009

I ndikator

*)

**)

1. a. Jumlah Penduduk

43,24 juta jiwa

44,09 juta jiwa

b. Laju Pertumbuhan Penduduk

1,99%

1,99%

2. Laju Pertumbuhan Ekonomi

5,5% – 6,5%

4,6% - 5,06%

3. I nflasi

6,5% - 7,5%

6% - 7%

investasi (PMTB atas dasar harga berlaku) diproyeksikan pada kisaran Rp.116, 65 triliun – Rp. 122,79 triliun.

Berdasarkan tantangan dan prospek perekonomian daerah, maka arah kebijakan perekonomian daerah pada Tahun 2010 dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Orientasi pembangunan sektoral pada peningkatan produktivitas sektor pertanian dan perluasan produk agroindustri, penguatan kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB, pengembangan ekowisata, agrowisata, wisata budaya, peningkatan pemanfaatan energi potensial panas bumi dan air.

2. Dimensi kewilayahan diarahkan membangun perdesaan dalam rangka meningkatkan keterkaitan ekonomi desa dengan kota melalui implementasi model-model pembangunan perdesaan yang relevan dengan karakteristiknya.

3. Mendorong pengembagan permodalan dan kelembagaan serta memfasilitasi kemitraan antara pengusaha besar-menengah dengan pelaku usaha mikro dan kecil.

4. Meningkatkan efektivitas pelayanan perijinan terpadu satu pintu.

5. Memantapkan infrastruktur wilayah.

6. Mengembangkan sentra dan memperkuat rantai nilai komoditas unggulan yang berdaya saing tinggi.

2.4. I su Strategis

Berdasarkan evaluasi kinerja pembangunan daerah yang telah dilakukan dan identifikasi masalah yang ada, ditetapkan isu-isu strategis pembangunan daerah Tahun 2010 sebagai

masyarakat khususnya kalangan petani akibat dari masih rendahnya nilai tukar produk pertanian dan fluktuasi harga produk pertanian.

B. Kinerja Pemerintah Daerah dan Desa

Pembangunan bidang pemerintahan dari tahun ke tahun terus mengalami kemajuan dan peningkatan yang ditunjukkan oleh beberapa capaian kinerja pembangunan bidang aparatur, politik, hukum, serta ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Kinerja pemerintahan adalah perwujudan good governance dengan ciri transparancy (keterbukaan), fairness (kewajaran), responsibility (tanggung jawab yang jelas), dan efficiency (peningkatan efisiensi) di segala bidang. Saat ini upaya perwujudan good governance dilakukan melalui reformasi birokrasi antara lain dengan penataan organisasi, perbaikan pelayanan publik, dan perbaikan manajemen sumberdaya manusia aparatur.

Belum optimalnya implementasi Good Governance antara lain; keterbukaan, kewajaran, tanggungjawab yang jelas, dan efisiensi di segala bidang serta sinergitas pembangunan antar pemerintah, provinsi dan kab kota, dan desa. Dalam pelaksanaan pembangunan implementasi pendekatan top down dan buttom up dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, masih belum menunjukkan sinergitas. Pada aspek kualitas dan kuantitas SDM dan Sarana- prasarana Aparatur masih perlu ditingkatkan.

Masih lemahnya peran desa sebagai subjek pembangunan sampai tahun 2008, peran desa sebagai subjek pembangunan merupakan komitmen pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam pertumbuhan ekonomi daerah perlu dioptimalkan. Pelu optimalisasi Fokus desa membangun sebagai subyek pembangunan yaitu terselenggaranya tugas pembantuan dari Pusat dan Provinsi ke Desa yang operasionalnya untuk penguatan kelembagaan pemerintah desa dan masyarakat di desa.

infrastruktur penyedia air baku dan pengendali banjir, dan (g) sistem pengelolaan, kualitas, kuantitas dan kontinuitas ketersediaan air baku untuk menunjang kegiatan rumah tangga, pertanian dan industri.

D. I ntensitas Bencana Alam, Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Kekeringan, banjir, tanah longsor, pencemaran dan kerusakan lingkungan, merupakan kejadian yang rutin terjadi di Jawa Barat. Sedangkan gempa bumi, letusan gunung api, dan angin ribut merupakan bencana alam yang dapat terjadi insidentil. Berdasarkan kondisi tersebut maka pengendalian bencana alam yang bersifat rutin harus diantisipasi secara sinergis dan tuntas.

Permasalahan dalam penanggulangan bencana alam, pencemaran dan kerusakan Lingkungan sampai dengan Tahun 2008 adalah;

1. Penanganan bencana alam, pencemaran dan kerusakan lingkungan cenderung dilakukan secara kuratif.

2. I mplementasi rencana tata ruang wilayah belum konsisten

3. Pengawasan, penegakan hukum dalam bidang pencemaran dan kerusakan lingkungan belum optimal.

4. Belum berkembangnya budaya masyarakat dan pelaku usaha dalam pelestarian lingkungan.

5. Belum adanya penanganan bencana alam dan pencemaran secara tuntas dan komprehensif.

E. Aksesibilitas dan Pelayanan Pendidikan

Untuk aspek tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik, difokuskan pada upaya implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Pendidikan Berbasis Masyarakat (PBM),standarisasi pelayanan pendidikan, serta pengelolaan data dan informasi pendidikan. Penerapan MBS dan PBM merupakan media untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan dan pengawasan proses pendidikan. Adapun standarisasi pelayanan pendidikan merupakan syarat bagi terlaksananya peningkatan kualitas layanan pendidikan. Sedangkan penyediaan data dan informasi pendidikan yang akuntabel dan bersifat kekinian, menjadi kebutuhan dasar bagi proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan pendidikan.

F. Ketersediaan dan Diversifikasi Energi

Kebutuhan energi yang meningkat seiring pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan peningkatan penyediaan yang pada akhirnya dihadapkan pada masalah kerentanan energi yang berpotensi terhadap terjadinya krisis energi. Hal ini merupakan ancaman serius yang dapat mengganggu proses pembangunan di Jawa Barat. Meningkatnya konsumsi energi khususnya bahan bakar minyak, kenaikan harga dan kelangkaan BBM secara langsung memberikan implikasi terhadap pasokan listrik Jawa Barat dan penggunaan energi secara langsung. Tahun 2010 diperkirakan krisis energi masih menjadi permasalahan utama. Secara umum kebutuhan energi I ndonesia masih sangat tergantung dari energi fuel terutama BBM, sedangkan persediaan energi fosil sudah semakin berkurang.

Konservasi energi perlu terus dilakukan guna menghemat pemanfaatan energi secara keseluruhan. Di sisi lain upaya divertifikasi energi perlu terus ditingkatkan melalui pemanfaatan energi alternatif seperti biomassa untuk kebutuhan rumah tangga masyarakat perdesaan. Pengembangan energi PLTMH, surya dan angin untuk mendorong kemajuan masyarakat desa

Kondisi tersebut mengimplikasikan adanya tingkat permintaan pangan dan diperlukannya ketertersediaan pangan yang besar dan harus terus ditingkatkan. Dengan demikian pembangunan ketahanan pangan pada periode berikut khususnya dari sisi aspek ketersediaan dituntut untuk mampu meningkatkan kapasitas produksi dari waktu ke waktu, sementara di lain pihak ketersediaan lahan baik secara kuantitas maupun kualitas semakin terbatas.

Jawa Barat tidak hanya merupakan wilayah provinsi dengan jumlah penduduk terbesar tetapi juga tingkat pertumbuhan penduduknya lebih besar daripada rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk nasional yang hanya 1,27 persen per tahun, sedangkan Jawa Barat dalam lima tahun terakhir ini pertumbuhan penduduknya lebih dari 2 persen per tahun. Peningkatan permintaan tidak hanya dodorong oleh adanya pertumbuhan penduduk, tetapi juga peningkatan pendapatan perkapita, serta oleh adanya kesadaran akan kesehatan serta pergeseran pola makan

Secara detail, permasalahan strategis yang dihadapi pembangunan ketahanan pangan dari sisi ketersediaan di Jawa Barat untuk periode 2009-2013 adalah: :

1. Tidak seimbangnya laju peningkatan produksi dan kebutuhan konsumsi, akibat dari tingginya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, tingginya jumlah penduduk, dan menurunnya daya dukung lingkungan

2. Rendahnya sebagian besar ketersediaan bahan pangan pokok diluar padi

3. Rendahnya daya beli masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan bahan pangan pokok

4. Masih lemahnya kemandirian produksi bahan pangan

5. Tingginya ketergantungan pangan pokok terhadap beras

6. Tingginya wilayah rawan pangan (25,3% di Jawa Barat)

prasarana pendukung yang cukup memadai (bandara, pelabuhan, angkutan massal, dsb.), potensi sumber daya alam yang tinggi, serta sumber daya manusia yang potensial.

Berdasarkan hal diatas, optimalisasi pemanfaatan ruang untuk investasi menjadi isu strategis di Jawa Barat. Optimalisasi dilakukan dengan mengembangkan Kawasan Andalan, Koridor, Kawasan Perbatasan antar Propinsi, Kawasan Strategis Provinsi. Kawasan andalan merupakan kawasan yang sampai saat ini masih belum bisa memberikan kontribusi yang besar dari sisi ekonomi, demikian halnya dengan Kawasan Koridor seperti Koridor Bandung-Cirebon dan Bandung-Jakarta. Untuk Kawasan Perbatasan antar provinsi seperti di Jabar-Jateng kondisi saat ini belum ada kerjasama yang memadai untuk mengembangkan ekonomi wilayah padahal potensi perekonomian di kawasan tersebut sangatlah memadai seperti adanya komoditi unggul, sarana dan prasarana pendukung, dsb. Kawasan strategis provinsi ditetapkan salah satunya oleh alasan ekonomi, seperti Kawasan Ekonomi Khusus I ndonesia di Bekasi-Cikampek.

Pada Tahun 2008 diidentifikasikan permasalahan-permasalahan umum sehubungan dengan Optimalisasi Pemanfaatan Ruang Untuk I nvestasi sebagai berikut :

1. Belum optimalnya pengembangan objek strategis yang memiliki peluang investasi, seperti: pembangunan bandara, pelabuhan laut, pengairan, angkutan massal, serta pengembangan energi panas bumi, pariwisata, agribisnis, bisnis kelautan, dan industri.

2. Masih adanya konflik pemanfaatan ruang terkait dengan kebutuhan ruang untuk investasi terhadap penetapan 45% kawasan lindung.

I. I ntensitas dan Penyebaran Penyakit

I ntensitas dan penyebaran penyakit di Jawa Barat, masih merupakan isu srategis ditandai dengan masih tingginya berbagai kasus penyakit, yang dipengaruhi oleh kondisi alam yang sulit diprediksi, perilaku masyarakat yang belum menunjukan kesadaran dalam berperilaku

2. Keterbatasan sarana-prasarana penunjang prilaku hidup bersih dan sehat, seperti: MCK, lapang olah raga, tempat sampah, dan drainage

K.

I nvestasi Daerah dan Pembiayaan

Berdasarkan data BKPPMD Provinsi Jawa Barat, realisasi investasi izin usaha tetap PMA dan PMDN pada Tahun 2008 sebesar Rp. 29,60 trilyun atau tumbuh sekitar 25,69% dari tahun 2007. Realisasi investasi PMA di Jawa Barat pada tahun 2008 menduduki peringkat kedua secara nasional, sedangkan untuk realisasi investasi PMDN menduduki peringkat pertama. Sektor tersier merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap realisasi investasi PMA dan PMDN di Jawa Barat yaitu sebesar 82,60% .