Irregular lower turnovergoods
Tipe ini terdiri dari toko-toko yang menjual barang dagangan dengan frekuensi penjualan lebih rendah dan perputarannya agak lama seperti
toko perhiasan emas. Zona 2 ditempati oleh kegiatan dengan fungsi industri yang juga
membutuhkan lokasi sentral, tetapi karena kalah bersaing dengan kegiatan retail, maka lokasinya sedikit bergeser keluar. Zona ini dipergunakan untuk kegiatan
pergudangan dan perkantoran yang tidak membutuhkan derajad aksesibilitas yang terlalu tinggi. Derajad aksesibilitas yang tidak terlalu tinggi tersebut dapat
dipergunakan sebagai lokasi yang cukup optimal untuk kegiatan perkantoran, jasa keuangan dan jasa lainnya yang membutuhkan face to face contact dalam
melaksanakan kegiatannya dan juga untuk menjaga prestise. Zona 3 dipergunakan untuk kepentingan permukiman yang menempati daerah
perkotaan pada areal paling luar dan paling luas. Pada daerah ini terjadi gejala pertukaran dalam artian ekonomi, yaitu antara land cost dengan density dan antara
transportation cost dengan density. Untuk zona yang lokasinya lebih dekat dengan pusat kota akan memiliki nilai lahan dan kepadatan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan daerah yang lokasinya lebih jauh dari pusat kota.
2.4 Sistem Transportasi Kota dan Interaksinya dengan Tata Guna Lahan
Secara umum, sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan, suatu unit, suatu integritas bersifat komprehensif yang terdiri dari elemen-elemen,
unsur-unsur atau komponen-komponen yang saling berinteraksi, saling
mendukung dan bekerjasama sehingga menimbulkan adanya integritas. Transportasi diartikan sebagai usaha pemindahan atau pergerakan sesuatu,
baik berupa orang atau barang dari suatu lokasi ke lokasi tujuan untuk keperluan tertentu, dengan menggunakan alat tertentu pula.
Dari beberapa pengertian tersebut, maka sistem transportasi kota dapat diartikan sebagai suatu kesatuan elemen-elemen, komponen-
komponen yang saling mendukung dan bekerjasama dalam pengadaan transportasi yang melayani wilayah perkotaan. Sistem transportasi makro
terdiri dari sistem kegiatan, sistem jaringan dan sistem pergerakan yang diatur oleh sistem kelembagaan Tamin, 1997.
Sumber: Tamin, 1997
GAMBAR 2.4 INTERAKSI TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASI
Sistem aktivitas aksesibilitas
Sistem transportasi Peletakan lokasi dari kegiatan
individu dan kelompok Pola aktivitas
Keputusan untuk mengadakan perjalanan
Kebutuhan perjalanan Perkembangan lahan
berubah menurut aktivitas Fasilitas transportasi dan
perubahan pelayanan
Transportasi merupakan sarana perantara untuk memudahkan manusia mencapai tujuan akhir yang sebenarnya, seperti pergi ke mal,
kantor, sekolah dan lain-lain. Oleh sebab itu, kebutuhan transportasi merupakan permintaan turunan derrived demand yang timbul akibat adanya
tuntutan hidup manusia Miro, 1997. Tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup tertuang dalam berbagai aktivitas yang dilakukan oleh penduduk seperti
bekerja, sekolah, berbelanja, yang berlangsung di atas sebidang tanah kantor, sekolah, pertokoan dan lain-lain. Potongan lahan ini biasanya
disebut tata guna lahan. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan perjalanan antar tata guna lahan tersebut dengan menggunakan
sistem transportasi misalnya berjalan kaki atau naik angkutan umum. Hal ini mengakibatkan perjalanan arus manusia, kendaraan dan barang Tamin,
1997. Hubungan antara penggunaan lahan dan transportasi tidak dapat
dipisahkan. Transportasi dan tata guna lahan sangat erat kaitannya sehingga biasanya dianggap membentuk suatu land use system. Agar tata guna lahan
terwujud dengan baik, maka kebutuhan transportasinya harus terpenuhi dengan baik pula. Transportasi yang tidak melayani tata guna lahan akan
menjadi sia-sia dan tidak bermanfaat. Hal ini menunjukkan bahwa tata guna lahan harus didukung oleh
pelayanan transportasi yang baik. Tata guna lahan memiliki skala yang lebih luas dari transportasi sehingga harus direncanakan dengan
memperhitungkan dukungan pelayanan transportasi.
2.5 Analisis Dampak Lalu Lintas