BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Akvifitas perdagangan dan jasa di Jalan Jenderal Sudirman Ambarawa terbentuk karena adanya hubungan desa-kota dengan konsep center-
hinterland yang bersifat saling melengkapi. Sifat saling melengkapi tersebut semakin porspektif dengan keragaman aktivitas tata guna lahan di tiap-tiap
daerah. Hubungan center-hinterland antara Kota Ambarawa dan daerah sekitarnya didukung dengan ketersediaan prasarana transportasi, berupa jalan
nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten;
Kegiatan perdagangan di Jalan Jenderal Sudirman Ambarawa merupakan aktivitas lokal karena 62,84 pengunjung berasal dari Ambarawa, sedangkan
kegiatan pariwisata Ambarawa-Bandungan dan industri Ambarawa-Bawen merupakan kegiatan regional. Sebagai kawasan perkotaan, keberadaan
fasilitas umum mampu menarik pengunjung sebesar 82,37 untuk melakukan aktivitas lanjutan setelah berbelanja ke Kota Ambarawa;
Aktivitas penyeberang jalan, gerakan memutar kendaraan, parkir on street,
serta berkurangnya fungsi trotoar sebagai dampak aktivitas perdagangan dan jasa akan menimbulkan tundaan lalu lintas dan mengurangi kapasitas jalan
sehingga kinerja ruas jalan akan menurun. Di sisi lain, pengurangan kapasitas Jalan Jenderal Sudirman Ambarawa sebagai akibat dari hambatan samping
yang tinggi disebabkan oleh lahan untuk penyediaan ruang bagi angkutan umum dan pejalan kaki yang terbatas;
Kinerja lalu lintas Jalan Jenderal Sudirman Ambarawa tidak dapat dilihat
hanya dari aspek rasio volume dan kapasitas jalan, tetapi berdasarkan tingginya hambatan samping dan tundaan delay. Selain disebabkan oleh
aktivitas perdagangan dan jasa, permasalahan lalu lintas yang terjadi di Jalan Jenderal Sudirman Ambarawa disebabkan pula oleh ketidakseimbangan antara
pertumbuhan penyediaan infrastruktur dan pertumbuhan volume lalu lintas serta proses perencanaan yang tidak komprehensif;
Orientasi pencapaian Pasar Projo yang hanya melalui Jalan Jenderal Sudirman
Ambarawa akan menimbulkan lalu lintas tercampur antara lalu lintas lokal dan lalu lintas regional. Percampuran lalu lintas tersebut akan menurunkan
tingkat pelayanan jalan terhadap pergerakan regional dalam hal kecepatan serta waktu tempuh perjalanan;
Sebagai suatu properti, eksistensi aktivitas perdagangan pertokoan dan Pasar
Projo di Jalan Jenderal Sudirman Ambarawa dipengaruhi oleh karakteristik lokasi yang sangat kuat, berupa kemudahan aksesibilitas, kemudahan
pergerakan dan hubungan keruangan yang saling melengkapi;
Pertokoan dan Pasar Projo di Jalan jenderal Sudirman Ambarawa termasuk
dalam jenis penggunaan lahan retailing dengan karakteristik sebagai daerah pemusatan konsumen dengan kebutuhan aksesibilitas yang tinggi. Fungsi
retailing ditandai dengan tingginya harga lahan dan sewa disepanjang jalan Jenderal Sudirman dibandingkan daerah di pinggiran Kota Ambarawa serta
adanya dominasi pertokoan dengan barang dagangan berupa pakaian dan perhiasan yang merupakan aktivitas kegiatan retailing high-quick
turnovergoods dan irregular lower turnovergoods;
Eksistensi aktivitas perdagangan di Jalan Jenderal Sudirman Ambarawa disebabkan oleh keinginan dari penyewa lahan pertokoan dan loskios di Pasar
Projo untuk memperoleh lokasi dengan derajad aksesibilitas yang tinggi. Secara turun temurun, pedagang Pasar Projo dan pertokoan mengganggap
bahwa aktivitas perdagangan di Jalan Jenderal Sudirman Ambarawa merupakan satu-satunya pilihan mata pencaharian. Dengan lokasi yang
strategis, maka diharapkan dapat menarik konsumenpembeli sehingga dapat memperoleh keuntungan yang maksimal, yang dapat dipergunakan untuk
membayar nilai lahan yang tinggi pada kawasan tersebut. Hal inilah yang menyebabkan aktivitas perdagangan berupa pertokoan dan Pasar Projo di
Jalan Jenderal Sudirman Ambarawa tidak terpengaruh oleh permasalahan lalu lintas regional pada kawasan tersebut.
5.2 Rekomendasi