2.5 Analisis Dampak Lalu Lintas
Menurut Stover dan Koepe, 1998, analisis dampak lalu lintas atau traffic impact analysis adalah studi yang mempelajari secara khusus tentang dampak lalu
lintas yang ditimbulkan oleh suatu bangunan yang mempengaruhi sistem transportasi. Dampak lalu lintas yang ditimbulkan tergantung dari ukuran dan jenis bangunannya.
Menurut Abubakar, 1997, analisis dampak lalu lintas merupakan suatu alat yang dapat dipergunakan untuk mengantisipasi dampak dari pembangunan tata guna
lahan dan identifikasi tujuan peningkatan sistem transportasi untuk menanggulangi kemacetan, pemeliharaan, peningkatan keamanan dan menyediakan akses ke suatu
kawasan serta meminimumkan dampak yang ditimbulkan dengan adanya pembangunan kawasan. Beberapa tata guna lahan yang dapat mempengaruhi lalu
lintas sekitarnya adalah perkantoran, pertokoan, rumah sakit, perumahanapartemen, hotel, swalayan, pasar tradisional, universitas, tempat rekreasi, bioskop, tempat
pertunjukan, stadion oleh raga, industri dan pergudangan. Salah satu pemecahan permasalahan lalu lintas, yang disebabkan oleh dampak
lalu lintas pembangunanpengembangan guna lahan tertentu adalah dengan menerapkan manajemen lalu lintas. Secara umum manajemen lalu lintas memiliki
tujuan sebagai berikut:
Mendapatkan tingkat efisiensi dari pergerakan lalu lintas secara menyeluruh dengan tingkat aksesibilitas yang tinggi, dengan mempertimbangkan
permintaan dengan sarana penunjang yang tersedia;
Meningkatkan tingkat keselamatan dari pengguna yang dapat diterima oleh
semua pihak dan memperbaiki tingkat keselamatan tersebut sebaik mungkin;
Melindungi dan memperbaiki kondisi lingkungan dimana arus lalu lintas tersebut berada.
Strategi dan teknik yang diterapkan dalam manajemen lalu lintas antara lain: manajemen kapasitas, manajemen prioritas, manajemen permintaan, sistem satu arah,
lajur pasang surut, pengaturan kecepatan dan pembatasan lalu lintas.
2.6 Fasilitas Pejalan Kaki
Abubakar 1996 menyebutkan bahwa pejalan kaki adalah suatu bentuk transportasi yang penting di daerah perkotaan. Oleh karena itu,
kebutuhan pejalan kaki merupakan suatu bagian yang integral dalam sistem transportasi jalan. Para pejalan kaki berada dalam posisi yang lemah jika
mereka bercampur dengan kendaraan, sehingga secara tidak langsung mereka akan memperlambat arus lalu lintas. Oleh karena itu, salah satu
tujuan manajemen lalu lintas adalah berusaha memisahkan pejalan kaki dari arus kendaraan bermotor tanpa menimbulkan gangguan yang besar terhadap
aksesibilitas. Menurut Abubakar 1996, fasilitas pejalan kaki dibutuhkan pada: 1
daerah perkotaan secara umum yang jumlah penduduknya tinggi; 2 jalan-jalan yang memiliki rute angkutan umum yang tetap; 3 daerah-daerah yang memiliki aktivitas
secara terus menerus seperti jalan di pasar dan pertokoan; 4 lokasi-lokasi yang memiliki kebutuhanpermintaan tinggi dengan periode pendek, seperti stasiun KA,
terminal bus, sekolah, rumah sakit dan lapangan olahraga; 5 lokasi yang mempunyai permintaan yang tinggi untuk hari-hari tertentu, misalnya lapangan olahraga, masjid,
dan lain-lain. Jenis fasilitas pejalan kaki antara lain adalah trotoar, zebra cross, jembatan
penyeberangan dan terowongan penyenerangan. Dalam merencanakan fasilitas pejalan kaki, yang harus diperhatikan adalah bersifat menerus, aman, nyaman dan
mudah jelas. Faktor-faktor yang dipertimbangkan untuk penyediaan fasilitas pejalan kaki adalah besarnya arus pejalan kaki, besar arus kendaraan dan tingkat
kecelakaan yang terjadi. Pejalan kaki tidak mandiri merupakan salah satu jenis pejalan kaki yang
memerlukan perlindungan dari arus kendaraan. Termasuk dalam kategori pejalan kaki yang tidak mandiri ini adalah golongan lanjut usia, orang cacat dan anak kecilanak
sekolah dasar.
2.7 Fasilitas Angkutan Umum