1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Brand Menggambarkan kemampuan mengingat Awareness

keberadaan merek di merek dalam level top of dalam benak

mind, kemampuan

konsumen yang mengenali merek, dan menjadi penentu

kemampuan konsumen dalam beberapa

dalam mengingat kembali kategori dan

merek.

biasanya mempunyai peranan kunci dalam mempengaruhi minat beli.

Brand Kesan yang terekam Kemampuan konsumen Associations dalam ingatan

mengingat karakteristik

konsumen mengenai merek, membedakan suatu produk, atau

dengan merek lainnya, segala sesuatu dalam mudah dalam mengenali memori mengenai

merek.

suatu merek.

Perceived Kesan kualitas Kualitas produk yang Quality

sebagai persepsi diharapkan konsumen, pelanggan terhadap

kualitas produk yang

seluruh kualitas atau dibutuhkan konsumen, keunggulan suatu

kualitas produk dan kinerja produk atau jasa

produk yang lebih baik dan layanan berkenaan

konsisten dibanding merek dengan maksud yang lain. diharapkan.

Brand Suatu ukuran Kebiasaan memilih merek, Loyalty

keterkaitan kepuasan terhadap merek, pelanggan terhadap

kefanatikan terhadap merek. suatu merek. Ukuran loyalitas ini dapat memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya konsumen beralih ke merek lain tertutama jika merek tersebut mengalami perubahan baik harga maupun atribut.

Minat Beli suatu keinginan Merek membangkitkan rasa untuk memenuhi

suka dan keinginan untuk kebutuhan dengan

membeli, tetap memilih membeli obyek

merek tersebut meskipun

tersebut, dimana ada ada merek lain dengan suatu perasaan

kualitas sama, selalu tertarik terhadap

membeli dan menggunakan obyek tersebut, dan

merek tersebut.

untuk mendapatkannya kita mengganti dengan sejumlah uang, sebagai alat tukarnya.

Sumber : dikembangkan untuk penelitian ini, 2010

Indikator-indikator di atas dikur dengan skala penilaian Likert yang memiliki lima tingkat preferensi jawaban yang masing-masing mempunyai skor 1-5 dengan rincian sebagai berikut :

1 = sangat tidak setuju

2 = tidak setuju

3 = netral

4 = setuju

5 = sangat setuju

3.2 Penentuan Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian (Ferdinand, 2006). Dalam penelitian ini, populasi penelitian mengacu pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang yang menggunakan ponsel Nokia. Saat ini di fakultas ekonomi tercatat ada 21570 mahasiswa.

3.2.2 Sampel

Sampel menurut Sugiyono (2001) merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampling yang digunakan adalah dengan non probability sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dijadikan sampel. Sedangkan penentuan pengambilan jumlah responden (sampel) dilakukan melalui teknik convenience sampling dan snowball sampling. Teknik convenience sampling yaitu pada teknik ini, peneliti hanya sekedar Sampel menurut Sugiyono (2001) merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampling yang digunakan adalah dengan non probability sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dijadikan sampel. Sedangkan penentuan pengambilan jumlah responden (sampel) dilakukan melalui teknik convenience sampling dan snowball sampling. Teknik convenience sampling yaitu pada teknik ini, peneliti hanya sekedar

Dalam penelitian multivariate (termasuk yang menggunakan analisi regresi multivariate) penentuan jumlah minimal sampel dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut (Ferdinand, 2006) :

n = {25 × variabel independen} = 25 × 4 variabel independen = 100 sampel

Dari hasil perhitungan rumus di atas dapat diperoleh jumlah sampel yang akan diteliti adalah sebesar 100 responden.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data digunakan dalam variabel penelitian ini dijelaskan sebagai berikut : Jenis dan sumber data digunakan dalam variabel penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

b. Data sekunder Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data Majalah SWA no.16/XXV/27 Juli-5 Agustus 2009.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan disini meliputi dua macam yaitu :

1. Survei kuesioner Kuesioner atau daftar pertanyaan merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyusun pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya tertutup dan harus diisi oleh responden dengan cara memilih salah satu alternatif jawaban yang tersedia.

2. Studi kepustakaan Merupakan pengumpulan data dengan tujuan untuk mengetahui berbagai pengetahuan atau teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, diantaranya berasal dari buku, majalah, jurnal, ataupun berbagai literatur yang relevan dengan penelitian.

3.5 Metode Analisis Data

3.5.1 Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif merupakan metode analisis dengan angka-angka yang dapat dihitung maupun diukur. Analisis kuantitatif ini dimaksudkan untuk memperkirakan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari perubahan satu atau beberapa kejadian lainnya dengan menggunakan alat analisis statistik. Pengolahan data dengan analisis kuantitatif melalui beberapa tahap.

3.5.1.1 Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya satu kuesioner

(Ghozali, 2006). Satu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada pertanyaan kuesioner mampu mengungkapkan sesuatau yang akan diukur oleh kuesioner

tersebut. Tingkat validitas dapat diukur dengan cara membandingkan nilai r hitung

(correlation item total correlation) dengan nilai r tabel dengan ketentuan untuk degree of freedom (df) = n-k, dimana n adalah jumlah sampel yang digunakan dan

k adalah jumlah variabel independennya (Ghozali, 2006). Dengan jumlah sampel (n) adalah 100 dan tingkat signifikansi 0,05 maka r tabel pada penelitian ini adalah : k adalah jumlah variabel independennya (Ghozali, 2006). Dengan jumlah sampel (n) adalah 100 dan tingkat signifikansi 0,05 maka r tabel pada penelitian ini adalah :

r hitung ≤ r tabel , berarti pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid.

3.5.1.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika masing- masing pertanyaan dijawab responden secara konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu kuesioner dikatakan handal jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,600 (Ghozali, 2006).

3.5.1.3 Uji Asumsi Klasik Untuk menguji apakah persamaan garis regresi yang diperoleh linier dan

bisa dipergunakan untuk melakukan peramalan, maka harus dilakukan uji asumsi klasik yaitu:

1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,

variabel terikat dan variabel bebas memiliki distribusi yang normal atau tidak, karena model regresi yang baik memiliki distribusi data yang normal atau mendekati normal.

Pembuktian apakah data tersebut memiliki distribusi normal atau tidak dapat dilihat pada bentuk distribusi datanya, yaitu pada histogram maupun normal probability plot. Pada histogram, data dikatakan memiliki distribusi yang normal jika data tersebut berbentuk seperti lonceng. Sedangkan pada normal probability plot, data dikatakan normal jika ada penyebaran titik-titik disekitar garis diagonal Pembuktian apakah data tersebut memiliki distribusi normal atau tidak dapat dilihat pada bentuk distribusi datanya, yaitu pada histogram maupun normal probability plot. Pada histogram, data dikatakan memiliki distribusi yang normal jika data tersebut berbentuk seperti lonceng. Sedangkan pada normal probability plot, data dikatakan normal jika ada penyebaran titik-titik disekitar garis diagonal

2. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas merupakan hubungan linier yang sempurna antara

beberapa atau semua variabel bebas. Pengujian multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (Ghozali, 2006).

Multikolinearitas dapat dideteksi dengan menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen atau dengan menggunakan perhitungan nilai Tolerance dan VIF. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (lebih dari 0,900) maka hal ini menunjukkan adanya multikolinearitas atau jika nilai Tolerance kurang dari 0,100 atau nilai VIF lebih dari 10, maka hal ini menunjukkan adanya multikolinearitas (Ghozali, 2006).

3. Uji Heteroskedastisitas Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homokedastisitas, namun jika berbeda disebut dengan heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antar prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan dengan melihat ada tidaknya pola titik pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual yang telah di-standarized (Ghozali, 2006). Dasar analisisnya sebagai berikut

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola yang teratur (bergelombang melebar kemudian menyempit) maka terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas seperti titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka hal ini mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.5.1.4 Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel bebas yaitu: : brand awereness (X 1 ), brand associations (X 2 ), perceived quality (X 3 ), dan brand loyalty (X 4 ) terhadap minat beli (Y) telepon seluler Nokia. Adapun bentuk persamaan regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

Y= b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3 +b 4 X 4 +e

Keterangan : Y

= Minat Beli

b 1 ,b 2 ,b 3, b 4 = Koefisien regresi

X 1 = Brand awareness

X 2 = Brand association

X 3 = Perceived quality

X 4 = Brand loyalty

e = Kesalahan Pengganggu

3.5.1.5 Uji Goodness of Fit (Uji F dan R 2 )

Uji goodness of fit dilakukan untuk mengukur ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual (Ghozali, 2006). Secara statistik dapat diukur dengan menggunakan :

1. Uji F (Uji Simultan) Uji F bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen

yang dimasukkan ke dalam model secara simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006).

a) Membuat hipotesis untuk kasus pengujian F-test di atas, yaitu:

 H 0 :b 1 =b 2 =b 3 =b 4 =0

Artinya: tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen yaitu brand awareness (X 1 ), brand associations (X 2 ), perceived quality (X 3 ) dan brand loyalty (X 4 ) secara simultan terhadap variabel dependen yaitu minat beli (Y).

 Ha : b 1 −b 4 >0

Artinya: ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen yaitu brand awareness (X 1 ), brand associations (X 2 ), perceived quality (X 3 ) Artinya: ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen yaitu brand awareness (X 1 ), brand associations (X 2 ), perceived quality (X 3 )

b) Menentukan F tabel dan F hitung dengan tingkat kepercayaan sebesar

95 % atau taraf signifikansi sebesar 5 %, maka :  Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak, berarti masing-masing

variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

 Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima, berarti masing-masing variabel bebas secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

2. 2 Koefisien Determinasi (R ) Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah 0 < R 2 < 1. Koefisien determinasi yang mendekati satu berarti

variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Penggunaan R square adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan variabel independen kedalam model, maka R square pasti meningkat tidak peduli apakah variabel independen tersebut berpengaruh secara signifikan atau tidak. Tidak seperti R square, nilai adjusted R square dapat naik atau turun apabila terdapat tambahan variabel independen kedalam model. Oleh karena itu sebaiknya digunakan nilai adjusted R square untuk mengevaluasi model regresi terbaik (Ghozali, 2006).

3.5.1.6 Uji Hipotesis (Uji t) Uji t digunakan untuk menunjukkan apakah suatu variabel independen

secara individual mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2006). Hipotesis yang dipakai adalah :

 H 0 : b i = 0 , artinya suatu variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

 Ha : b i > 0, artinya suatu variabel independen berpengaruh positif terhadap variabel dependen.

Kriteria pengujian dengan tingkat signifikansi ( ) = 0,05 ditentukan sebagai berikut :

 Apabila t hitung > t tabel, maka H 0 ditolak dan Ha diterima  Apabila t hitung < t tabel, maka H 0 diterima dan Ha ditolak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

Kata Nokia berasal dari nama sebuah komunitas yang tinggal di sungai Emakoski di negara Finlandia Selatan. Nokia didirikan sebagai perusahaan penggilingan pulp oleh Fredrik Idestam pada tahun 1865. Perusahaan Karet Finlandia kemudian mendirikan pabriknya di kawasan sekitarnya pada awal abad ke-20 dan mulai menggunakan merek Nokia.

Tak lama setelah usainya Perang Dunia I, Perusahaan Karet Finlandia mengakuisisi Perusahaan Penggilingan Kayu Nokia dan Perusahaan Kabel Finlandia (sebuah produsen kabel telepon dan telegraf). Ketiga perusahaan tersebut digabung menjadi Nokia Corporation pada tahun 1967. Kemudian dikembangkan menjadi mesin bubur kayu dan pembuat kertas pada tahun 1920 dan merupakan pabrik pembuat kertas terkemuka di Eropa.

Di tahun 1950-an Chief Executive Officer (CEO) Björn Westerlund meramalkan, bahwa masa depan pertumbuhan beberapa sektor bubur kayu dan kertas akan terbatas dan sebagai gantinya dibangun sebuah divisi elektronik di pabrik kabel Helsinki, dari sinilah cikal bakal mulai menjurus ke sektor seluluer. Selama 15 tahun Nokia elektronik mengalami masa percobaan dari beragam kesalahan. Akan tetapi, dari semua kesalahan dan percobaan itu, secara bertahap Di tahun 1950-an Chief Executive Officer (CEO) Björn Westerlund meramalkan, bahwa masa depan pertumbuhan beberapa sektor bubur kayu dan kertas akan terbatas dan sebagai gantinya dibangun sebuah divisi elektronik di pabrik kabel Helsinki, dari sinilah cikal bakal mulai menjurus ke sektor seluluer. Selama 15 tahun Nokia elektronik mengalami masa percobaan dari beragam kesalahan. Akan tetapi, dari semua kesalahan dan percobaan itu, secara bertahap

Pada tahun 1980-an seluruh Salora terintegrasi menjadi Nokia. Pada saat yang sama Nokia memperoleh operasi jaringan telepon dari Perusahaan Telekomunikasi Pemerintah Televa. Namun, tidak semua usaha yang dilakukan Nokia menjadi produsen telepon seluler terkemuka di dunia berjalan sukses. Tahun 1980-an perusahaan ini membeli pabrik televisi Jerman, SEL, tetapi terpaksa meninggalkannya karena tidak berjalan mulus.

Pada awal 1981, Nokia berhasil meluncurkan produk bernama Nordic Mobile Telephony (NMT). NMT merupakan jaringan selular multinasional pertama di dunia. Karena itu, sepanjang dekade 1980-an NMT diperkenalkan ke sejumlah negara dan mendapat sambutan yang luar biasa.

Kemudian pada awal tahun 1990-an, Nokia sempat mengalami krisis, tetapi CEO yang baru, Jorma Ollila, memutuskan untuk memfokuskan pada telepon seluler dan jaringan telepon. Hasilnya, telepon GSM pertama kali di dunia muncul di Finlandia tahun 1991. Kemudian pasar telepon seluler global mulai berkembang sangat cepat pada pertengahan 1990-an dan produk Nokia menjadi yang nomor satu.

Kini sebanyak 2.100 seri ponsel Nokia mendulang sukses. Target penjualan sebanyak 500 ribu unit berhasil diraih pada 1994. Dengan tenaga kerja sebanyak 54 ribu orang, produk Nokia terjual di 130 negara. Sekarang mungkin Kini sebanyak 2.100 seri ponsel Nokia mendulang sukses. Target penjualan sebanyak 500 ribu unit berhasil diraih pada 1994. Dengan tenaga kerja sebanyak 54 ribu orang, produk Nokia terjual di 130 negara. Sekarang mungkin

Nokia kini menjadi market leader alat komunikasi bergerak pada Asia Pasifik. Nokia mengawali operasi di wilayah ini awal 1980. Markas besar perusahaan regionalnya bertempat di Alexandra Technopark di Singapura. Selain itu terdapat kantor research di Jepang dan Cina, serta pabrik di Cina dan India.

Mulai bulan Januari 2007, Nokia telah mengaktifkan struktur organisasi globalnya untuk memperkuat fokus pada pemusatan, pasar mobilitas baru dan perkembangan. Untuk mencari daerah bisnis baru dalam era mobilitas, Nokia mengembangkan kepemimpinannya dalam komunikasi suara mobile.

(sumber : wikipedia.com)

4.2 Deskripsi dan Tanggapan Responden

Deskripsi responden dalam hal ini ditampilkan berdasarkan jenis kelamin, dan angkatan. Sedangkan tanggapan responden didasarkan pada indikator variabel penelitian, yaitu brand awareness, brand associations, perceived quality, brand loyalty dan minat beli.

4.2.1 Deskripsi Responden

4.2.1.1 Deskripsi Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasar jenis kelamin responden didapat persentase seperti tampak pada Tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1

Responden Berdasar Jenis Kelamin

Keterangan

Persentase Laki-laki

Jumlah

82 82% Perempuan

18 18% Jumlah Total

100% Sumber : Data primer yang diolah, 2010

Dari Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 100 responden, yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 82 orang, dan yang perempuan sebanyak 18 orang.

4.2.1.2 Deskripsi Responden berdasarkan angkatan

Berdasar angkatan kuliah responden didapat persentase seperti pada tabel

4.2 berikut ini :

Tabel 4.2

Responden Berdasarkan Angkatan Kuliah

3 3 Jumlah Total

100% Sumber : Data primer yang diolah, 2010

Dari tabel 4.2 dapat kita lihat dari 100 responden 3 orang dari angkatan 2009, 4 orang dari angkatan 2008, 29 orang dari angkatan 2007, 54 orang dari angkatan 2006, dan 10 orang dari angkatan 2005.

4.2.2 Analisis Indeks Jawaban Responden Per Variabel

Peneliti ingin mengetahui persepsi umum responden mengenai variabel- variabel yang diteliti, untuk mendapatkan gambaran mengenai derajat persepsi responden pada tiap variabel yang diteliti. Dengan jumlah responden 100 orang, maka nilai indeks dapat dihitung dengan mengunakan rumus sebagai berikut :

Nilai Indeks = {(F1x1) + (F2x2) + (F3x3) + (F4x4) + (F5x5)}/5

Dimana : F1 adalah frekuensi responden yang menjawab 1 dari skor yang digunakan dalam daftar pertanyaan. F2 adalah frekuensi responden yang menjawab 2 dari skor yang digunakan dalam daftar pertanyaan. F3 adalah frekuensi responden yang menjawab 3 dari skor yang digunakan dalam daftar pertanyaan. F4 adalah frekuensi responden yang menjawab 4 dari skor yang digunakan dalam daftar pertanyaan. F5 adalah frekuensi responden yang menjawab 5 dari skor yang digunakan dalam daftar pertanyaan.

Angka jawaban responden tidak dimulai dari angka 0, melainkan dari angka 1 hingga 5, oleh karena itu angka indeks yang dihasilkan akan dimulai dari angka 20 hingga angka 100 dengan rentang sebesar 80. Dalam penelitian ini digunakan kriteria 3 kotak (Three-Box Method), maka rentang sebesar 80 akan dibagi tiga dan akan menghasilkan rentang sebesar 26,67. Rentang tersebut akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan indeks persepsi responden terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini (Ferdinand, 2006), yaitu sebagai berikut: 20,00 - 46,67 = Rendah 46,68 - 73,34 = Sedang 73,35 - 100 = Tinggi

4.2.2.1 Analisis Indeks Jawaban Responden Tentang Brand Awareness

Tabel 4.3

Frekuensi Jawaban Variabel Brand Awareness (X 1 ) Nilai

X1BAw1

X1BAw2

X1BAw3

Sumber : data primer yang diolah, 2010 Nilai indeks tiap indikator :

 Untuk X1BAw1 (kemampuan mengingat merek dalam level top of mind) {(0x1)+(0x2)+(3x3)+(68x4)+(30x5)}/5 = 86,2

Kesimpulan : Nilai indikator kemampuan mengingat merek dalam level topof mind bagi responden adalah tinggi.

 Untuk X1BAw2 (kemampuan mengenali merek) {(0x1)+(1x2)+(23x3)+(68x4)+(8x5)}/5 = 76,6 Kesimpulan : Nilai indikator kemampuan mengenali merek bagi

responden adalah tinggi.  Untuk X1BAw3 (kemampuan mengingat kembali merek)

{(0x1)+(3x2)+(26x3)+(63x4)+(8x5)}/5 = 75,2 Kesimpulan : Nilai indikator kemampuan mengingat kembali merek bagi responden adalah tinggi. Sedangkan nilai rata-rata seluruh indikator untuk variabel brand

awareness adalah : Indeks brand awareness = (86,2+ 76,6 + 75,2) / 3 = 79,4 Maka indeks variabel brand awareness bagi responden adalah tinggi.

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel brand awareness memiliki indeks yang tinggi dengan nilai sebesar 79,4 yang artinya

Nokia mempunyai brand awareness yang kuat di mata konsumen. Indikator kemampuan mengingat merek dalam level top of mind memiliki nilai indeks paling tinggi dengan 86,2 sedangkan indikator kemampuan mengingat kembali merek memiliki indeks terkecil dengan 75,2.

4.2.2.2 Analisis Indeks Jawaban Responden Tentang Brand Associations

Tabel 4.4

Frekuensi Jawaban Variabel Brand Associations (X 2 ) Nilai

X2BAs1

X2BAs2

X2BAs3

Sumber : data primer yang diolah, 2010 Nilai indeks tiap indikator :

 Untuk X2Bas1 (mengingat karakteristik merek) {(0x1)+(1x2)+(22x3)+(66x4)+(11x5)}/5 = 77,4 Kesimpulan : Nilai indikator mengingat karakteristik merek bagi

responden adalah tinggi.  Untuk X2Bas2 (membedakan dengan merek lainnya)

{(0x1)+(0x2)+(16x3)+(75x4)+(9x5)}/5 = 78,6 Kesimpulan : Nilai indikator membedakan dengan merek lainnya bagi responden adalah tinggi.

 Untuk X2BAs3 (mudah dalam mengenali merek)

{(0x1)+(2x2)+(15x3)+(71x4)+(12x5)}/5 = 78,6 Kesimpulan : Nilai indikator mudah dalam mengenali merek bagi responden adalah tinggi. Sedangkan nilai rata-rata seluruh indikator untuk variabel brand

associations produk : Nilai Indeks Total = (77,4 + 78,6+ 78,6) / 3= 78,2 Maka indeks variabel brand associations bagi responden adalah tinggi.

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel brand associations memiliki indeks yang tinggi dengan nilai sebesar 78,2 yang artinya responden berpendapat bahwa merek Nokia mempunyai asosiasi yang kuat. Indikator mampu membedakan dengan merek lainnya dan mudah dalam mengenali merek memiliki nilai indeks paling tinggi dengan 78,6 sedangkan indikator mengingat karakteristik merek memiliki indeks terkecil dengan 77,4.

4.2.2.3 Analisis Indeks Jawaban Responden Perceived Quality

Tabel 4.5

Frekuensi Jawaban Perceived Quality (X 3 ) Nilai

X3PQ1

X3PQ2

X3PQ3

Sumber : data primer yang diolah, 2010

Nilai indeks tiap indikator :  Untuk X3PQ1(kualitas produk yang diharapkan konsumen)

{(0x1)+(0x2)+(19x3)+(71x4)+(10x5)}/5 = 78,2

Kesimpulan : Nilai indikator kualitas produk yang diharapkan konsumen bagi responden adalah tinggi.

 Untuk X3PQ2 (kualitas produk yang dibutuhkan konsumen) {(0x1)+(0x2)+(15x3)+(76x4)+(9x5)}/5 = 78,8 Kesimpulan : Nilai indikator kualitas produk yang dibutuhkan konsumen

bagi responden adalah tinggi.  Untuk X3PQ3 (kualitas produk yang lebih baik dari merek lain)

{(0x1)+(1x2)+(14x3)+(72x4)+(13x5)}/5 = 79,4 Kesimpulan : Nilai indikator kualitas produk yang lebih baik dari merek lain bagi responden adalah tinggi. Sedangkan nilai rata-rata seluruh indikator untuk variabel perceived

quality : Nilai Indeks Total = (78,2 + 78,8 + 79,4) / 3 = 78,8 Maka indeks variabel perceived quality adalah tinggi.

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel perceived quality memiliki indeks yang tinggi dengan nilai sebesar 78,8 yang berarti bahwa responden setuju bahwa kualitas Nokia sudah sesuai dengan ekspetasi konsumen. Indikator kualitas produk yang lebih baik dari merek lain memiliki nilai indeks paling tinggi dengan 79,4 sedangkan indikator kualitas produk yang diharapkan konsumen memiliki indeks terkecil dengan 78,2.

4.2.2.4 Analisis Jawaban Responden Tentang Brand Loyalty

Tabel 4.6

Frekuensi Jawaban Variabel Brand Loyalty (X 4 ) Nilai

X4BL1

X4BL2

X4BL3

Jumlah

Sumber : data primer yang diolah, 2010 Nilai indeks tiap indikator :

 Untuk X4BL1(kebiasaan memilih merek) {(0x1)+(0x2)+(5x3)+(71x4)+(24x5)}/5 = 83,8 Kesimpulan : Nilai indikator kebiasaan memilih merek bagi responden

adalah tinggi.  Untuk X4BL2 (kepuasan terhadap merek)

{(0x1)+(0x2)+(5x3)+(69x4)+(26x5)}/5 = 84,2 Kesimpulan : Nilai indikator kepuasan terhadap merek bagi responden adalah tinggi.

 Untuk X4BL3 (kefanatikan terhadap merek) {(0x1)+(3x2)+(8x3)+(64x4)+(25x5)}/5 = 82,2

Kesimpulan : Nilai indikator kefanatikan terhadap merek bagi responden adalah tinggi. Nilai rata-rata seluruh indikator untuk variabel brand loyalty :

Nilai Indeks Total = ( 83,8 + 84,2 + 82,2) / 3 = 83,4 Maka indeks variabel brand loyalty adalah tinggi.

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel brand loyalty memiliki indeks yang tinggi dengan nilai sebesar 83,4 yang artinya bahwa responden setia menggunakan Nokia. Indikator kepuasan terhadap merekmemiliki nilai indeks paling tinggi dengan 84,2 sedangkan indikator kefanatikan terhadap merek memiliki indeks terkecil dengan 82,2.

4.2.2.5 Analisis Indeks Jawaban Responden Tentang Minat Beli

Tabel 4.7 Frekuensi Jawaban Variabel Minat Beli (Y)

Nilai YBE1

YBE2

YBE3

YBE4 Jumlah

Sumber : data primer yang diolah, 2010 Nilai indeks tiap indikator :

 Untuk YBE1(merek membangkitkan rasa suka) {(0x1)+(1x2)+(26x3)+(61x4)+(12x5)}/5 = 76,8 Kesimpulan : Nilai indikator merek membangkitkan rasa suka bagi

responden adalah tinggi.  Untuk YBE2 (merek membangkitkan keinginan untuk membeli)

{(0x1)+(0x2)+(10x3)+(82x4)+(8x5)}/5 = 79,6 Kesimpulan : Nilai indikator merek membangkitkan keinginginan untuk membeli bagi responden adalah tinggi.

 Untuk YBE3 (tetap memilih merek tersebut meskipun ada merek lain dengan kualitas sama) {(0x1)+(0x2)+(0x3)+(62x4)+(38x5)}/5 = 87,6

Kesimpulan : Nilai indikator tetap memilh merek tersebut meskipun ada merek lain dengan kualitas sama bagi responden adalah sangat tinggi.

 Untuk YBE4 (selalu membeli dan menggunakan merek tersebut ) {(0x1)+(0x2)+(9x3)+(82x4)+(9x5)}/5 = 80

Kesimpulan : Nilai indikator selalu membeli dan menggunakan merek tersebut bagi responden adalah tinggi. Nilai rata-rata seluruh indikator untuk variabel minat beli

Nilai Indeks Total = ( 76,8 + 79,6 + 87,6 + 80 ) / 4 = 81 Maka indeks variabel minat beli adalah tinggi.

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel minat beli memiliki indeks yang tinggi dengan nilai sebesar 81 yang artinya bahwa responden setuju Nokia menimbulkan minat beli yang tinggi. Indikator tetap memilih merek meskipun ada merek lain dengan kualitas sama memiliki nilai indeks paling tinggi dengan 87,6 sedangkan indikator merek membangkitkan rasa suka memiliki indeks terkecil dengan 76,8.

4.3 Analisis Data

4.3.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

4.3.1.1 Uji Validitas Dalam penelitian ini, validitas dari indikator dianalisis menggunakan df

(degree of freedom) dengan rumus df = n-k, dimana n = jumlah sampel, k = jumlah variabel independen. Jadi df yang digunakan adalah 100-4 = 96 dengan alpha sebesar 5%, maka menghasilkan nilai r tabel (uji dua sisi) sebesar 0,198. Jika r hitung (untuk tiap butir dapat dilihat pada kolom Corrected Item –Total Correlation) lebih besar dari r tabel dan nilai r positif, maka butir pernyataan dikatakan valid (Ghozali, 2006).

Hasil uji validitas pada indikator-indikator penelitian ini terdapat pada tabel berikut :

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Brand Awareness

variabel Kode r hitung r tabel Keterangan

item

valid Awareness

valid Sumber : data primer yang diolah, 2010

BAw3 0,519 0,198

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Brand Associations

Variabel Kode r hitung r tabel Keterangan

item

Valid Associations BAs2 0,383 0,198

Valid Sumber : data primer yang diolah, 2010

BAs3 0,298 0,198

Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Perceived Quality

Variabel

Kode

r hitung r tabel Keterangan

item

Perceived

PQ1

Valid

Valid Sumber : data primer yang diolah, 2010

PQ3

Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Variabel Brand Loyalty

Variabel

Kode

r hitung r tabel Keterangan

item

Valid Loyalty

Valid Sumber : data primer yang diolah, 2010

BL3

Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Variabel Minat Beli

Variabel Kode r hitung r tabel Keterangan

item

Minat Beli MB1 0,562 0,198 Valid

Valid Sumber : data primer yang diolah, 2010

MB 4 0,432 0,198

Berdasarkan pengujian pada tabel uji validitas diatas, diketahui bahwa nilai r hitung dari semua indikator variabel lebih besar dari nilai r tabelnya . Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semua indikator dalam penelitian ini adalah valid.

4.3.1.2 Uji Reliabilitas Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang

terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006). Uji reliabilitas adalah tingkat kestabilan suatu alat pengukur dalam terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006). Uji reliabilitas adalah tingkat kestabilan suatu alat pengukur dalam

Adapun hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel

4.14 berikut ini :

Tabel 4.13 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel

Cronbach

Cut of value Keterangan

Alpha

Brand Awareness (X 1 )

Brand Associations (X 2 )

Reliabel Brand Loyalty (X 4 )

Perceived Quality (X 3 )

Reliabel Minat Beli (Y)

Reliabel Sumber : data primer yang diolah, 2010

Berdasarkan pengujian pada tabel uji reliabilitas, diketahui bahwa semua variabel mempunyai nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60. Maka dapat disimpulkan bahwa keseluruhan variabel dalam penelitian ini adalah reliabel.

4.3.2 Uji Asumsi Klasik

4.3.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel dependen dan indepedennya mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas menghasilkan grafik normal probability plot yang tampak pada

Gambar 4.1 berikut

Gambar 4.1 Grafik Normal Probability Plot

Sumber : data primer yang diolah, 2010 Grafik normal probability plot diatas menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

4.3.2.2 Uji Multikolinieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Untuk dapat menentukan apakah terdapat multikolinieritas dalam model regresi pada penelitian ini adalah dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance serta menganalisis matrix korelasi variabel-variabel bebas. Adapun nilai tolerance dan VIF dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut ini :

Tabel 4.14 Nilai Tolerance dan VIF

Brand Awareness (X 1 )

Brand Associations (X 2 )

1,448 Brand Loyalty (X 4 )

Perceived Quality (X 3 )

1,248 Sumber : data primer yang diolah, 2010

Berdasarkan Tabel 4.15 di atas, terlihat bahwa tidak ada variabel yang memiliki nilai VIF lebih dari 10 dan nilai tolerance yang lebih kecil dari 0,10 yang berarti bahwa tidak terdapat korelasi antar variabel bebas yang lebih dari 95%.

4.3.2.3 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah data dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Uji heteroskedastisitas menghasilkan grafik pola penyebaran titik (scatterplot) seperti tampak pada Gambar 4.2 berikut:

Gambar 4.2 Grafik Scatterplot

Sumber : data primer yang diolah, 2010

Dari grafik Scatterplot dapat dilihat bahwa tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.3.3 Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda yang telah dilakukan diperoleh koefisien regresi, nilai t hitung dan tingkat signifikansi sebagaimana ditampilkan pada Tabel 4.16 berikut :

Tabel 4.15 Hasil Uji Regresi Berganda Coefficients a

Coefficients a Standardized

Collinearity Unstandardized Coefficients

Statistics Model

Coefficients

Sig. Tolerance VIF 1(Constant)

B Std. Error

.000 .647 1.545 brand associations

brand awareness

.018 .777 1.286 perceived quality

.003 .691 1.448 brand loyalty

.001 .802 1.248 a. Dependent Variable: minat Beli

Sunber : data primer yang diolah, 2010 Dari hasil tersebut, persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Y = 0,325 X 1 + 0,187 X 2 + 0,247 X 3 + 0,255 X 4

Keterangan : Y = Minat Beli

X 1 = Brand Awareness

X 2 = Brand Associations

X 3 = Perceived Quality

X 4 = Brand Loyalty Persamaan regresi berganda tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1. Variabel Brand awareness (X 1 ) mempunyai pengaruh yang positif terhadap Minat Beli (Y) sebesar 0,325. Variabel Brand Awareness (0,325) mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap Minat Beli bila dibandingkan dengan variabel bebas lainnya.

2. Variabel Brand Associations (X 2 ) mempunyai pengaruh yang positif terhadap Minat Beli (Y) sebesar 0,187. Variabel Brand Associations (0,187) mempunyai pengaruh terhadap Minat Beli yang paling kecil.

3. Variabel Perceived Quality (X 3 ) mempunyai pengaruh yang positif terhadap Minat Beli (Y) sebesar 0,247. Variabel Perceived Quality (0,247) mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap Minat Beli bila dibandingkan Brand Associations (0,187), tetapi bila dibandingkan dengan variabel bebas lainnya, yaitu Brand Awareness (0,325) dan Brand Loyalty (0,255), variabel Perceived Quality masih lebih kecil pengaruhnya

4. Variabel Brand Loyalty (X 4 ) mempunyai pengaruh yang positif terhadap Minat Beli (Y) sebesar 0,255. Variabel Brand Loyalty (0,255) mempunyai pengaruh terhadap Minat Beli yang lebih besar daripada variabel Brand Associations (0,187) dan variabel Perceived Quality (0,247), tetapi 4. Variabel Brand Loyalty (X 4 ) mempunyai pengaruh yang positif terhadap Minat Beli (Y) sebesar 0,255. Variabel Brand Loyalty (0,255) mempunyai pengaruh terhadap Minat Beli yang lebih besar daripada variabel Brand Associations (0,187) dan variabel Perceived Quality (0,247), tetapi

4.3.4 Uji Goodness of Fit

4.3.4.1 Uji F (Uji Simultan)

Uji F digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan (bersama-sama). Kriteria yang digunakan adalah :

Jika probabilitas >0,05 dan jika F hitung < F tabel maka H 0 diterima. Jika probabilitas <0,05 dan jika F hitung > F tabel maka H 0 ditolak.

Tabel 4.16 Hasil Uji F

ANOVA b

Model

F Sig. 1 Regression

Sum of Squares

df Mean Square

29.681 .000 a Residual

a. Predictors: (Constant), brand loyalty, brand awareness, brand associations, perceived quality b. Dependent Variable: minat beli

Sumber : data primer yang diolah, 2010 Berdasarkan hasil uji ANOVA atau F test pada Tabel 4.17 didapatkan

F hitung sebesar 29,681 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena F hitung > F tabel

(29,681 lebih besar dari 2,46) dan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi Minat Beli (Y) atau dikatakan bahwa (29,681 lebih besar dari 2,46) dan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi Minat Beli (Y) atau dikatakan bahwa

4.3.4.2 Koefisien Determinasi (R 2 )

Koefisien determinasi (R 2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi adalah antara nol dan satu (Ghozali, 2006). Nilai koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel 4.18 di bawah ini :

Tabel 4.17 Hasil Koefisien Determinasi

Model Summary b Adjusted R

Std. Error of the Model

R Square

Square

Estimate

.98176 a. Predictors: (Constant), brand loyalty, brand awareness, brand

1 .745 a .556

associations, perceived quality b. Dependent Variable: brand equity

Sumber : data primer yang diolah, 2010 Berdasarkan Tabel 4.18 terlihat tampilan output SPSS model summary

besarnya Adjusted R Square adalah 0,537 Hal ini berarti 53,7 % variabel Minat Beli (Y) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen di atas. Sedangkan sisanya 46,3 % (100% - 53,7% = 46,3%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain diluar model.

4.3.5 Uji Hipotesis

4.3.5.1 Uji t Uji t yaitu suatu uji untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel bebas

(brand awareness, brand associations, perceived quality, dan brand loyalty) secara parsial atau individual menerangkan variabel terikat (minat beli).

Tabel 4.18 Uji t

Coefficients a Standardized

Collinearity Unstandardized Coefficients

Statistics Model

Coefficients

Sig. Tolerance VIF 1(Constant)

B Std. Error

.000 .647 1.545 brand associations

brand awareness

.018 .777 1.286 perceived quality

.003 .691 1.448 brand loyalty

.001 .802 1.248 a. Dependent Variable: minat Beli

Hasil analisis uji t adalah sebagai berikut :

1. Nilai t hitung pada variabel Brand Awareness (X 1 ) adalah sebesar 3,824 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena 3,824 > 1,985 dan 0,000 < 0,05 maka H1 diterima dan Ho ditolak. Kesimpulan: variabel brand awareness berpengaruh positif terhadap minat beli.

2. Nilai t hitung pada variabel Brand Associations (X 2 ) adalah sebesar 2,411 dengan tingkat signifikansi 0,018. Karena 2,411 > 1,985 dan 0,018 < 0,05 maka H2 diterima dan Ho ditolak.

Kesimpulan: variabel brand associations berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli.

3. Nilai t hitung pada variabel Perceived Quality (X 3 ) adalah sebesar 2,998 dengan tingkat signifikansi 0,003. Karena 2,998 > 1,985 dan 0,003 < 0,05 maka H3 diterima dan Ho ditolak. Kesimpulan: variabel perceived quality berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli.

4. Nilai t hitung pada variabel Brand Loyalty (X 4 ) adalah sebesar 3,336 dengan tingkat signifikansi 0,001. Karena 3,336 > 1,985 dan 0,001 < 0,05 maka H4 diterima dan Ho ditolak.

Kesimpulan: variabel brand loyalty berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli.

4.4 Pembahasan

Berdasarkan analisis data pada analisis regresi berganda dan uji hipotesis, maka dapat diketahui bahwa :

1. Pernyataan hipotesis pertama (H 1 ) dapat diterima, maka Brand Awareness berpengaruh positif terhadap Minat Beli dalam melakukan pemilihan. Kondisi tersebut dapat dilihat dari koefisien variabel Brand Awareness bernilai paling besar diantara variabel lainnya, yaitu 0,325 serta angka signifikansi sebesar 0,001 (kurang dari 0,05). Hal ini berarti juga bahwa jika kesadaran merek atas suatu merek produk akan memiliki peranan dalam membantu konsumen memutuskan cara memperoleh manfaat atau 1. Pernyataan hipotesis pertama (H 1 ) dapat diterima, maka Brand Awareness berpengaruh positif terhadap Minat Beli dalam melakukan pemilihan. Kondisi tersebut dapat dilihat dari koefisien variabel Brand Awareness bernilai paling besar diantara variabel lainnya, yaitu 0,325 serta angka signifikansi sebesar 0,001 (kurang dari 0,05). Hal ini berarti juga bahwa jika kesadaran merek atas suatu merek produk akan memiliki peranan dalam membantu konsumen memutuskan cara memperoleh manfaat atau

2. Pernyataan hipotesis kedua (H 2 ) dapat diterima, maka asosiasi merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap Minat beli. Melihat pentingnya tingkat pengaruh asosiasi merek terhadap ekuitas merek, maka diharapkan perusahaan untuk lebih aktif lagi memperkuat asosiasi mereknya, mengingat bahwa asosiasi merek dapat digunakan untuk mengukur kekuatan dari manfaat yang ditawarkan merek, yang pada akhirnya mengukur seberapa bernilai produk tersebut. Kondisi tersebut dapat dilihat dari koefisien variabel kualitas produk yang bernilai 0,256 serta angka signifikansi sebesar 0,004 (kurang dari 0,05). Hal ini berarti juga bahwa jika kualitas produk semakin tinggi, maka akan mengakibatkan semakin tinggi kesediaan konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk. Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Lindawati (2005) yang menyebutkan bahwa kepercayaan konsumen terhadap kualitas produk akan dapat membantu mereka untuk mempertimbangkan produk mana yang akan mereka beli. Kemudian mendukung pula hasil penelitian Bimananta (2005) dimana kualitas produk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Jadi disini disebutkan bahwa kualitas suatu produk yang 2. Pernyataan hipotesis kedua (H 2 ) dapat diterima, maka asosiasi merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap Minat beli. Melihat pentingnya tingkat pengaruh asosiasi merek terhadap ekuitas merek, maka diharapkan perusahaan untuk lebih aktif lagi memperkuat asosiasi mereknya, mengingat bahwa asosiasi merek dapat digunakan untuk mengukur kekuatan dari manfaat yang ditawarkan merek, yang pada akhirnya mengukur seberapa bernilai produk tersebut. Kondisi tersebut dapat dilihat dari koefisien variabel kualitas produk yang bernilai 0,256 serta angka signifikansi sebesar 0,004 (kurang dari 0,05). Hal ini berarti juga bahwa jika kualitas produk semakin tinggi, maka akan mengakibatkan semakin tinggi kesediaan konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk. Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Lindawati (2005) yang menyebutkan bahwa kepercayaan konsumen terhadap kualitas produk akan dapat membantu mereka untuk mempertimbangkan produk mana yang akan mereka beli. Kemudian mendukung pula hasil penelitian Bimananta (2005) dimana kualitas produk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Jadi disini disebutkan bahwa kualitas suatu produk yang

3. Pernyataan hipotesis ketiga (H 3 ) dapat diterima, maka Persepsi Kualitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Minat Beli. Kondisi tersebut dapat dilihat dari koefisien variabel harga yang bernilai 0,247 serta angka signifikansi sebesar 0,003 (kurang dari 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa penilaian yang baik mengenai kulaitas produk yang sesuai dengan tingkat keingininan konsumen akan mendorong konsumen untuk berminat melakukan pembelian produk tersebut. Hasil ini menjelaskan bahwa pada umumnya

uangnya akan memperhitungkan kualitas yang akan didapat dari uang yang dikeluarkannya. Peningkatan keputusan dan pilihan dalam proses pembelian dilihat dari sisi merek produk berarti meningkatkan ekuitas merek dari produk tersebut. Jadi penelitian ini memperkuat penelitian yang dilakukan Harianto (2006), yaitu penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perceived quality dan dampaknya terhadap brand equity.

4. Pernyataan hipotesis keempat (H 4 ) dapat diterima, karena menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan variabel brand loyalty terhadap brand equity. Hasil ini menunjukkan bahwa loyalitas yang besar dari seseorang terhadap merek akan menciptakan keinginan untuk selalu menggunakan merek tersebut. Hal ini dipandang dari sisi produk, akan meningkatkan kekayaan nilai dari produk tersebut di mata konsumen yang berarti ekuitas merek produk tersebut mangalami peningkatan.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang pengaruh brand awareness, brand associations, perceived quality dan brand loyalty terhadap minat beli telepon seluler Nokia pada 100 responden di Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Persamaan regresi yang diperoleh: Y = 0,325 X 1 + 0,187 X 2 + 0,247 X 3 + 0,255 X 4 Keterangan : Y = minat beli

X 1 = brand awareness

X 2 = brand associations

X 3 = perceived quality

X 4 = brand loyalty

2. Hipotesis pertama (H 1 ) yang menyatakan bahwa brand awareness berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli telepon seluler Nokia terbukti kebenarannya. Hal ini dapat dilihat pada hasil analisis regresi berganda yang menunjukkan besarnya pengaruh brand

awareness (X 1 ) sebesar 0,325 terhadap minat beli (Y) dan nilai t hitung sebesar 3,824 dengan tingkat signifikansi 0,000.

3. Hipotesis kedua (H 2 ) yang menyatakan bahwa brand associations berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli telepon seluler Nokia terbukti kebenarannya. Hal ini dapat dilihat pada hasil analisis regresi berganda yang menunjukkan besarnya pengaruh brand

associations (X 2 ) sebesar 0,187 terhadap minat beli (Y) dan nilai t hitung sebesar 2,411 dengan tingkat signifikansi 0,018.

4. Hipotesis ketiga (H 3 ) yang menyatakan bahwa perceived quality berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli telepon seluler Nokia terbukti kebenarannya. Hal ini dapat dilihat pada hasil analisis regresi berganda yang menunjukkan besarnya pengaruh perceived

quality (X 3 ) sebesar 0,247 terhadap minat beli (Y) dan nilai t hitung sebesar 2,998 dengan tingkat signifikansi 0,003.

5. Hipotesis keempat (H 4 ) yang menyatakan bahwa brand loyalty berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli telepon seluler Nokia terbukti kebenarannya. Hal ini dapat dilihat pada hasil analisis regresi berganda yang menunjukkan besarnya pengaruh brand loyalty

(X 4 ) sebesar 0,255 terhadap minat beli (Y) dan nilai t hitung sebesar 3,336 dengan tingkat signifikansi 0,001.

6. Penelitian ini memenuhi syarat reliabilitas, validitas dan normalitas.

7. Tidak terjadi multikolinearitas dan heteroskedastisitas.

8. Variabel brand awareness, brand associations, perceived quality dan brand loyalty layak digunakan sebagai model, karena telah lolos dalam uji F dengan signifikansi 0,000 dimana tingkat signifikansi maksimal 8. Variabel brand awareness, brand associations, perceived quality dan brand loyalty layak digunakan sebagai model, karena telah lolos dalam uji F dengan signifikansi 0,000 dimana tingkat signifikansi maksimal

9. Nilai koefisien determinasi ( ) pada adjusted adalah sebesar 0,537 yang artinya 53,7% variabel Minat Beli dapat dijelaskan oleh variabel brand awareness, brand associations, perceived quality, dan brand loyalty sedangkan sisanya sebesar 46,3% dijelaskan oleh faktor lain diluar model.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat diberikan kepada produsen telepon seluler Nokia sebagai berikut:

1. Variabel brand awareness memberikan pengaruh terbesar terhadap minat beli, oleh karena itu produsen diharapkan untuk terus menjadikan Nokia sebagai top of mind yaitu merek yang pertama diingat ketika konsumen ingin membeli telepon seluler. Cara yang paling efektif adalah melalui periklanan yang intensif melalui media massa, salah satunya lewat televisi sebagai media yang paling efektif. Disamping itu Nokia perlu meningkatkan promosi lainnya salah satunya dengan mengadakan event-event yang menyedot perhatian masyarakat, melakukan launching tiap produk barunya agar masyarakat lebih mengenal perkembangan produk-produk Nokia, dan juga lebih meningkatkan lagi CSR perusahaan mereka.

2. Nokia diharapkan selalu berusaha untuk menetapkan dan mempertahankan standar kualitas yang tinggi, mengingat semakin tingginya ekspektasi konsumen terhadap produk- produk elektronik seperti telepon seluler, dan semakin ketatnya persaingan. Salah satu caranya dengan semakin memperlengkap fitur-fitur yang terdapat dalam setiap produk Nokia, termasuk pada produk low-end agar masyarakat menengah kebawah bisa menikmati kemajuan tekhnologi yang dimiliki Nokia. Selain itu Nokia diharapkan tetap mempertahankan ciri khas produknya yaitu kemudahan pengoperasian telepon seluler.

3. Nokia harus lebih inovatif dalam mengusahakan para konsumennya menjadi commited buyer, loyal, dan memiliki kebanggaan dalam menggunkan produk-produk Nokia. Salah satunya dengan menghadirkan ke pasar produk yang berbeda dengan merek lainnya dan semakin meningkatkan costumer servicenya. Selain itu Nokia bisa membuat semacam member card bagi para konsumennya, dan memberi berbagai kemudahan bagi pemegang member card tersebut.