6 Kebutuhan Kognitif
Tabel 4.6 Kebutuhan Kognitif
Sub Alternatif Jawaban Pernyataan
Skor Variabel
X1. 1 5 12 11 7 1 121 Kebutuhan
Berdasarkan tabel 4.6 di atas terlihat bahwa dari 36 Ibu menyusui, sebagian besar responden menjawab sesuai yaitu sebesar 43,06%, selanjutnya diikuti dengan menjawab cukup sesuai yaitu sebesar 20,83%, menjawab sangat sesuai yaitu sebesar 19,44%, menjawab tidak sesuai yaitu sebesar 15,28% dan menjawab sangat tidak sesuai sebesar 1,39%.
Setelah diperhatikan dari tabel 4.6 pada halaman 74, terlihat bahwa skor Setelah diperhatikan dari tabel 4.6 pada halaman 74, terlihat bahwa skor
1, maka :
a. Skor minimum
: 1 x 2 x 36 = 72
b. Skor maksimum
: 5 x 2 x 36 = 360
c. Range
d. Panjang Interval
Interval kategori untuk skor jawaban indikator dari sub variabel Kebutuhan Kognitif adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1 Garis Kontinom Kebutuhan Kognitif
Sesuai Sangat Kurang
Data pada garis kontinom di atas menunjukkan bahwa sub variable kebutuhan kognitif berada pada kategori sesuai. Dengan demikian, nampak bahwa sebagian besar responden menilai sub variabel tersebut dengan kategori sesuai. Hal ini nampak pada persepsi 36 Ibu menyusui yang setelah dianalisis mencapai 262.
Berdasarkan pada data garis kontinom pada halaman 75, jawaban responden terhadap pertanyaan “Apakah informasi yang disampaikan oleh para petugas kesehatan dalam program perbaikan gizi: ASI Eksklusif di Puskesmas Pekan Kamis Kabupaten Agam Sumatera Barat dapat memenuhi kebutuhan informasi kognitif ibu menyusui?” yang menjawab sesuai yaitu sebesar 43,06%. Dengan demikian, mayoritas responden adalah menjawab setuju.
Dari data pada halaman 75 bahwa pada umumnya mayoritas responden menjawab kebutuhan kognitif adalah untuk menambah pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap informasi kesehatan yang telah disampaikan oleh petugas kesehatan. Ketika seseorang mengikuti program penyuluhan ini maka dapat disimpulkan bahwa mereka butuh informasi kesehatan yang berguna untuk memenuhi kebutuhan kognitif mereka yang dapat memperkuat pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap informasi kesehatan bayi dan ibu menyusui.
Kebutuhan informasi kognitif berkaitan dengan penambahan pengetahuan seseorang terhadap suatu hal. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini dapat terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini dapat terjadi melalui panca indera manusi, yaitu melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan melalui raba.
Pengetahuan seseorang masalah gizi diperoleh dari pengalaman empiris dan dijadikan sebagai salah satu pertimbangan seseorang dalam menyediakan, mengolah serta menyajikan makanan untuk dirinya sendiri maupun oranglain.
Berdasarkan pada sebuah penelitian yang dilakukan Bart (1994), dapat dikatakan bahwa perilaku yang dilakukan atas dasar pengetahuan akan lebih bertahan dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Jadi pengetahuan tersebut merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan agar masyarakat dapat mengetahui mengapa mereka harus melakukan sutu tindakan sehingga perilaku masyarakat dapat lebih mudah untuk diubah ke arah yang lebih baik. Pengukuran pengetahuan tersebut dapat dilakukan dengan wawancara menanyakan suatu hal yang akan diukur kepada peserta penyuluhan mengenai pengetahuan mereka tentang pemberian ASI eksklusif. (Notoatmodjo 1997 dalam Emilia 2008)
Salah satu cara untuk dapat menambah pengetahuan ibu mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi adalah melalui pendidikan. Pendidikan yang diberikan dapat berupapa pendidikan yang dilakukan melalui jalur formal, non formal, ataupun informal. Salah satu bentuk pemberian informasi mengenai ASI eksklusif kepada ibu adalah dengan kegiatan penyuluhan gizi. Penyuluhan gizi menurut Depkes (2001) merupakan suatu proses perubahan perilaku yang diberikan diluar bangku sekolah (non formal) dan dimaksudkan agar dapat terjadi perubahan perilaku pada diri sasaran, sehingga meraka dapat mengetahui dan mau serta mampu menggunakan atau memberikan jenis-jenis pangan bergizi dalam konsumsi sehari-hari.
Informasi yang diberikan dalam kegiatan penyuluhan kepada ibu Informasi yang diberikan dalam kegiatan penyuluhan kepada ibu
Informasi yang disampaikan dalam memenuhi kebutuhan informasi kognitif haruslah informasi yang memenuhi persyaratan agar informasi tersebut dapat dipahami dengan baik oleh orang lain sehingga dapat menambah pengetahuan serta informasi mereka. Syarat informasi dalam jenis informasi menurut Sutabri adalah sebagai berikut:
a. Informasi yang tepat waktu
Informasi yang tepat waktu maksudnya disini adalah informasi yang dibutuhkan sudah ada ditangan sebelum pengambilan keputusan. Informasi merupakan bahan pertimbangan untuk pengambilan suatu
keputusan.
b. Informasi yang relevan
Seseorang yang menyampaikan suatu informasi sebaiknya harus relevan yang ada kaitannya dengan si penerima sehingga informasi yang disampaikan tersebut mendapat respons dan perhatian dari si penerima.
c. Informasi yang bernilai
Informasi yang bernilai merupakan informasi yang memiliki nilai dan berharga untuk pengambilan suatu keputusan. Dimana informasi tersebut diperoleh dari pertimbangan yang paling kecil resikonya.
d. Informasi yang dapat dipercaya
Suatu informasi haruslah dapat dipercaya (realiable). Informasi yang disampaikan tersebut baik untuk seseorang maupun kelompok haruslah betul-betul diyakini kebenarannya. (Sutabri 2003)
Jadi dapat diketahui bahwa untuk menjadi informasi tersebut dapat memenuhi kebutuhan kognitif, maka informasi yang disampaikan tersebut haruslah memenuhi persyaratan informasi sehingga penerima akan dapat menambah pengetahuan serta lebih memahami informasi yang telah disampaikan.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan kognitif informasi seseorang adalah dengan memberikan informasi yang sesuai dengan waktunya, relevan, memiliki nilai dan yang sangat penting adalah informasi tersebut dapat dipercaya. Sehingga informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan dapat menambah pengetahuan ibu-ibu menyusui yang datang pada kegiatan penyuluhan perbaikan gizi: ASI eksklusif di puskesmas.