19 Kebutuhan Berkhayal

Tabel 4.19 Kebutuhan Berkhayal

Sub

Alternatif Jawaban

Pernyataan Skor Variabel

Berdasarkan tabel 4.19 diatas terlihat bahwa dari 36 Ibu menyusui, Berdasarkan tabel 4.19 diatas terlihat bahwa dari 36 Ibu menyusui,

Dari tabel 4.19 pada halaman 103, terlihat bahwa skor jawaban indikator Kebutuhan Berkhayal sebesar 446 untuk 3 indikator yang diberikan, nilai tertinggi diberi skor 5 dan nilai terendah diberi skor 1, maka :

a. Skor minimum

: 1 x 3 x 36 = 108

b. Skor maksimum

: 5 x 3 x 36 = 540

c. Range

d. Panjang Interval

Interval kategori untuk skor jawaban indikator dari sub variabel Kebutuhan berkhayal adalah sebagai berikut :

Gambar 4.5 Garis Kontinom Kebutuhan Berkhayal

Sesuai Sangat Kurang

Sangat

Kurang

Sedang

Sesuai

Data pada garis kontinom pada halaman 104 menunjukkan bahwa sub variable kebutuhan Berkhayal berada pada kategori baik. Dengan demikian, nampak bahwa sebagian besar responden menilai sub variabel tersebut dengan kategori sesuai. Hal ini nampak pada persepsi 36 Ibu menyusui yang setelah dianalisis mencapai 446.

Berdasarkan data pada garis kontinom pada halaman 106, jawaban responden terhadap pertanyaan “Apakah informasi yang disampaikan oleh para petugas kesehatan dalam program perbaikan gizi: ASI Eksklusif di Puskesmas Pekan Kamis Kabupaten Agam Sumatera Barat dapat memenuhi kebutuhan informasi berkhayal ibu menyusui?” yang menjawab setuju yaitu sebesar 59,26%. Dengan demikian, mayoritas responden adalah menjawab setuju.

Kebutuhan berkhayal adalah kebutuhan informasi yang berkaitan dengan keinginan atau hasrat seseorang untuk melepaskan diri dari rasa ketegangan dan juga membutuhkan hiburan sehingga dapat melepas beban pikiran yang ada. Seorang ibu menyusui juga membutuhkan informasi berkhayal dimana informasi dapat berguna untuk melepaskan diri dari ketegangan dan kesibukan pekerjaan sehari-hari.

Mengikuti kegiatan penyuluhan di puskesmas juga dapat memenuhi kebutuhan informasi berkhayal ibu menyusui karena di puskesmas mereka mendapatkan berbagai informasi yang mereka butuhkan. “Menurut Estabrook (1977) informasi merupakan suatu rekaman fenomena yang diamati, atau bisa Mengikuti kegiatan penyuluhan di puskesmas juga dapat memenuhi kebutuhan informasi berkhayal ibu menyusui karena di puskesmas mereka mendapatkan berbagai informasi yang mereka butuhkan. “Menurut Estabrook (1977) informasi merupakan suatu rekaman fenomena yang diamati, atau bisa

Informasi mengenai Air Susu Ibu (ASI) merupakan salah satu informasi penting yang disampaikan dalam program penyuluhan perbaikan gizi: ASI Eksklusif di puskesmas. Air susu ibu sangat direkomendasikan diberikan kepada bayi oleh dokter maupun petugas kesehatan di rumah sakit, tempat bersalin, serta puskesmas karena dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.

Air susu ibu diproduksi melalui dua hormon yakni prolaktin dan oksitosin yang memegang peranan penting dalam memproduksi dab pengeluaran air susu (pengaliran). Bayi yang menyusui akan merangsang kelenjar hipofisis anterior yang terletak di otak untuk melepaskan prolaktin ke dalam aliran darah sang ibu. Prolaktin menyebabkan sel-sel pada alveoli menarik air dan nutrien dari darah untuk memproduksi susu. Oksitosin dilepaskan ke dalam aliran darah oleh kelenjar hipofisis posterior sebegai respons terhadap isapan bayi dan tangisan maupun rengekan bayi, bahkan mendengar bayi terbangun sekalipun dapat membuat kelenjar melepas hormon tersebut. oksitosin juga menyebabkan otot- otot kecil disekitas sel-sel penghasil susu berkontraksi dan mengeluarkan susu. Dan juga menyebabkan duktus melebar dan memendek sehingga memungkinkan air susu mengalir keluar. Proses ini dapat disebut dengan refleks let-down. (Bobak

Maka dapat disimpulkan bahwa seorang ibu menyusui sangat membutuhkan informasi mengenai pentingnya memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka agar bayi dapat tumbuh sehat. Agar informasi kebutuhan informasi ini dapat tersampaikan kepada ibu menyusui, maka mereka dianjurkan untuk mengikuti program penyuluhan yang diadakan baik itu di rumah sakit, puskesmas, maupun posyandu yang ada disekitarnya. Selain itu dengan mengikuti program penyuluhan, ibu menyusui juga dapat memenuhi kebutuhan informasi berkhayal karena mereka akan mendapatkan berbagai informasi kesehatan yang dapat menimbulkan rasa senang dan dapat melepas ketegangan dan kesibukan mereka sehari-hari dengan berbagi informasi dengan para petugas kesehatan maupun para pengunjung penyuluhan lainnya.

Maka dapat diketahui bahwa lebih dari setengah responden menjawab setuju bahwa program penyuluhan ASI eksklusif ini dapat memenuhi kebutuhan berkhayal mereka. Karena melalui program penyuluhan ini mereka mendapatkan informasi yang mereka butuhkan sehingga membuat perasaan mereka lega dan senang dimana perasaan ini akan menimbulkan rasa rileks didalam diri mereka masing-masing. Dengan mengikuti program penyuluhan ini mereka dapat melepaskan ketegangan dari pekerjaan di kantor maupun di rumah yang banyak menyita waktu mereka. Sehingga dengan mengikuti program penyuluhan ini mereka dapat berkomunikasi, bercengkrama, berbagi informasi, serta berdebat mengenai suatu hal dengan sesama.

Setelah melalui beberapa tahapan-tahapan penelitian menganalisa, penjabaran serta menggambarkan penelitian mengenai tanggapan kebutuhan informasi kesehatan dari ibu menyusui pada program “perbaikan gizi: ASI eksklusif” di puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Informasi yang disampaikan oleh petugas kesehatan pada program perbaikan gizi: ASI Eksklusif di puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat dalam memenuhi kebutuhan kognitif ibu menyusui sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari pengetahuan peserta penyuluhan mengenai manfaat ASI Eksklusif sudah baik karena informasi yang diberikan dapat menambah pengetahuan serta pemahaman ibu menyusui mengenai pentingnya ASI Eksklusif bagi bayi.

2. Informasi yang disampaikan oleh petugas kesehatan pada program perbaikan gizi: ASI Eksklusif di puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat dalam memenuhi kebutuhan afektif ibu menyusui sudah sangat baik karena dengan mengikuti program penyuluhan mereka yang telah mendapatkan informasi dan pengetahuan merasa senang dan memiliki

3. Informasi yang disampaikan oleh petugas kesehatan pada program perbaikan gizi: ASI Eksklusif di puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat dalam memenuhi kebutuhan integrasi personal sudah sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari kepercayaan para ibu terhadap informasi yang disampaikan oleh para petugas kesehatan. Mereka percaya bahwa informasi yang diberikan tersebut penting dan bermanfaat sehingga para ibu setuju untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.

4. Informasi yang disampaikan oleh petugas kesehatan pada program perbaikan gizi: ASI Eksklusif di puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat dalam memenuhi kebutuhan integrasi sosial sudah baik. Hal ini dapat ditunjukkan melalui hubungan yang terjalin antar para ibu yang mengikuti program penyuluhan. Selain mendapatkan informasi yang berharga, para ibu juga dapat untuk saling menjalin tali silaturahmi antar mereka sehingga mereka dapat bertukar informasi mengenai pentingnya mengikuti program penyuluhan tersebut.

5. Informasi yang disampaikan oleh petugas kesehatan pada program perbaikan gizi: ASI Eksklusif di puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat dalam memenuhi kebutuhan berkhayal sudah baik karena dengan mengikuti program penyuluhan ini para ibu yang belum begitu memahami mengenai pentingnya memberikan ASI eksklusif akan menjadi paham dan mengerti sehingga membuat mereka lebih rileks jika

Setelah melihat hasil penelitian ini dengan hasil observasi ke lapangan serta menggabungkannya dengan teori maka dapat disimpulkan bahwa tanggapan ibu menyusui terhadap pemenuhan kebutuhan informasi mereka sudah baik.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis akan memberikan saran kepada petugas kesehatan di Puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat agar program perbaikan gizi: ASI Eksklusif ini dapat terus berjalan dan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di puskesmas, yaitu sebagai berikut:

1. Walapun pengetahuan ibu menyusui mengenai pentingnya memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sudah baik sehingga hal ini harus dipertahankan oleh petugas kesehatan agar informasi yang disampaikan dapat berguna dengan sebaiknya. Petugas kesehatan dapat lebih mendekatkan diri dengan memberikan perhatian dan memperkuat hubungan interpersonal diantara keduanya yakni ibu menyusui dan petugas kesehatan di puskesmas.

2. Dalam memenuhi kebutuhan informasi afektif ibu menyusui yang datang pada penyuluhan ASI eksklusif ke puskesmas sudah baik. Hal ini dapat terlihat dari perhatian petugas kesehatan dalam mengendalikan keadaan 2. Dalam memenuhi kebutuhan informasi afektif ibu menyusui yang datang pada penyuluhan ASI eksklusif ke puskesmas sudah baik. Hal ini dapat terlihat dari perhatian petugas kesehatan dalam mengendalikan keadaan

3. Dalam hal ini petugas kesehatan dalam penyampaian informasi tentang ASI eksklusif dalam kegiatan penyuluhan sudah sangat baik dan agar dapat dipertahankan. Hal ini dapat terlihat dari kepercayaan dari ibu menyusui terhadap informasi yang disampaikan sangatlah penting agar mereka dapat menerima informasi tersebut dengan baik dan melaksanakannya sesuai dengan yang disampaikan petugas kesehatan pada saat penyuluhan.

4. Mengkomunikasikan informasi yang disampaikan dengan baik kepada ibu menyusui dalam kegiatan penyuluhan merupakan suatu hal yang sudah dilakukan dengan baik oleh petugas kesehatan di puskesmas. Jika informasi yang disampaikan dengan baik dan ibu menyusui diberi pengarahan yang baik maka akan menimbulkan feedback yang baik dari peserta penyuluhan dimana hal ini akan memudahkan petugas kesehatan dalam mencapai tujuan dari diadakannya kegiatan penyuluhan tersebut.

5. Dilihat dari pemenuhan kebutuhan berkhayal ibu menyusui dalam kegiatan penyuluhan ini sudah baik sehingga dapat ditingkatkan lagi dengan menciptakan metode-metode baru dalam menyampaikan informasi yang diberikan agar tercapainya tujuan dari kegiatan

Misalnya saja dengan menggunakan alat bantu, memberikan brosur, serta menampilkan video mengenai ASI sehingga dapat menimbulkan rasa senang dan nyaman dari seseorang terhadap suatu hal yang dijalaninya dalam hal ini merupakan rasa nyaman peserta penyuluhan terhadap kegiatan tersebut yang harus diperhatikan. Jika petugas kesehatan sudah dapat membuat peserta penyuluhan nyaman dan senang terhadap kegiatan penyuluhan maka peserta akan mudah dalam menerima informasi yang disampaikan sehingga dapat melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.