Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana

penguat mungkin berasal dari perawat, dokter, pasien lain, dan keluarga. Apakah penguat ini positif ataukah negatif bergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang berkaitan, yang sebagian diantaranya lebih kuat daripada yang lain dalam mempengaruhi perilaku. 32

C. Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana

Keterlibatan pria didefinisikan sebagai partisipasi dalam proses pengambilan keputusan KB, pengetahuan pria tentang KB dan penggunaan kontrasepsi pria. 46 Keterlibatan pria dalam KB diwujudkan melalui perannya berupa dukungan terhadap KB dan penggunaan alat kontrasepsi serta merencanakan jumlah keluarga. Untuk merealisasikan tujuan terciptanya Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. 47 Partisipasi pria dalam Keluarga Berencana adalah tanggung jawab pria dalam kesertaan ber-KB, serta berperilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, pasangan atau keluarganya. 40 Dari beberapa literatur, dinyatakan bahwa keterlibatan pria dalam program KB dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung. Penggunaan metode kontrasepsi pria merupakan satu bentuk partisipasi pria secara langsung, sedangkan keterlibatan pria secara tidak langsung misalnya pria memiliki sikap yang lebih positif dan membuat keputusan yag lebih baik berdasarkan sikap dan persepsi, serta pengetahuan yang dimilikinya. 50 Menurut BKKBN 2005, bentuk partisipasi pria dalam Keluarga Berencana dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, antara lain : 40 1. Partisipasi pria secara langsung adalah sebagai peserta KB Pria menggunakan salah satu cara atau metode pencegahan kehamilan, seperti : a Kontrasepsi kondom b Vasektomi kontap pria c Metode Sanggama Terputus d Metode Pantang Berkalasistem kalender 2. Partisipasi pria secara tidak langsung adalah: a Mendukung dalam ber-KB Apabila disepakati istri yang akan ber-KB peran suami adalah mendukung dan memberikan kebebasan kepada istri untuk menggunakan kontrasepsi atau carametode KB. Dukungan tersebut meliputi : 1 Memilih kontrasepsi yang cocok yaitu kontrasepsi yang sesuai dengan keinginan dan kondisi istrinya 2 Membantu istrinya dalam menggunakan kontrasepsi secara benar, seperti mengingatkan saat minum pil KB, dan mengingatkan istri untuk kontrol 3 Membantu mencari pertolongan bila terjadi efek samping maupun komplikasi dari pemakaian alat kontrasepsi 4 Mengantarkan istri ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk kontrol atau rujukan 5 Mencari alternatif lain bila kontrasepsi yang digunakan saat ini terbukti tidak memuaskan 6 Membantu menghitung waktu subur, apabila menggunakan metode pantang berkala 7 Menggantikan pemakaian kontrasepsi bila keadaan kesehatan istri tidak memungkinkan. b Sebagai Motivator Selain sebagai peserta KB, suami juga dapat berperan sebagai motivator, yang dapat berperan aktif memberikan motivasi kepada anggota keluarga atau saudaranya yang sudah berkeluarga dan masyarakat disekitarnya untuk menjadi peserta KB, dengan menggunakan salah satu kontrasepsi. Untuk memotivasi orang lain, maka seyogyanya dia sendiri harus sudah menjadi peserta KB, karena keteladanan sangat dibutuhkan untuk menjadi seorang motivator yang baik. c Merencanakan Jumlah Anak Merencanakan jumlah anak dalam keluarga perlu dibicarakan antara suami dan istri dengan mempertimbangkan kesehatan dan kemampuan untuk memberikan pendidikan dan kehidupan yang layak. Dalam kaitan ini suami perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan 4 terlalu, yaitu : 1 Terlalu muda untuk hamil atau melahirkan 2 Terlalu tua untuk melahirkan 3 Terlalu sering melahirkan 4 Terlalu dekat jarak antara kehamilan sebelumnya dengan kehamilan berikutnya. Merencanakan jumlah anak dalam keluarga dapat dilakukan dengan memperhatikan usia reproduksi istri, yaitu : 1 Masa menunda kehamilan bagi pasangan yang istrinya berumur di bawah 20 tahun a Kontrasepsi yang digunakan harus bersifat : 1 Reversibilitas tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin hampir 100, karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak. 2 Efektifitas tinggi, artinya tingkat kegagalan pada pemakaian alat kontrasepsi ini kecil sekali, kegagalan akan menyebabkan terjadinya kehamilan. 3 Metode kontrasepsi yang sesuai adalah : kondom, cara atau metode KB alamiah, dan pil KB. 2 Masa mengatur jarak kelahiran untuk usia istri 20-30 tahun a Penggunaan kontrasepsi dimaksudkan untuk mengatur jarak kelahiran anak berikutnya. Pada masa ini diperlukan kontrasepsi yang mempunyai ciri, sebagai berikut : 1 Efektifitas tinggi 2 Reversibilitas tinggi karena peserta KB masih mengharapkan punya anak lagi 3 Dapat dipakai selama 3-4 tahun, yaitu sesuai dengan jarak kehamilan yang telah direncanakan 4 Tidak menghambat Air Susu Ibu ASI karena ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi sampai umur 2 tahun. b Metode kontrasepsi yang sesuai adalah : IUD, Implant, Suntik KB, Kondom, Pil KB, Cara KB alamiah. 3 Masa mengakhiri kehamilan untuk usia istri di atas 30 tahun Pada masa ini diperlukan penggunaan kontrasepsi yang bertujuan untuk mengakhiri kehamilan sehingga pasangan dapat memperpanjang tahun madu sampai wanita pasangannya mengakhiri masa reproduksi atau menopause. Sedangkan bagi pasangan yang istrinya berusia di atas 30 tahun yang ingin mempunyai anak harus mempersiapkan secara matang kehamilannya serta mempertimbangkan beberapa resiko yang mungkin dapat terjadi dalam kehamilan, antara lain kematian ibu dan bayinya. a Pada masa ini diperlukan kontrasepsi yang mempunyai ciri sebagai berikut : 1 Efektifitas tinggi 2 Dapat dipakai untuk jangka panjang 3 Tidak membahayakan kesehatan, karena kelainan pada usia tua seperti penyakit jantung, darah tinggi, dan sebagainya. Oleh karena itu sebaiknya tidak diberikan kontrasepsi yang dapat membahayakan kesehatannya. b Metode kontrasepsi yang disarankan adalah : kontrasepsi mantap MOP atau MOW, IUD, Implant, Suntik KB, Pil KB, Kondom, Metode KB Alamiah. 40 D. Kerangka Teori Faktor predisposisi : ¾ pengetahuan terhadap KB ¾ sikap terhadap KB ¾ keyakinan ¾ nilai anak dan keinginan memilikinya ¾ persepsi terhadap KB ¾ faktor demografi umur, pendidikan, jumlah anak, pendapatan ¾ sosial budaya terhadap KB Faktor pemungkin : ¾ program pembangunan ¾ faktor persediaan KB ¾ Akses pelayanan KB ¾ Kualitas pelayanan KB Faktor penguat : ¾ sikap dan perilaku tokoh masyarakat dan agama ¾ sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Pemanfaatan pelayanan Permintaan KB Variabel intermediate lain Partisipasi pria dalam KB : ¾ secara langsung ¾ secara tidak langsung Gambar 2.3 Kerangka teori faktor - faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi pria dalam KB. Modifikasi dari Bertrand 1994, Green 1991, BKKBN 2007. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel Penelitian