10. Hubungan Sosial Budaya terhadap KB terhadap KB dengan
Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana
Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Hubungan Budaya terhadap KB dengan Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana di kecamatan Selo
kabupaten Boyolali Tahun 2008 Partisipasi pria dalam KB
Sosial budaya
Tidak menggunakan
alat kontrasepsi Menggunakan alat
kontrasepsi Total
Tidak mendukung
84.0 10.0 94.0
89.4 10.6
100.0 Mendukung 76.0
24.0 100.0
76.0 24.0
100.0 p value = 0.024
Berdasarkan tabel 4.17 nampak bahwa pada responden yang tidak menggunakan alat kontrasepsi proporsi budaya yang tidak
mendukung 89.4 lebih besar daripada dengan budaya yang mendukung 76.0. Pada responden yang menggunakan alat
kontrasepsi proporsi budaya yang mendukung 24.0 lebih besar daripada budaya yang tidak mendukung 10.6. Untuk mengetahui
adanya hubungan antara Sosial Budaya terhadap KB dengan Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana, maka dapat dianalisis
dengan menggunakan uji Chi-Square test
diperoleh nilai p value sebesar 0.024 p 0.05 yang berarti ada hubungan yang bermakna
antara Sosial Budaya terhadap KB dengan Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana.
Penelitian di atas didukung oleh penelitian Wijayanti 2004 bahwa semua responden menyatakan MOP belum membudaya atau
belum umum dilakukan oleh laki-laki di desa Timpik kecamatan Susukan kabupaten Semarang.
17
Kondisi sosial budaya masyarakat yang
patrilinial yang memungkinkan kaum perempuan berada dalam
sub ordinasi menyebabkan pengambilan keputusan dalam KB didominasi oleh kaum pria.
59
Menurut Dharmalingam dan Philip Morgan 1996 budaya dominasi laki - laki budaya
patriarkhi didasari
oleh kekuatan dan kekuasaan materi.
60
Di daerah pedesaan anak mempunyai nilai yang tinggi bagi keluarga. Anak dapat memberikan kebahagiaan kepada orang tuanya
selain itu akan merupakan jaminan di hari tua dan dapat membantu ekonomi keluarga, banyak masyarakat di desa di Indonesia yang
berpandangan bahwa banyak anak banyak rejeki. Dari Penelitian Mohamad Koesnoe di daerah Tengger, petani yang mempunyai tanah
luas akan mencari anak angkat sebagai tambahan tenaga kerja. Studi lain yang dilakukan oleh proyek VOC
Value Of Children menemukan
bahwa keluarga-keluarga yang tinggal di pedesaan Taiwan, Philipina, Thailand mempunyai anak yang banyak dengan alasan bahwa anak
memberikan keuntungan ekonomi dan rasa aman bagi keluarganya.
41
11. Hubungan Akses Pelayanan KB dengan Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana