Hukum Pertama Termodinamika
Bagian 4. Hukum Pertama Termodinamika
Malam ini terasa sunyi dengan hujan yang turun dengan derasnya. “Uh, bosan belajar ”, ucap Nanung. “SMS Ferisa ah, godain dia dikit”. “Fer dikosantmu juga hujan? ”. “Iya hujan, aku gak enak badan nih”. Nanung segera melompat dari kasur kostannya. Terlihat Huda sedang merapikan buku yang telah dia baca. “Hud, Ferisa sakit ”. “Sakit apa?”. “Aku keluar dulu beliin obat sama makan malam”. Huda tampak bengong. Terdengar suara deru motor dari parkiran kostan dan Nanung pun menghilang dilebatnya hujan. “Bro jas hujannya”, teriak Huda, tetapi sudah terlambat Nanung keburu menghilang. “Weh main ngepot aja tuh anak gerutu Huda ”. “Emang sakit apa sih Ferisa, aku SMS Ferisa aja ah”. “Sakit apa Fer?”. “Tau dari Nanung ya, cuma meriang aja kok Hud, biasa perubahan cuaca”. “Weh
Nanung kok khawatir banget ya dia, dia kekostanmu mau beliin obat dan makan malam katanya ”. “Ih masak sih Hud?”. “Tunggu aja didepan kostanmu pasti dia dating”. “Aku loh gak nyuruh Hud?”. “Mulai perhatian dia kayaknya ke kamu, jangan-jangan dia suka kamu Fer ”. Hihihi… “Ih kamu Hud, ada-ada aja”. Segera Ferisa mengirim pesan ke Nanung. “Gak usah Nung aku gak apa-apa kok”. Suara HP bergetar disebelah huda. “Wah gak dibawa tuh hp nih anak”. Terlihat pesan dari Ferisa, Huda pun terpaksa membalasnya. “Aku Huda Fer, percuma HP’nya gak dibawa. Udah tungguin aja dikostanmu. Jangan sia-siain perhatiannya ”. wkwkwkwk
Di kediaman Ferisa. “Fer ini obat sama makan malam”. “Nanung kan hujan apotik loh tuh didepan kostan, makan kan tinggal titip teman ”. “Kamu kok sampek segitunya rela ujan-ujanan ”. “Tuh basah kayak gini”. “Ya udah Fer aku pulang”. “Loh gak nunggu hujannya reda, bajumu basah gitu”. “Sekalian basah Fer, dah ya, keburu malem ”. “Makasih banyak ya. Iya cepet sembuh Fer”. Temen kostan Ferisa nyeletuk, “cie yang dapat perhatian lagi sakit dibeliin obat sama makan malam’. Ferisa senyum, “udahlah dia cuma temen”. “Dia juga cuek tuh ke aku”. “Tapi mbak cinta dia ah ”. “Udah tidur sana anak kecil”. Hahaha
Sampai dikosan Nanung menggigil kedinginan Huda pun ngejek. “Ah perhatian banget ”. “Kostan Ferisa kan dekat apotik, kenapa kamu tiba-tiba perhatian gitu? ”. “Kamu suka dia ya Nung? Tanya Huda penasaran”. “Udahlah aku cuma khawatir ” jawab Nanung. “Cinta itu berlangsung spontan loh bro”. “Spontan kepalamu penyok ”. “Itu bagian dari perhatian Nung!”. “Gak urus”. “Jangan bohongi hati bro ”. “Saya gak membohongi kok”. “Berarti kamu aja yang belum mengerti ”. “Udah menggigil nih aku”. “Tuh ada teh anget yang baru kubuat sana cepet ganti baju” ucap Huda. Nanung segera mengganti bajunya dan tidur sambil menggigil menahan dingin. “Weh kenapa bro, cuma ujan ini belum kena badai udah kayak mau sekarat gitu? ”. “Panas banget tanganmu bro, makanya jangan keburu nafsu jangan lansung nyelonong nerobos ujan ”. “Udah deh aku mau tidur” jawab Nanung sambil menarik selimut.
Dua hari Nanung tidak ngampus gara-gara sakit. Dikampus Ferisa pun bertanya ke Huda “dimana Nanung Hud, kok gak kelihatan?”. “Sedang sakit dia Fer ”, jawab Huda. “Sakit apa?”. “Kecapek’an kayaknya” jawab Huda mengedipkan
mata. “Ah pasti gara-gara hujan nganterin aku obat dan makan malam ya Hud?”. “Udah Fer Nanung pasti marah kalau perhatiannya disinggung”. “Kamu biasa saja jangan merasa berdosa ”. “Aku seneng kok kalo Nanung sakit”. “Jadi gak aneh-aneh tingkah dia kalo sakit ”. Hehehe… “Gimana kuliahnya kan gak bisa titip absen dosennya selalu periksa absennya ”. “Tenang aja Fer, udah aku fotokopiin surat dokter kok ”. “Emang parah sakitnya sampek ke dokter segala?”. “Enggak sih, cuma butuh istirahat aja kata dokter Huda ”, sahut Huda sambil tertawa. “Hu, paham aku, tuh surat dokter abal-abal ”. “Stt nanti ketahuan Fer”, bisik Huda.
Untung Bu In lagi sibuk kemarin dan kuliah termo kosong sehingga Nanung tidak ketinggalan pelajaran saat dia sudah sehat. Mereka berkumpul diruang kuliah menunggu Bu In datang. Hisyam pun menanyakan kabar Nanung. “Kata Huda kamu kemarin sekarat Nung?, kok masih hidup ?”. “Apa neraka sudah penuh menerima kamu dengan dosamu yang menumpuk? ”. Hahaha… “Kalkulator malaikatnya lagi eror ngitung dosaku Syam, makanya ditunda dulu matinnya ”, jawab Nanung enteng. “Wah mau aku jenguk keburu sembuh kamu Nung”, ujar
Yusril. “Gak jadi deh bawa buah dan rotinya”. “Bilang aja gak niat jenguk”, jawab Nanung ketus. “Kata Huda sih cuma butuh istirahat, ya udah kita biarin kamu istirahat ”. “Bener nanti kita jenguk malah tambah parah”, tambah Iis. Ferisa hanya diam antara senang melihat Nanung sudah sehat tetapi masih merasa berdosa Nanung sakit akibat dirinya.
Bu In pun datang dan segera membuka kuliah dengan salam. “Kali ini akan bahas hukum pertama termodinamika ”. “Nanung, hukum pertama tentang apa?”. “Kekekalan energi bu”, jawab Nanung kurang semangat. “Ya benar”. Hisyam pun berbisik kepada Huda dan Yusril. “Weh beneran udah sembuh dan waras Nanung”. “Tuh bisa jawab”. “Emang sakitnya membawa berkah ya”. “Eh, dengerin Syam nanti kita disindir Bu In lagi ”, ucap Iis. “Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak bisa diciptakan dan dimusnahkan tetapi energi dapat diubah bentuknya ”. Bu In menjelaskan dengan panjang lebar. “Kalian sudah belajar energi pertemuan kemarin bahwa energi sulit dihitung, paling mudah adalah menghitung perubahannya ”. “Dalam hukum pertama dikenal suatu fungsi termodinamika yang disebut entalpi ”. “Entalpi adalah kuantitas atau jumlah termodinamika yang digunakan untuk menggambarkan perubahan panas atau kalor pada tekanan konstan ”. “Dalam reaksi kimia kita dapat menghitung perubahan entalpi dari perbandingan entalpi produk dan reaktan ”. “Ketika reaksi mengkonsumsi energi maka reaksi kimia tersebut tergolong reaksi endoterm dan jika reaksi melepas energi maka tergolong reaksi eksoterm ”. “Perubahan entalpi dapat menentukan reaksi tergolong dalam reaksi eksoterm dan endoterm tetapi tidak cukup membuktikan bahwa reaksi spontan karena menurut penelitian tidak semua reaksi eksoterm tergolong reaksi spontan ”. “Maka kita perlu mempelajari hukum kedua termodinamika yang akan kita bahas pada pertemuan berikutnya ”, tutup Bu In.
Kuliah pun berakhir Nanung segera meninggalkan ruangan, tampak Ferisa mengejar Nanung dan menepuk bahunya. “Nung bisa bicara sebentar”. “Mau bicara apa? ”. “Tuh disana aja yuk sambil duduk di teras depan kampus”. “Maaf ya Nung, gara-gara SMSku kemarin bikin kamu khawatir malah kamu yang sakit karena keujanan ”. “Seharusnya aku gak sms gitu”. “Gak apa-apa Fer, spontanitas aja itu”.
“Makasih tapi ya Nung obat dan makan malamnya”. “Eh katanya Huda, kamu suka aku Nung? ”, kata Ferisa menggoda. “Huda bilang apa sih?”, jawab Nanung. “Udah
jujur aja, daripada kamu simpen nanti persahabatan kita jadi renggang karena kamu selalu menutupi perasaanmu ”. “Ya, kamu cantik dan ceria aku suka kamu Fer”. “Ah itu jawaban biasa Nung ”. “Mau jawab apa aku terus?, ya kamu tau sendiri aku orangnya bosenan dan moody ”. “Tapi melihatmu seakan aku percaya bahwa hukum kekekalan energi itu benar adanya ”. “Keceriaanmu membuat energiku serasa gak pernah habis Fer, sulit sih mengungkapkan tapi kayaknya itu yang aku rasakan ”. “Kamu suka atau cinta Nung?”. “Apa bedanya ya?”. “Kalo cinta berarti melebihi suka, aku belum menemukan spontanitas cinta itu Fer ’. “Jadi aku belum tau apakah aku cinta atau tidak ”. “Kok Tanya gitu sih?”. “Ya penasaran aja”. “Oke, aku selalu menunggumu hingga kamu memahaminya dan mengungkapkannya ke aku Nung ’, ucap Ferisa manja dan berdiri untuk segera meninggalkan Nanung. “Eh Fer” teriak Nanung menghentikan langkah Ferisa. “Mengungkapkan apa?’. “Mengungkapkan teori gilamu lah Nung ”. “Kamu kok gak paham sih?”, ucap Ferisa sambil mengerutkan alisnya.
“Ayo nung pulang”, suara Huda mengagetkan. “Ayo mana spedamu Hud?”. “Aku jalan kaki’. “Kamu juga gak bawa speda Nung?”. “Tadi kan dijemput Rega sekalian jemput buku yang aku pinjem kemaren ”. “Pantesan bisa jawab pertanyaan Bu In kamu tadi ”. Hahaha… iyalah. “Ya udah kita jalan kaki aja, biar kamu tambah sehat ”. “Tuh sakit karena kurang olah raga”. Oke, oke… “Hud, apakah cinta memenuhi hukum kekekalan energi? ”. “Ah mulai aneh kamu”. “Gak deh kayaknya ”. “Alasanya Hud?”. “Banyak orang bilang cinta akhirnya jadi benci”. “Banyak yang mengumbar cinta akhirnya cerai juga toh Nung”. “Mungkin itu bukan cinta sebenarnya Hud ”. “Kalau cinta jadi benci mungkin itu hanya berubah bentuknya ”. “Karena energi tak bisa dimusnahkan tetapi hanya dapat dirubah bentuknya ”. “Ah terserah kamu lah”. “Tapi yang pasti ada yang spontan perhatian kemudian mengalami reaksi eksoterm ”, ejek Huda. “Apa contohnya?”. “Masak gak sadar kamu hujan-hujan ke kostan Ferisa lalu sakit demam itu ”. “Kamu kan pernah bilang yang waktu belajar energy, mungkin cinta akan sulit diukur tapi dapat diukur dari perhatiannya ”, ucap Huda mengingatkan. “Kuliah tadi menjelaskan tidak “Ayo nung pulang”, suara Huda mengagetkan. “Ayo mana spedamu Hud?”. “Aku jalan kaki’. “Kamu juga gak bawa speda Nung?”. “Tadi kan dijemput Rega sekalian jemput buku yang aku pinjem kemaren ”. “Pantesan bisa jawab pertanyaan Bu In kamu tadi ”. Hahaha… iyalah. “Ya udah kita jalan kaki aja, biar kamu tambah sehat ”. “Tuh sakit karena kurang olah raga”. Oke, oke… “Hud, apakah cinta memenuhi hukum kekekalan energi? ”. “Ah mulai aneh kamu”. “Gak deh kayaknya ”. “Alasanya Hud?”. “Banyak orang bilang cinta akhirnya jadi benci”. “Banyak yang mengumbar cinta akhirnya cerai juga toh Nung”. “Mungkin itu bukan cinta sebenarnya Hud ”. “Kalau cinta jadi benci mungkin itu hanya berubah bentuknya ”. “Karena energi tak bisa dimusnahkan tetapi hanya dapat dirubah bentuknya ”. “Ah terserah kamu lah”. “Tapi yang pasti ada yang spontan perhatian kemudian mengalami reaksi eksoterm ”, ejek Huda. “Apa contohnya?”. “Masak gak sadar kamu hujan-hujan ke kostan Ferisa lalu sakit demam itu ”. “Kamu kan pernah bilang yang waktu belajar energy, mungkin cinta akan sulit diukur tapi dapat diukur dari perhatiannya ”, ucap Huda mengingatkan. “Kuliah tadi menjelaskan tidak