Hukum Ketiga Termodinamika
Bagian 6 Hukum Ketiga Termodinamika
Hukum ketiga tentang energi bebas Gibbs dijelaskan Bu In dengan seksama pada hari ini kelas Nampak lengah. “Ini pertemuan terakhir yang akan membahas hukum ketiga yang merupakan hukum terakhir termodinamika ”. “Kalian sudah belajar hukum pertama dan kedua ”. “Sekarang kita mulai materi hukum ketiga, hukum ketiga ini menjelaskan spontanitas reaksi lebih tepat daripada hukum sebelumnya, fungsi dalam hukum ketiga ini adalah energi bebas Gibbs ”. “Hukum sebelumnya kita lebih berkonsentrasi belajar tentang apa yang terjadi dalam suatu sistem partikuler ”. “Nah fungsi ini kita akan belajar untuk memahami apa yang terjadi pada sistem itu sendiri ”. “Nah energi Gibbs ini diartikan sebagai energi yang tersedia untuk melakukan kerja ”. Bu In menjelaskan dengan panjang lebar dan diakhiri dengan ucapan selamat belajar untuk menghadapi ujian.
Selesai kuliah Huda pun menghampiri Nanung. “Gimana makin galau teori termodinamika cintamu Nung ?”. “Ya, makin gelap”. Hahaha…” Ya Nung reaksi hati kan gak seperti reaksi di tabung reaksi ”. “Kamu sih kurang kerjaan menghubungkan cinta sama ilmu termodinamika ”. “Udah lah ayo pulang aku harus mencari cinta dengan cara berbeda nampaknya ”, sahut Nanung lesu.
Perkulihan pun berlalu begitu cepat jadwal ujian sudah tertempel dan minggu tenang bukan menjadi waktu belajar, tapi bagi mahasiswa adalah waktunya pulang dan bersenang-senang. Rega pun memiliki ide untuk menghabiskan minggu tenang melakukan camping untuk sedikit menenangkan hati dan pikiran. Merefresh otak yang penat menjalani masa kuliah. Dan menyiapkan mental untuk menghadapi ujian. Ya begitulah Rega yang suka dengan alam dan suka kegiatan petualangan.
Saat mereka berkumpul Rega menyampaikan idenya. “Hei kalian jangan pulang ya ”. “Aku sudah nyiapin perlengkapan buat acara camping kita”. “Kalian siapin fisik kalian, makanan dan uang bensin untuk kegiatan ini ”. Nanung Nampak enggan dan malas, memang kadang terasa melelahkan membuang energi lebih baik Saat mereka berkumpul Rega menyampaikan idenya. “Hei kalian jangan pulang ya ”. “Aku sudah nyiapin perlengkapan buat acara camping kita”. “Kalian siapin fisik kalian, makanan dan uang bensin untuk kegiatan ini ”. Nanung Nampak enggan dan malas, memang kadang terasa melelahkan membuang energi lebih baik
Perjalanan pun telah dilaksanakan pada hari itu melewati perkebunan karet menuju sisi ujung pulau jawa, diindah nya pantai selatan. Ya kita akan pergi ke pantai. Jalan terjal tak menghalangi laju sepeda motor kami melindas kerikil jalanan. Tibalah kami di sebuah tempat yang seakan jauh dari peradaban. Mereka mempersiapkan tenda dan mencari kayu bakar untuk membakar makanan yang mereka siapkan. Tak terasa senja pun datang. Api unggun dinyalakan. Tampak Yusril, Iis, dan Huda mengeluarkan bekal untuk disantap. Mereka sibuk sendiri, sendiri. Nanung duduk di api unggun, ya emang tugas Nanung mengumpulkan kayu bakar dan membuat api unggun. Nanung duduk dengan buku dan pena ditangan. Tampak beberapa kalimat yang penuh coretan dalam buku itu. “Nulis apa Nung?”, tanya Rega. “Cuma ingin cerita perjalanan hari ini dan menulis alam”. “Udah jadi? ”. “Gak bisa tergambarkan terlalu penat pikiranku”. “Udah nung gak usah dipaksakan, menulis alam itu keahlianku, kamu gak usah ikut-ikut ”. “Lah terus aku nulis apa Reg? ”. “Ya terserah kamu Nung”. “Ah emang aku gak bakat nulis”, ucap Nanung dalam hati. Di buku itu tergambar segitiga dan huruf G besar. Ferisa menghampiri Nanung. “Hei nulis apa kamu Nung?”. “Gak ada!”, jawab Nanung lesu. “Eh ini kan symbol energi gibbs ya?”. “Ya Fer, energi yang tersedia untuk melakukan kerja ”. “Kok lemes gitu kamu Nung?, kamu pernah bilang kalo keceriaanku membuat energimu terasa tak pernah habis ”. “Nih aku senyum” goda Ferisa menunjukkan senyum manisnya. Heh e… “Hei sedang ngomongin apa?”, lagi-lagi Huda ngagetin. “Eh aku dengar omongan kalian barusan loh”, kata Huda. “Apa sih Huda ini, kita cuma bercanda kok”, kata Ferisa. “Bercanda atau serius keliatan sama aja kok ”, kata Huda. “Udah Nung, ucapan Ferisa tadi kode Nung, kamu kok gak juga paham sih ”. “Kode apaan tanya Nanung?”. Ferisa itu adalah jawaban dari semua pertanyaanmu Nung ”. Ferisa lalu melempar Huda dengan pasir pantai, Huda pun lari meninggalkan mereka berdua. Ferisa melanjutkan pembicaraanya yang sempat diganggu Huda. “Ayo semangat Nung aku gak suka loh liat kamu lesu ”. “Biasanya selalu atraktif bahkan hiperaktif”. “Lagi banyak pikiran Fer”. “Udah lah kita disini untuk melepaskan semua penat kita”. Nanung Perjalanan pun telah dilaksanakan pada hari itu melewati perkebunan karet menuju sisi ujung pulau jawa, diindah nya pantai selatan. Ya kita akan pergi ke pantai. Jalan terjal tak menghalangi laju sepeda motor kami melindas kerikil jalanan. Tibalah kami di sebuah tempat yang seakan jauh dari peradaban. Mereka mempersiapkan tenda dan mencari kayu bakar untuk membakar makanan yang mereka siapkan. Tak terasa senja pun datang. Api unggun dinyalakan. Tampak Yusril, Iis, dan Huda mengeluarkan bekal untuk disantap. Mereka sibuk sendiri, sendiri. Nanung duduk di api unggun, ya emang tugas Nanung mengumpulkan kayu bakar dan membuat api unggun. Nanung duduk dengan buku dan pena ditangan. Tampak beberapa kalimat yang penuh coretan dalam buku itu. “Nulis apa Nung?”, tanya Rega. “Cuma ingin cerita perjalanan hari ini dan menulis alam”. “Udah jadi? ”. “Gak bisa tergambarkan terlalu penat pikiranku”. “Udah nung gak usah dipaksakan, menulis alam itu keahlianku, kamu gak usah ikut-ikut ”. “Lah terus aku nulis apa Reg? ”. “Ya terserah kamu Nung”. “Ah emang aku gak bakat nulis”, ucap Nanung dalam hati. Di buku itu tergambar segitiga dan huruf G besar. Ferisa menghampiri Nanung. “Hei nulis apa kamu Nung?”. “Gak ada!”, jawab Nanung lesu. “Eh ini kan symbol energi gibbs ya?”. “Ya Fer, energi yang tersedia untuk melakukan kerja ”. “Kok lemes gitu kamu Nung?, kamu pernah bilang kalo keceriaanku membuat energimu terasa tak pernah habis ”. “Nih aku senyum” goda Ferisa menunjukkan senyum manisnya. Heh e… “Hei sedang ngomongin apa?”, lagi-lagi Huda ngagetin. “Eh aku dengar omongan kalian barusan loh”, kata Huda. “Apa sih Huda ini, kita cuma bercanda kok”, kata Ferisa. “Bercanda atau serius keliatan sama aja kok ”, kata Huda. “Udah Nung, ucapan Ferisa tadi kode Nung, kamu kok gak juga paham sih ”. “Kode apaan tanya Nanung?”. Ferisa itu adalah jawaban dari semua pertanyaanmu Nung ”. Ferisa lalu melempar Huda dengan pasir pantai, Huda pun lari meninggalkan mereka berdua. Ferisa melanjutkan pembicaraanya yang sempat diganggu Huda. “Ayo semangat Nung aku gak suka loh liat kamu lesu ”. “Biasanya selalu atraktif bahkan hiperaktif”. “Lagi banyak pikiran Fer”. “Udah lah kita disini untuk melepaskan semua penat kita”. Nanung
Ujian pun satu demi satu tlah terlewati. Udah waktunya pengumuman nilai hasil ujian diberikan. Tampak didinding tembok kampus ramai dikerumuni mahasiswa. “Wah nilai termo keluar!”, teriak Rega. Mereka bertujuh menghampiri dan melihat hasilnya. Rega, Ferisa, Iis, dan Hisyam mendapat nilai A. Huda dan Yusril mendapat nilai B. sementara Nanung tertunduk lesu melihat nilainya yang ternyata lebih buruk dari teman-temannya. “Huh dapat C”, jerit Nanung dalam hati. Mereka berusaha menghibur Nanung. Tapi Hisyam sedikit mengejek. ‘Kamu sih Nung hubungin ilmu termo dengan cinta dapat jelek jadinya ”. Huda pun tambah mengejeknya, “Nung kamu gak gambar wajah Ferisa di lembar jawabanmu kan?”. “Ih kok bisa Hud?, tanya Ferisa”. “Diam-diam dia sering gambar seorang wanita Fer ”. “Wanita yang mirip wajahmu, aku yakin itu kamu”. “Udah deh jangan digodain terus, dia kan lagi sedih ayo dihibur ” ucap Yusril. “Udah Nung mata kuliah lainnya kamu kan dapat bagus, absenmu kan dibawahku ” hibur Ferisa. “Tadi aku sempet liat, bahkan ada yang lebih bagus dari punyaku Nung ” ucap Ferisa menghibur. “Aku ada yang dapat nilai D loh tetep gak masalah, biasa aja Nung”, celetuk Yusril. “Jangan ditiru Nung si Yusril” ucap Rega. “Dia sih seneng-seneng aja dapat nilai D, baginya nilai D tu kan Duiiitttt ”…. Mereka semua pun tertawa.
Begitulah akhir kuliah termodinamika. Nanung mendapat hasil yang membuatnya kecewa. Apakah akan datang bahagia yang akan segera menyambutnya. Yang pasti persahabatan mereka tetap terjaga dan semester demi semester pun mereka lalui bersama.