Jawaban dari Penantian

Bagian 8. Jawaban dari Penantian

Dua tahun berlalu sejak kelulusan. Dan mereka tak pernah bertemu namun masih tetap berhubungan via telpon dan lainnya. Akhirnya undangan dari Yusril yang kini menjabat jadi derektur salah satu perusahaan ayahnya menjadi momen yang penting untuk menyatukan mereka.

Malam itu digedung yang megah tempat acara pernikahan Yusril yang berlangsung cukup meriah. Dengan gaya modern resepsi Yusril digelar. Jas hitam yang dikenakan Yusril, tampak pas dikenakan dia sebagai pengusaha muda, istrinya yang merupakan anak rekan bisnis papanya cukup cantik dengan gaun putih. Konsep acara yang mengusung tema resmi nan santai membuat acara lebih semarak. Mempelai bebas berjalan berkeliling menemui tamunya. Ucapan selamat dan obrolan-obrolan hangat tercipta seakan menghangatkan suasana. Alunan lagu jazz dengan saxsofonnya yang indah mengalun mendendangkan harmoni nada yang sempurna.

Ferisa dengan memakai gaun merah yang terlihat mewah dengan pesonanya. Ferisa datang tepat waktu dan segera mengucap selamat pada Yusril dan istrinya. “Eh Ferisa teman kita yang lain belum keliatan kayaknya, sibuk apa sekarang kamu?”. “Ya ngajar Yus, aku suka anak kecil trus ada bisnis kecil- kecilan ”. “Ya kebutuhan cewek gitu lah, lumayan banyak peminatnya, rencana sih mau bikin butik ”. “Weh kebetulan istriku juga sering ngikuti mode fashion, boleh juga kalo kita jadi rekan bisnis ”. “Iya kan saying?”, tanya Yusril ke istrinya. Istrinya tersenyum tanda setuju. “Eh Fer kayaknya Hisyam dan Iis datang tuh”. “Ayo Is cepet ”, teriak Hisyam. “Ih aku kan pake rok kalo lari bisa keserimpet”. “Udah sini aku gendong aja ”. “Uh malu tau banyak orang kok digendong”. “Haduh kalian lama pacaran tetep aja sering tengkar ”. Hehehe… senyum Hisyam, sambil mengucap salam pada Yusril. “Aku keliling dulu ya ucap Yusril”, kalian tunggu temen kita yang lain, nanti aku kesini lagi ”. “Nikmati makanannya jangan sungkan-sungkan Ferisa dengan memakai gaun merah yang terlihat mewah dengan pesonanya. Ferisa datang tepat waktu dan segera mengucap selamat pada Yusril dan istrinya. “Eh Ferisa teman kita yang lain belum keliatan kayaknya, sibuk apa sekarang kamu?”. “Ya ngajar Yus, aku suka anak kecil trus ada bisnis kecil- kecilan ”. “Ya kebutuhan cewek gitu lah, lumayan banyak peminatnya, rencana sih mau bikin butik ”. “Weh kebetulan istriku juga sering ngikuti mode fashion, boleh juga kalo kita jadi rekan bisnis ”. “Iya kan saying?”, tanya Yusril ke istrinya. Istrinya tersenyum tanda setuju. “Eh Fer kayaknya Hisyam dan Iis datang tuh”. “Ayo Is cepet ”, teriak Hisyam. “Ih aku kan pake rok kalo lari bisa keserimpet”. “Udah sini aku gendong aja ”. “Uh malu tau banyak orang kok digendong”. “Haduh kalian lama pacaran tetep aja sering tengkar ”. Hehehe… senyum Hisyam, sambil mengucap salam pada Yusril. “Aku keliling dulu ya ucap Yusril”, kalian tunggu temen kita yang lain, nanti aku kesini lagi ”. “Nikmati makanannya jangan sungkan-sungkan

“Gimana kabarnya Fer?”. “Baik Syam, kamu gimana sama Iis?”. “Ya begini-begini aja ”. “Tetep sering tengkar”. “Sibuk apa kalian?”. “Aku punya sampingan bisnis otomotif, ada beberapa bengkel yang lumayan lah ”. “Capek jadi

pegawai, kalo usaha sendiri kan banyak waktu luang ”. “Iis gimana?”. “Ah dia bosenan, sekarang sih bisnis kosmetik, aku saranin jadi penyedia alat dan bahan kimia ”. “Alumni kuliah kita dulu kan banyak yang kerja di lab tuh, bisa jadi prospek yang bagus ”. “Eh Huda tuh sama Rega”. “Hai kawan lama tak jumpa kita ya”. Hehehe…. “Gimana kabarnya pak bos agensi perjalanan, gak ada tiket umroh gratis buat bokap nyokapku Hud? ”, tanya Hisyam ke Huda. “Bisa diatur, mau aku diskon berapa? ”. “Gratis lah hud”, goda Ferisa. “Tanggung umroh, sekalian haji lah, aku diskon nanti dan aku siapkan jadwal biar sekalian ortu kita bisa bareng”. “Masak cuma kita yang temenan ?”.” Kan seneng juga kalo orang tua kita bisa saling kenal”. “Ide bagus itu Hud”, sahut Iis. “Eh kalian gak mau nyapa aku?”, celetuk Rega. “Eh beneran kamu Rega, kok makin item gitu ?”. “Aku habis ke gurun sahara, biasa traveler ”. “Kayaknya perjalanan yang seru tuh”, jawab mereka kagum. Ferisa Nampak kebingungan. “Nyari sapa Fer?’, tanya Rega. “Ah pasti Nanung ya?”, tanya Huda. “Eh, enggak kok”, jawab Ferisa bohong. “Eh iya, biasanya Nanung gak pernah telat kok belum datang ya ?”. “Cie kok perhatian dan khawatir gitu Fer?, masih menyimpan rasa ternyata ?”. “Eh kalian emang gak khawatir?”. “Enggak”, jawab mereka serempak. “Temen nyebelin kayak Nanung udah jangan dipikirin, orang banyak dosa pasti panjang umur dia Fer, gak mungkin kenapa-kenapa ”.

Dengan jeans putih garis-garis dan jas senada ditambah sepatu coklat mengkilat datanglah seorang pria. Topi koboinya membuatnya makin beda diantara tamu lainnya. Sambil melirik tamu wanita, pria itu berjalan dengan sejuta pesona.

“Tuh kan Nanung, tetap dan selalu nyebelin dia, lama gak jumpa tetep nyentrik dan gak biasa penampilannya ”. “Ah kayak pengembala sapi aja kau Nung”, celetuk Hisyam. “Weh tau aja bisnisku, prospeknya menguntungkan Syam”. “Impor ternak

kan mulai dibatasi jadi produk dalam negeri jadi pilihan sekarang ”. “Ayo tukar kuda jingkrakmu (mobil ferrari) dengan sapi ku Syam dengar-dengar punya bisnis dan koleksi otomotif kamu? ”. “Ogah ah, kan enak naek Ferrari bisa ngebut”. “Kamu harus coba nung ngebut pakai Ferrari nung, sekalian mobil mewah kan bisa jadi investasi loh ”, jawab Hisyam. “Eh Nung tetep suka nulis?. tanya Rega. “Ya lumayan Reg, tetep ada ide buat nulis, sekarang lagi cari ide untuk nulis tentang bisnis dan keluarga ”. “Ya tapi aku kan belum berkeluarga jadi pending dulu”. “Kalo bisnis nanti aku bisa nulis kalian ”. “Weh oke tuh”. Huda pun menyela, “katanya bisnis souvenir Nung ?”. “Oh iya diurus adikku, kalo soal desain souvenir adikku ahlinya jadi aku pasrahin ke dia ”. “Boleh pesen gak buat travelku?”. “Tinggal calling aja ”, jawab nanung. Ferisa tampak gelisah karena lagi-lagi dicuekin dan tak segera Nanung menyapanya. Nanung pun sadar, “hai ferisa makin cantik aja”. “Makasih Nanung”, sapaan dari Nanung membuat pipinya makin merah senada dengan gaun merahnya. Iis pun mencela, “Ferisa Nungguin kamu dari tadi tuh Nung gak peka banget sih jadi cowok ?”. “Selama ini gak ada kabar, kontak gak bisa dihubungi ”. “Tau gak ferisa selalu curhat tentang kamu?”. “Haduh maaf fer, bisa kita bicara berdua ?”. “Hei gimana Ferrainya, kamu pasti jatuh hati deh kalau sudah lihat keeksotisannya” paksa Hisyam ke Nanung. “ Semewah dan semahal apapun mobil Ferrari tetap Ferisa yang selalu dihatiku Syam” jawab Nanung sambil menggandeng tangan Ferrisa. “Diatas ada tempat ngobrol tuh enak kayaknya kalo liat pemandangan bawah dari sana ” ajak Nanung kepada Ferisa. “Ide bagus tuh sana Nung kalo mau keatas, kamu mau makan apa aku bawain ”, ucap Rega. “Makanan ringan aja deh sama minum ”. “Oke aku juga mau ngambil makan”, ucap Huda, Iis, dan Hisyam.

Diatas gedung nan megah suasana tampak lebih redup, terlihat kontras pemandangan dibawah yang ramai dan terang. Ruang atas memang dikususkan bagi tamu yang ingin perbincangan lebih privat. Karena undangan Yusril dari kalangan pengusaha mereka tetap mencuri waktu acara ini untuk berbincang bisnis mereka. Terutama bagi orang yang sulit ditemui. Acara ini menjadi ajang perkumpulan pengusaha-pengusaha kaya.

Disudut disamping beton megah sebelah pembatas lantai dua aku menatapmu wahai Ferisa. “Fer ada sesuatu buat kamu”. Ferisa tampak tersipu memandah wajah Nanung. Dibuka kancing jas putih yang Nanung kenakan terdapat kantung dibalik jas dengan sebuah buku dengan gambar wajah Ferisa yang terlukis kasar tapi tetap menggambarkan kenggunannya. Buku bercover kuning bergambar tabung reaksi dengan gambar hati didalamnya. Terlihat gambar termometer yang meledak seakan tak kuasa mengukur kalor panas yang dihasilkan. “Ini Fer, kuserahkan buku hasil tulisan ku untukmu atas pencarian jati diriku ”. “Jawaban atas keraguanku atas cintaku padamu ”. “Mungkin isinya biasa saja dan mungkin kamu tak mengerti ketika membacanya ”. “Tapi inilah rasa yang coba aku ungkapkan dengan bahasa, dengan kata yang mungkin tak tertata cukup sempurna ”. “Buku ini berjudul “termodinamika Cinta”. Ferisa menerimanya dengan senyum manisnya memeluk buku itu didadanya.

Nanung menatap mata Ferisa dengan serius. Binar mata Ferisa diterpa cahaya seakan air mata tak mampu lagi dibendungnya, tetapi airmata itu enggan menetes dipipinya yang merona. “Fer, ijinkan aku sedikit menyimpulkannya”. “Aku sudah berdosa membiarkanmu cukup lama untuk sekedar mengerti dan mencari arti cinta ”. “Ketika aku melihatmu entah ada energi darimana yang spontan membuatku bergelora ”. “Apakah perhatianku cukup spontan untukmu?”. “Entahlah aku tak sadar apa yang pernah aku buktikan kepadamu ”. “Tapi buku ini adalah bukti spontanitas hatiku ”. “Ketika hatiku merindukanmu menghawatikanmu, jiwaku serasa sesak sekan meledak ”. “Tiba-tiba terbayang wajahmu dan secara spontan jariku menulis buku ini, penaku tak kunjung usai menari dalam kertas ini untuk sekedar melampiaskan dan mengubah energi jiwaku menjadi sebuah tulisan ”. “Ingatkah kamu ketika kita dekat saat kuliah termodinamika dulu”. “Aku percaya ilmu termodinamika mampu menjawab pertanyaanku tentang cinta ”. “Entah orang lain akan menghina karena memang tidak sesuai dengan teorinya, tetapi telah aku buktikan dengan pemahamanku ”. “Hukum pertama menyatakan kekalan energy”. “Energi tak dapat diciptakan, karena manusia tak akan mampu menciptakan kesempurnaan ciptaan Tuhan, begitupun cinta yang mengalir begitu saja ”. “Bagai energi tidak dapat dimusnahkan, ya, aku berharap cinta kita kekal selamanya ”.

“Energi hanya dapat dirubah bentuknya, ya saya ingin cinta kita akan berubah menjadi lebih dan makin cinta ”. “Bagai sebuah sistem sudah lelah aku terisolasi jauh darimu menemukan jati diriku dan aku rasa kamu pun begitu ”. ”Ah terserah

lah fungsi entropi, entalpi dan energi bebas Gibbs, fungsi hatiku telah kembali untuk merasakan spontanitas cinta ini ”. ‘Sudah waktunya kita membuat ikatan hati ini dalam sebuah janji untuk menemukan arti siapa kita dan melengkapi hidup menjadi lebih sempurna ”. “Maukah kamu hidup denganku Fer?”.

Ferisa tak kuasa melinagkan air mata, lalu berbisik ditelinga Nanung. “Kamu jahat terlalu lama meninggalkanku, kamu sekarang pinter gombal, tapi aku suka, aku cinta kamu Nung ”. Tepuk tengan tiba-tiba terdengar membuyarkan heningnya suasana. Ternyata Yusril, Huda, Rega, Hisyam dan Iis sudah ada mengelilingi mereka. Rega dan Iis tak kuasa pula meneteskan haru kebahagiaan Nanung dan Ferisa. “Sudah siap nyusul aku nih ceritanya?”, ucap Yusril. Nanung pun menatap Ferisa, “kapan nikah Fer?”. “Ehm kalo aku jawab terserah nanti kamu marah Nung ”. “Sekarang pun aku siap”, sambil menyeka air mata dengan tisu dari tas yang dia bawa. Tiba-tiba Hisyam merebut buku dari Ferisa. “Ah apa ini termodinamika cinta ?”. “Kamu kan dapat C termodinamika kuliah dulu Nung?”. “Sok tau aja buat buku ini”, dengan gelak tawa ngejek. Dengan kesal Ferisa merebutnya. Nanung menjawab, “aku bersyukur dapat C Syam”. “Itu bukan sekedar C dalam arti cukup tetapi aku menemukan Cinta ”. Merekapun tertawa. Iis menyela, “ah kamu Syam cuma gombal terus Nanung diem-diem romantis bisa buat buku cinta ”. “Kalo Nanung macem-macem tinggal distabilo tuh bukunya terus suruh baca tulisannya sendiri ”. “Kalo kamu gombal terus ku jahit nanti mulutmu”. Mereka melanjutkan tertawa.

“Ayo turun” ajak Yusril, “berita bahagia kok cuma kita yang lihat?”. “Semua orang harus tau biar suasana ini jadi makin ramai”. “Biar ada temennya aku, kalian rasakan sendiri tegangnya jadi tuan rumah nikahan ”. Merekapun turun. “Nung masak ngelamar cuma pake buku”, bisik Yusril mendekati Nanung. “Aku lupa bawa cicinnya Yus ”. “Eh kamu tuh gimana?, nih, kebetulan ada cincin pesanan yang telat dating pesenannya, aku sudah punya gantinya kok, nih pakai dulu tapi “Ayo turun” ajak Yusril, “berita bahagia kok cuma kita yang lihat?”. “Semua orang harus tau biar suasana ini jadi makin ramai”. “Biar ada temennya aku, kalian rasakan sendiri tegangnya jadi tuan rumah nikahan ”. Merekapun turun. “Nung masak ngelamar cuma pake buku”, bisik Yusril mendekati Nanung. “Aku lupa bawa cicinnya Yus ”. “Eh kamu tuh gimana?, nih, kebetulan ada cincin pesanan yang telat dating pesenannya, aku sudah punya gantinya kok, nih pakai dulu tapi

Nung”. “Eh Yus selamat ya pernikahanmu, lupa aku mau bilang”. “Oke, makasih Nung”. Yusril pun menyuruh pembawa acara menyiarkan berita gembira tersebut Nanung dan Ferisa naik ke atas panggung, Nanung melamar Ferisa dengan sebuah cincin dengan alunan lagu cinta disambut tepuk tangan riuh penonton.

Dibawah panggung Yusril menyindir Hisyam, “Syam gak pingin nikah juga?, udah lama pacaran masak belum memutuskan segera menikah ?”. “Mereka tuh langsung memutuskan nikah ”. “Iya yus rencana sih ad, duitnya masih buat kredit mobil ”. “Ah alasan kamu Syam”, seru Huda. “Aku juga udah siap nikah, kalian tinggal nunggu undangan dariku ”, sahut Huda. “Barengan aja” kata Yusril, “soal perlengkapan aku banyak relasi tinggal kayak apa mau pernikahan kalian digelar”. “Ogah ah”, jawab Huda. “Nanti kalian patungan nyawernya”, disambut tawa mereka. Iis pun menjawab. “Iya enak sendiri-sendiri, kan jarang-jarang kita kumpul sekalian acara nikahan kita buat acara kumpul ”. “Kan udah pada sibuk nih kita”. Nanung pun udah turun dari panggung. “Bicara apa kalian?, “eh Nung gimana rencana bisnis resto kita, jadi gak ”, Tanya Yusril. “Menarik itu aku mau join juga kalo boleh”, jawab Hisyam. “Inget gak dulu kita sering ngopi bareng”. “Gimana kalo buat resto tempat nongkrong, tiap akhir pekan kita bisa kumpul bareng ”. “Rega kan punya banyak foto hasil travelingnya bisa dipajang tuh ”. Tiba-tiba mereka semua melirik kearah Rega. “Eh ada apa kalian kok memandangku kayak gitu?”. Huda dengan serius mengintrogasi Rega. “Kamu nikah kapan Reg?, sering traveling jangan jangan kamu jadi selir kepala suku ya? ”. “Kamu pasti malu undang-undang kita ”. “Enak aja, enggak kok”, jawab Rega. “Ya agak sulit sih cari jodoh dengan hobi sama ujung-ujungnya dia kesana aku kesini ”. “Tapi boleh juga tuh kalo nikahanku dibuat pesta rimba ”. “Nanti kalian harus daki gunung lewat hutan dulu buat datang kenikahanmu ”. “Ogah ah” jawab mereka serempak. “Sawerannya ku kirim lewat burung merpati aja Reg”, sahut Nanung. “Ya kutitipin monyet hutan aja ”, jawab Hisyam. “Hu dasar”. “Kapan Reg nikah?.” tanya Huda lagi mencecar, “jangan-jangan kamu sudah menyatu dengan alam gak suka sama laki-laki lagi ”. “Hu dasar menyatu dengan alam emang aku mati terus dikubur”.

“Aku masih suka laki-laki kok”. “Sekarang masih beda tujuan travelingnya, mungkin taun depan kita buat acara traveling bersama dan bikin acara survival

bersama dihutan ”. ”Bulan madumu dihutan Reg?”. “ya doain aja, itu sih cita- citaku ”. Amin…

“Eh aku sampai lupa acaraku, gara-gara keasikan ngobrol”. “Istriku nungguin tuh”, ucap Yusril. “Ayo kalian kumpul cerita bagaimana kita dulu, tuh

dipanggung sudah disiapin tempat ”. “Kita stand up comedy rame-rame nyeritain kisah persahabatan kita ”. “Apa yang mau diceritain Yus?”, tanya Huda. “Kegilaan kita dulu, udah deh apa saja yang keluar dari mulut kalian ”. “Kita berbagi cerita konyol kita dulu ”. Acara pun berlangsung hikmad dengan cerita mereka dipanggung bagaimana kegilaan waktu kuliah. Tamu undangan pun tertawa mendengar cerita hiburan tersebut dan banyak mendapatkan tepuk tangan.

Dokumen yang terkait

KANDUNGAN PESAN DAKWAH DALAM FILM AYATAYAT CINTA (Analisis Isi Film Ayat Ayat Cinta (AAC) Karya Hanung Bramantyo)

0 39 2

PROSES PENCARIAN JATI DIRI SEORANG REMAJA (Analisis Semiotik pada Film Realita, Cinta dan Rock n Roll karya Upi)

3 48 2

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

UNSUR KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DALAM FILM INDONESIA (Analisis Isi Pada Film “7 Hati 7 Cinta 7 Wanita” Karya Robby Ertanto)

1 72 50

Daya Tarik Isi Pesan Acara Program Rase Cinta Indonesia di Radio Rase 102,3 FM Bandung (Studi Deskriptif Tentang Daya Tarik Isi Pesan Acara Program Rase Cinta Indonesia Di Radio Rase 102,3 FM Bandung Dalam Meningkatkan Minat Dengar Khususnya di Kalangan K

0 57 205

Representasi Makna Wanita Korban Kekerasan Seksual Suami Dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita (Analisis Semiotika Roland Barthes Mengenai Representasi Makna Wanita Korban Kekerasan Seksual Suami Dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita)

2 12 1

Pengaruh Citra Merek Dan Iklan Menggunakan Selebriti Endorser Afgan Dan Cinta Laura Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Motor Honda Beat Di PT. Sinar Rejeki Lembang

3 87 173

Perancangan Poster Acara Majelis Ta'aruf Bersama Ustadz Cinta Di PT. Salamadani Pustaka Semesta

0 10 1

Stategi Komunikasi Guru Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) Melalui Kegiataan Menanam Di Polybag Terhadap Pembentukan Sikap Siswa Untuk Cinta Lingkungan Di SMP Gema Pancasila Bandung

0 13 1

Kampanye Cinta Produk Alami Ramah Lingkungan (Kasus Studi Anyaman Pandan Rajapolah)

0 4 1