Hasil Penelitian

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Yogyakarta dan SMA N 8 Yogyakarta. Masing-masing deskripsi lokasi penelitian tentang SMA N 1 Yogyakarta dan SMA N 8 Yogyakarta akan adalah sebagai berikut

a. Sejarah SMA N 1 Yogyakarta

Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Yogyakarta dan SMA N 8 Yogyakarta. Semula SMA Negeri 1 Yogyakarta bernama “Algernere Midlebaar School” (AMS) Afdelling Yogyakarta yang kemudian menjadi SMA A. Pada Tahun 1957 oleh Pemerintah Republik Indonesia (dengan surat keputusan Nomor 12607/a/c tertanggal 16 Desember 1957) SMA I/A dan SMA 2 A dilikuidasi menjadi SMA Teladan yang menempati gedung di Jalan Pakuncen atau Jalan H.O.S. Cokroaminoto 10 Yogyakarta.

Berdasarkan SK Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 097atL13/QIKpts11995 tanggal 24 Mei 1995 SMA I Yogyakarta ditunjuk sebagai Sekolah Unggulam yang kemudian tahun 1998 disempurnakan dengan sebutan SMA Berwawasan Keunggulan. Mulai tahun 2001/2002 berdasarkan SK Dirjen Dikdasmen Depdiknas RI Nomor 511/ C/ Kp/ MN 2002 Berdasarkan SK Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 097atL13/QIKpts11995 tanggal 24 Mei 1995 SMA I Yogyakarta ditunjuk sebagai Sekolah Unggulam yang kemudian tahun 1998 disempurnakan dengan sebutan SMA Berwawasan Keunggulan. Mulai tahun 2001/2002 berdasarkan SK Dirjen Dikdasmen Depdiknas RI Nomor 511/ C/ Kp/ MN 2002

b. Visi Misi SMA Negeri 1 Yogyakarta

Adapun Visi dan Misi SMA Negeri 1 Yogyakarta dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Visi

Terwujudnya sekolah yang mampu menghasilkan keluaran yang berakar budaya bangsa, berwawasan kebangsaan, dan bercakrawala global.

2) Misi

a) Mengembangkan kemampuan akademik berstandar internasional dengan menerapkan dan mengembangkan kurikulum yang berlaku, baik kurikulum lokal, nasional maupun internasional.

b) Mengembangkan sikap kedisiplinan, kepemimpinan, serta ketaqwaan melalui organisasi siswa, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan keagamaan, maupun kegiatan lain yang berakar budaya bangsa.

c) Mengembangkan sikap berkompetensi yang sportif melalui berbagai bidang dan kesempatan dengan mengedepankan aspek kebangsaan.

d) Menanamkan nilai keteladanan dan budi pekerti luhur melalui pengembangan kultur sekolah sesuai dengan norma agama, sosial kemasyarakatan, dan kebangsaan.

c. Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang terdapat di SMA Negeri 1 Yogyakarta adalah terdiri dari :

1) Komite Sekolah

2) Kepala Sekolah

3) Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum

4) Wakil Kepala Sekolah bagian Kesiswaan

5) Wakil Kepala Sekolah bagian Sarana dan Prasarana

6) Wakil Kepala Sekolah bagian Humas

7) Wakil Kepala Sekolah bagian Litbang

8) Guru

9) Bimbingan dan Konseling (BK)

10) Program Akselerasi

11) Pengembangan SDM

12) Perpustakaan

13) UKS

14) Siswa SMA N 1 Yogyakarta Struktur organisasi di SMA N 1 Yogyakarta saling mendukung antara satu dengan yang lainnya. Sehingga menciptakan sinergi 14) Siswa SMA N 1 Yogyakarta Struktur organisasi di SMA N 1 Yogyakarta saling mendukung antara satu dengan yang lainnya. Sehingga menciptakan sinergi

d. Fasilitas dan Sarana Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan fasilitas pendukung untuk menunjang jalannya proses pembelajaran agar bisa berjalan efektif dan kondusif. Segala bentuk sarana dan prasarana di sekolah bisa di nikmati semua pihak. Pengadaan sarana dan prasarana ini digunakan untuk meningkatkan kualitas belajar peserta didik. Tanpa sarana dan prasrana, proses pembelajaran yang dilaksanakan dapat berjalan tidak maksimal. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya sarana dan prasarana sebagai penunjang di lembaga pendidikan. Keadaan sarana dan prasarana yang ada di SMA Negeri 1 Yogyakarta sebagai berikut :

1) Ruang Belajar 23 Kelas

2) Lab. Multimedia

3) Lab. IPA (Fisika, Kimia, Biologi)

4) Lab. Bahasa

5) Lab. Komputer

6) Sarana Internet

7) Perpustakaan

8) Ruang Kegiatan Kesiswaan

9) Kantin dan Rumah Penjaga Sekolah

10) Ruang Pertemuan/ Ruang Sidang

11) Aula

12) UKS

13) Ruang Bimbingan dan Konseling

14) Ruang Kepsek

15) Ruang Guru

16) Masjid dan Ruang Agama lainnya

17) Lapangan Olahraga (Basket, Volley, Badminton, Tenis Meja, dll)

e. Keadaan Guru dan Siswa SMA N 1 Yogyakarta

Data guru pengajar yang ada di SMA Negeri 1 Yogyakarta pada tahun 2016 berjumlah sebanyak 81 orang. Sedangkan siswa yang ada di SMA Negeri 1 Yogyakarta pada tahun pelajaran 2015/ 2016 adalah berjumlah 1081 siswa.

f. Implementasi Kurikulum 2013 di SMA N 1 Yogyakarta

1) Komunikasi

Sebagai salah satu sekolah favorit yang sering berprestasi di Kota Yogyakarta dan sebagai sekolah eks-RSBI, pemerintah dalam hal ini adalah Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta memutuskan untuk menunjuk SMA Negeri 1 Yogyakarta sebagai salah satu sekolah yang mengimplementasikan Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 merupakan sebuah Kurikulum yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter yang dapat Kurikulum 2013 merupakan sebuah Kurikulum yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter yang dapat

Kurikulum 2013 yang baru disahkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2013 dan belum semua sekolah melaksanakan kurikulum 2013 tentunya perlu persiapan yang diantaranya sosialisasi. Di SMA N 1 Yogyakarta proses sosialisasi berjalan secara berkala dan periodik. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMA N

1 Yogyakarta : “ya berjalan baik lewat workshop, setiap tahun baik awal

tahun pelajaran maupun tahun akhir pelajaran selalu di workshop tentang Kurikulum 2013, gitu.”(RP/16/04/2016)

Dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah dapat diketahui bahwa proses sosialisasi mengenai Kurikulum 2013 di SMA N 1 Yogyakarta sudah dilaksanakan melalui workshop dan dilaksanakan secara berkala dan periodik.

Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan oleh 3 guru di SMA N 1 Yogyakarta yaitu sebagai berikut :

Guru 1: “oh ya sering. Secara periodik sekolah melakukan sosialisasi, disamping dari dinas juga ada. Secara internal sekolah secara periodik selalu ada sosialisasi.” (SB/13/04/2016)

Guru 2: “jelas..iya..dulu kan pertamanya Kurikulum 2013 itu kan hanya 3 mapel ya, hanya 3 guru yang didiklat. Nah terus dari 3 guru yang didiklat itu, karena waktu itu harus dilakukan untuk semua mata pelajaran. Itu semua guru disosialisasikan.” (HR/13/04/2016)

Guru 3: ““iya..kita melakukan sosialisasi kepada guru-guru kepada siswa, pada orang tua juga..pas rapat orang tua disampaikan, karena ada beberapa perubahan dari kurikulum- kurikulum sebelumnya.” (AS/13/04/2016)

Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru yang ada di SMA N 1 Yogyakarta, peneliti dapat menyimpulkan bahwa proses sosialisasi sudah dilaksanakan di SMA N 1 Yogyakarta secara berkala dan periodik, melalui workshop yang diselenggarakan pihak internal sekolah dengan mengundang narasumber maupun yang di selenggarakan oleh Dinas Pendidikan.

Selain sosialisasi kurikulum 2013, pada aspek komunikasi adalah bentuk kerjasama dan koordinasi di SMA Negeri 1 Yogyakarta antara kepala sekolah dan guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 di sekolahnya, menurut kepala sekolah SMA N 1 Yogyakarta adalah, sebagai berikut :

“Itu ada briefing, ada rapat sosialisasi, dilakukan secara periodik.” (RP/16/04/2016)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa bentuk kerjasama dan koordinasi antara kepala sekolah dan guru terkait Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa bentuk kerjasama dan koordinasi antara kepala sekolah dan guru terkait

Aspek terakhir yang dilihat pada variabel komunikasi adalah melihat bagaimana partisipasi warga sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Di SMA Negeri 1 Yogyakarta partisipasi warga sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 secara umum bagus. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan kepala sekolah SMA N 1 Yogyakarta, sebagai berikut :

“hmmmm bagus, mereka semua saling kompak, karena memiliki pemikiran bahwa Kurikulum 2013 itu cara untuk menigkatkan kualitas pendidikan maupun bagaimana menghebatkan dalam proses pembelajaran. Karena inti dari pendidikan itu adalah bagaimana proses pembelajaran itu bisa berjalan dengan baik dan terjadi pembelajaran yang sesungguhnya dan itu dibutuhkan oleh siswa.” (RP/16/04/2016)

Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah SMA N 1 Yogyakarta, peneliti dapat menyimpulkan bahwa seluruh komponen yang ada di SMA N 1 Yogyakarta sudah memiliki kesamaan berpikir bahwa kurikulum 2013 itu merupakan cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan dengan adanya kurikulum 2013 ini merupakan cara untuk meningkatkan pembelajaran yang ada di SMA N 1 Yogyakarta.

2) Sumber daya

Pada aspek sumber daya ini terdiri dari 3 komponen yang diamati antara lain; 1) kepemimpinan kepala sekolah, 2) kesiapan guru, dan 3) sarana prasarana.

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor penentu yang dapat menggerakkan semua sumber daya sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap, terutama kepemimpinan kepala sekolah dalam menggerakkan, mengkoordinasikan, dan menyelaraskan sumber daya pendidikan yang tersedia di sekolah.

Bentuk kepala sekolah dalam menyelaraskan sumber daya pendidikan yang tersedia di sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 melalui pendekatan secara personal dengan guru-guru yang ada di sekolah, hal ini terdapat dalam wawancara dengan kepala sekolah SMA Negeri

1 Yogyakarta, sebagai berikut : “Ya dalam briefing, setiap senin kita melakukan proses

penguatannya, kemudian dalam rapat-rapat dinas kita juga melakukan satu proses sinkronisasi terhadap apa yang dilakukan oleh bapak ibu guru kemudian dalam supervisi akademik yang itu dilakukan secara personal di setiap guru yang dibantu oleh guru senior kita juga melihat sinkronisasi dan efektifitas dari itu. Dan juga dalam aktifitas PKG (Penilaian Kinerja Guru) itu didalamnya juga ada satu mekanisme untuk bagaimana kita mendeteksi Kurikulum 2013.” (RP/16/04/2016)

Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah SMA Negeri 1 Yogyakarta di atas terkait dengan bagaimana menyelaraskan sumber daya pendidikan yang tersedia di sekolah, dalam mengimplementasikan kurikulum 2013, kepala sekolah menghendaki adanya briefing yang secara rutin dilaksanakan antara kepala sekolah dan guru di tingkat internal SMA Negeri 1 Yogyakarta untuk meninjau bagaimana proses implementasi kurikulum 2013 itu berjalan.

Selain itu, pada rapat di tingkat dinas pendidikan terdapat adanya proses sinkronisasi terhadap apa yang dilakukan para guru dalam melaksanakan kurikulum 2013 di kelas untuk kemudian ditinjau bagaimana keefektifan dari hal tersebut yang nantinya bisa berpengaruh dalam penilaian kinerja guru (PKG).

Terkait dengan kesiapan guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013, ada pelatihan bagi guru untuk melaksanakana implementasi kurikulum 2013 di SMA N 1 Yogyakarta. Berikut informasi yang bisa diketahui berdasarkan hasil wawancara kepala sekolah dan 3 guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta terkait dengan kesiapan mereka dan keefektifan dari pelatihan ataupun diklat yang dilaksanakan untuk kurikulum 2013.

Kepsek : “bagus, iya bagus. Di SMA 1 semua siap kaitan dengan itu dan mereka sudah sesuaikan dengan RPP, sesuai dengan yang ada di Permendikbud No. 65 atau No. 64 kaitan dengan bagaimana standar pengelolaan RPP dan disesuaikan dengan Permendikbud yang lain yang itu mendukung untuk dijalankannya Kurikulum 2013.” (RP/16/04/2016)

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah SMA N 1 Yogyakarta mengenai kesiapan guru, beliau menyatakan bahwa guru sudah siap untuk melaksanakan kurikulum 2013 sesuai dengan peraturan dari Kemendikbud. Namun disisi lain guru menyatakan bahwa guru menerima untuk melaksanakan kurikulum 2013, tapi disisi lain guru merasakan pelatihan ataupun diklat tentang kurikulum 2013 belum efektif karena masih banyak perubahan yang sering terjadi. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan 3 guru tersebut :

Guru 1: “Relatif ya, sekarang kan lebih banyak, orientasinya pada aplikasi, mungkin dengan eksperimen, dengan inovasi atau siswa melakukan sendiri. “Ya sedikit banyak sudah cukup membantu. Pas sosialisasi tanpa penataran kan, guru sendiri sudah belum begitu paham. Adanya sosialisasi penataran bisa memahami Kurikulum 2013 lebih dalam walaupun masih banyak hambatan juga.” (SB/22/03/2016)

Guru 2: “Oke kita untuk Kurikulum 2013 itu kan diawali di diklat. Bagaimana kita membuat perencanaan pembelajaran, yang dulu tidak ada 5M, sekarang ada 5M seperti itu. Terus juga apa, setelah didiklat kita mengaplikasikan di sekolah, seperti itu, terus juga dalam pelaksanaanya kan SMA 1 itu kan menjadi sekolah model waktu itu ya, ada monitoring juga dari guru-guru pendamping cluster, dari masukan beliaunya, terus kita perbaiki apa proses pembelajaran yang mungkin dianggap kurang, seperti itu. Nah ini yang saya nggak begitu anu ya, nggak begitu sreg dengan penataran itu, artinya beberapa hal dalam penataran sih, gak semuanya. Jadi karena kemarin yang yang saya lihat diklat dua kali itu, apasih bedanya pertama dengan yang kedua, gak jauh beda. Kan lucu ya, artinya kan harus ada progres dimananya. Jadi selalu hal yang sama, analisis buku, macem-macem, yang kita inginkan itu bagaimana sih proses pembelajarannya. Ya tadi selalu diklat itu apa ya, analisis, ya memang administrasi itu penting ya, tapi kan perlu waktu bagaimana membuat model pembelajarannya, seperti itu yang menarik seperti apa, nah sesi yang seperti itu sedikit sekali. Kita Guru 2: “Oke kita untuk Kurikulum 2013 itu kan diawali di diklat. Bagaimana kita membuat perencanaan pembelajaran, yang dulu tidak ada 5M, sekarang ada 5M seperti itu. Terus juga apa, setelah didiklat kita mengaplikasikan di sekolah, seperti itu, terus juga dalam pelaksanaanya kan SMA 1 itu kan menjadi sekolah model waktu itu ya, ada monitoring juga dari guru-guru pendamping cluster, dari masukan beliaunya, terus kita perbaiki apa proses pembelajaran yang mungkin dianggap kurang, seperti itu. Nah ini yang saya nggak begitu anu ya, nggak begitu sreg dengan penataran itu, artinya beberapa hal dalam penataran sih, gak semuanya. Jadi karena kemarin yang yang saya lihat diklat dua kali itu, apasih bedanya pertama dengan yang kedua, gak jauh beda. Kan lucu ya, artinya kan harus ada progres dimananya. Jadi selalu hal yang sama, analisis buku, macem-macem, yang kita inginkan itu bagaimana sih proses pembelajarannya. Ya tadi selalu diklat itu apa ya, analisis, ya memang administrasi itu penting ya, tapi kan perlu waktu bagaimana membuat model pembelajarannya, seperti itu yang menarik seperti apa, nah sesi yang seperti itu sedikit sekali. Kita

Guru 3: “Kalau itu kita ada diklat, terus kita mengikuti apa yang ada di diklat itu. Bagaimana perencanaan pelaksanaan sampai evaluasi, ya seperti apa yang kita peroleh dari diklat itu. Terus kita aplikasikan ke dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Cukup membantu tapi sedikit karena itu kan selalu berkembang, selalu berubah-ubah. Dalam diklat itu yang kita dapatkan dengan tema kedua yang nanti diterima itu berubah. Jadi selalu berubah, pada periode diklat yang satu dengan yang lain selalu ada perubahan-perubahan itu yang kadang menjadi tidak efektif.” (SP/13/04/2016)

Dari hasil wawancara dengan guru di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa guru pada dasarnya menerima dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Yogyakarta. Namun masih perlu adanya pelatihan terkait dengan kurikulum 2013, karena guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta merasa adanya pelatihan guru tersebut di rasa belum cukup efektif. Karena selalu ada perubahan yang terjadi dalam setiap pelatihan itu. Selain itu guru merasa pelatihan tersebut hanya bersifat administrasi saja. Guru menginginkan bahwa materi diklat seharusnya perlu di kembangkan lagi.

Fasilitas dan sarana dan prasarana yang perlu dikembangkan dalam mendukung suksesnya implementasi kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Yogyakarta antara lain laboratorium, pusat sumber belajar, perpustakaan serta tenaga pengelola dan peningkatan kemampuan pengelolaannya. Fasilitas dan sarana prasarana tersebut didaya gunakan Fasilitas dan sarana dan prasarana yang perlu dikembangkan dalam mendukung suksesnya implementasi kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Yogyakarta antara lain laboratorium, pusat sumber belajar, perpustakaan serta tenaga pengelola dan peningkatan kemampuan pengelolaannya. Fasilitas dan sarana prasarana tersebut didaya gunakan

Fasilitas dan sarana dan prasarana di SMA Negeri 1 Yogyakarta sudah lengkap dan mencukupi untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang kondusif dan nyaman. Kaitannya dengan pelaksanaan implementasi Kurikulum 2013 pada aspek sarana dan prasarana tidak menjadi suatu permasalahan untuk SMA N 1 Yogyakarta. Peneliti mendapatkan data dari hasil wawancara dengan 3 guru SMA N

1 Yogyakarta, sebagaimana berikut ini,. Guru 1: “Ya dikatakan cukup ya cukup, kurang ya kurang,

relatif, kalau dikatakan kurang ya memang kurang untuk mapel saya (fisika). Tapi secara keseluruhan ya baik.” (SB/13/04/2016)

Guru 2: “Ya kalau dari sisi sarana sudah cukup ya. Dari buku-bukunya juga sudah ada. Akses internetnya juga sudah ada. Nggak masalah kalau dari sisi sarana dan prasarana.”(HR/13/04/2016)

Guru 3: “Ya sudah memadai disini ada internet. Ada perpustakaan, lingkungan sekolah juga mendukung.” (SP/13/04/2016)

Dari hasil wawancara di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa untuk sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan implementasi kurikulum 2013 untuk di SMA N 1 Yogyakarta sudah sangat memadai sehingga tidak menganggu pelaksanaan implementasi kurikulum 2013 di SMA N 1 Yogyakarta.

3) Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.

Tanggapan kepala sekolah, guru dan siswa di SMA N 1 Yogyakarta mengenai di laksanakannya kurikulum 2013 di sekolahnya berdasarkan hasil wawancara adalah dengan kepala sekolah, guru dan siswa adalah, sebagai berikut:

“secara riil, bagus. Anak menjadi sangat aktif dan guru menjadi memilik tantangan untuk dia mencoba untuk memiliki tingkat materi yang lebih luas dan juga pemahaman materi yang bagus. Yang ketiga bagaimana dia (siswa) mengimplementasi ke kehidupan nyata, contextual learning, yang ada dimasyarakat dengan pembelajaran yang ada dikelas. Sehingga siswa memiliki kesesuaian kondisi nyata di lapangan, di lingkungan mereka dengan pembelajaran di kelas.” (RP/16/04/2016)

Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah SMA N 1 Yogyakarta terkait dengan respon mengenai implementasi kurikulum 2013 adalah mendapat repson yang positif. Hal ini diperkuat dengan pendapat 3 guru di SMA N 1 Yogyakarta dan

3 siswa yaitu, sebagai berikut:

Guru 1: “pelaksanannaya yo, sementara yang berjalan di SMA 1 ini, udah bagus kayaknya, ya sudah lumayan sekalipun mungkin masih ada kekurangan di sana sini tapi aman. Kan SMA 1 kan mengawali lebih awal Kurikulum 2013 ini dibandingkan dengan sekolah lain. Ini udah jalan tahun ketiga. Saya pikir responnya ya bagus untuk guru maupun siswa.” (SB/13/04/2016)

Guru 2: “Oke, Kurikulum 2013 itu dari sisi konsep pembelajaran itu bagus ya, jadi anak didesain untuk proses berpikir 5M, kalau dulu kan guru-guru menjelaskan materi terlebih dahulu. Jadi dari konsep pembelajaran Kurikulum 2013 itu sudah bagus.”(HR/13/04/2016)

Guru 3: “Emmm, yang pertama responnya karena Kurikulum 2013 itu merupakan aturan dari pemerintah, jadi ya kita harus mengikuti.”(SP/13/04/2016)

Dari hasil wawancara dengan guru di SMA N 1 Yogyakarta peneliti dapat menyimpulkan bahwa guru menanggapi positif terkait pelaksanaan kurikulum di sekolahnya, karena memang SMA N 1 Yogyakarta ditunjuk untuk melaksanakan kurikulum 2013.

Tanggapan siswa mengenai pelaksanaan kurikulum 2013 di SMA N 1 Yogyakarta adalah sebagai berikut: Siswa 1: “Emm, untuk Kurikulum 2013 sistemnya menurut

saya sudah bagus. Lebih eeh apa ya, lebih bisa menumbuhkan kreativitas siswa. Tapi pada kenyataannya kadang-kadang belum dilaksanakan dilapangan. Maksud dari belum dilaksanakan dilapangan itu gimana ya, pembelajaran masih monoton biasa. Seperti metode ceramah gitu..hehe.” (IS/13/04/2016)

Siswa 2: “Terus kalo di Kurikulum 2013 itu siswanya mencari sendiri. Tapi malah kadang bingung, jadi harus nanya. Malah agak bingung, agak ruwet..haha tapi enaknya itu bisa bebas bisa browsing pakai HP.”(JG/13/04/2016)

Siswa 3: “ya cuman jadi agak lebih capek aja sih mas, karena suruh mencari sendiri.” (SK/13/04/2016)

Dari hasil wawancara dengan siswa yang ada di SMA Negeri 1 Yogyakarta peneliti menyimpulkan bahwa, implementasi kurikulum 2013 dirasa lebih membebaskan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Namun tentunya perlu arahan yang baik dari guru kepada siswa dalam hal materi. Siswa masih merasakan perlu adanya penjelasan dari guru dan tidak hanya sekedar mencari materi saja.

4) Struktur Birokrasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi standar (standar operating procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak.

Hasil wawancara dengan guru terkait dengan apakah sudah menerima pedoman petunjuk pelaksanaan kurikulum 2013, guru di SMA N 1 Yogyakarta menyatakan bahwa semua guru sudah menerima pedoman dan petunjuk pelaksanaan kurikulum 2013 yang diberikan oleh pemerintah pusat.

Dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 tentunya SMA Negeri 1 Yogyakarta tidak berjalan sendiri. Selain bekerja sama antara warga sekolah di tingkat internal sekolah, sekolah juga perlu bersinergi dengan pihak-pihak yang terlibat dalam Dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 tentunya SMA Negeri 1 Yogyakarta tidak berjalan sendiri. Selain bekerja sama antara warga sekolah di tingkat internal sekolah, sekolah juga perlu bersinergi dengan pihak-pihak yang terlibat dalam

“Ya..ya..ya..selalu dalam workshop selalu melibatkan narasumber dari UNY, dari LPMP, maupun dari pengawas dan juga kepala dinas yang merupakan mekanisme standar untuk bagaimana Kurikulum 2013 itu berjalan sesuai dengan yang di amanatkan Kementrian. Kemudian kita melibatkan induk cluster yang disana memiliki instruktur nasional atau instruktur tingkat provinsi. Dan juga narasumber nasional. Kemudian SMA N 1 juga bapak ibu gurunya mengikuti pelatihan di PPPPTK (Pusat Pendidikan Pelatihan Tenaga Kependidikan) yang bisa matematika bisa seni dan itu ada di seluruh Indonesia dibawah Dirjen Guru dan Kependidikan.” (RP/16/04/2016)

Dari hasil wawancara di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa terkait dengan workshop tentang kurikulum 2013 masih terus dilaksanakan walaupun di SMA Negeri 1 Yogyakarta telah berjalan selama 3 tahun pelajaran yang dimulai pada tahun 2013. Fungsi workshop tersebut dijadikan mekanisme standar untuk bagaimana kurikulum 2013 tersebut berjalan sudah sesuai belum dengan yang diamanatkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai stakeholder kurikulum 2013. Hal tersebut mutlak dilakukan untuk mengetahui bagaimana jalannya implementasi yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Yogyakarta, selain itu untuk mengidentifikasi masih ada atau tidak hambatan yang terjadi dalam mengimplementasikan kurikulum 2013.

Pelaksanaan implementasi kurikulum 2013 di SMA Negeri

1 Yogyakarta yang sudah memasuki tahun ketiga ternyata masih terdapat hambatan yang terjadi. Hambatan tersebut menurut kepala sekolah dan guru adalah hambatan yang terkait dengan aspek penilaian yang dirasa masih terlalu rumit. Berikut hasil wawancara dengan kepala sekolah dan tiga guru yang ada di SMA Negeri 1 Yogyakarta pada saat ditanya apakah ada hambatan yang terjadi terkait implementasi kurikulum 2013 di sekolahnya.

“Ada hambatannya juga, yang paling utama adalah eee di awal-awal itu dengan sistem penilaian yang sangat rumit. Mereka mengalami kesulitan karena harus menilai secara individual sesuai dengan jumlah penilaian yang sangat banyak.” (RP/16/04/2016)

“Hambatan yang ada pada ribetnya pada penilaian. Itu memang yang agak ribet. Untuk apa ya untuk menilai siswa sebanyak itu kan ternyata tidak mudah. Sering kita hanya meraba-raba.” (SB/13/04/2016)

“Hambatan yang nyata terlihat ya pada aspek penilaian ini. penialain ini yang agak amburadul, bener..artinya dari dulu pergantian Permen 81 A, berubah menjadi Permen 66, dari Permen 66 berubah menjadi 104. Sekarang berubah lagi. Terakhir itu Permen 53, artinya dengan berubahnya terus pada setiap tahun berarti ada masalah di Kurikulum 2013. Jujur satu sebetulnya kalau penilaian itu didesain dari awal, artinya di proses secara matang gak akan terjadi perubahan seperti ini. Cuma karena desainnya itu belum matang tapi sudah dilontarkan itu menjadi suatu masalah.” (HR/13/04/2016)

Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru terkait dengan hambatan yang terjadi dalam implementasi kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Yogyakarta, semuanya Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru terkait dengan hambatan yang terjadi dalam implementasi kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Yogyakarta, semuanya

2. Deskripsi Lokasi Penelitian

a. Sejarah SMA N 8 Yogyakarta

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 235/0/1973 tertanggal 18 Desember 1973. Sekolah Menengah Pembangunan Persiapan (SMPP) di Indonesia sejumlah 34 sekolah (termasuk SMPP 10 Yogyakarta). Pada hari Selasa Pahing tanggal 8 Januari 1974 kegiatan belajar mengajar di SMPP 10 Yogyakarta dengan menempati gedung berlantai 2.

Sebagai penyelenggara kegiatan proses belajar dan mengajar di serahkan SMA N 5 Yogyakarta yang waktu itu dipimpin oleh Bapak R. Muh. Solihin, dengan jumlah siswa 196 orang terbagi dalam 5 kelas.

Pada tanggal 1 April 1975 sejumlah 21 orang guru dan 12 orang karyawan tata usaha dengan resmi di mutasi dari SMA Negeri 5 Yogyakarta ke SMPP 10 Yogyakarta.

Pada tahun ajaran 1976 SMA 5 Yogyakarta dipindahkan ke lokasi baru yaitu desa Tinalan Kecamatan Kotagede Yogyakarta, oleh karena itu SMPP 10 Yogyakarta harus berusaha melengkapi meja dan kursi Pada tahun ajaran 1976 SMA 5 Yogyakarta dipindahkan ke lokasi baru yaitu desa Tinalan Kecamatan Kotagede Yogyakarta, oleh karena itu SMPP 10 Yogyakarta harus berusaha melengkapi meja dan kursi

Tahun pelajaran 1977 SMPP 10 Yogyakarta ditunjuk oleh Depdikbud menjadi sekolah Pradiseminasi untuk sistem pengajaran dengan modul. Pada tahun pelajaran 1980/ 1981, nama SMPP 10 Yogyakarta semakin terkenal dalam masyarakat karena hal ini animo untuk masuk ke SMPP 10 Yogyakarta semakin besar.

Pada tahun pelajaran 1982/ 1983 SMPP 10 Yogyakarta mendapat kepercayaan Depdikbud untuk melaksanakan sistem belajar tuntas dengan pendekatan seluruh kelas (pada waktu itu jumlah kelas 12 buah, masing-masing tingkat 4 kelas). Tahun pelajaran 1985/ 1986 terjadi perubahan nama SMPP 10 Yogyakarta menjadi SMA 8 Yogyakarta. Pada tahun ini juga diberlakukan kurikulum 1984 dengan penjurusan di kelas dua dengan 4 program pilihan yaitu A1 untuk program IPA, A2 Program Biologi, A3 Program IPS, A4 program ilmu pengetahuan bahasa.

Riwayat singkat SMA Negeri 8 Yogyakarta tidak dapat meninggalkan riwayat SMPP 10 Yogyakarta, karena secara kelembagaan SMA Negeri 8 Yogyakarta adalah nama baru SMPP 10 Yogyakarta. Perubahan nama berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0353/O/1985 tertanggal 8 Agustus

1985, tentang perubahan nama Sekolah Menengah Pembangunan Pertama (SMPP) menjadi Sekolah Menengah Atas Tingkat Atas (SMA). Selanjutnya dengan instruksi Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 01/F/96 tertanggal

17 Januari 1986 tentang perubahan naman SMPP 10 Yogyakarta menjadi SMA Negeri 8 Yogyakarta.

b. Visi dan Misi SMA N 8 Yogyakarta

Visi dan Misi SMA N 8 Yogyakarta adalah sebagai berikut :

1) Visi

Terwujudnya sekolah unggul, santun berperilaku, berbudaya dan peduli terhadap lingkungan, serta mampu bersaing di tingkat global yang berlandaskan Imtaq dan Iptek.

2) Misi

a) Mewujudkan kompetensi peserta didik agar menjadi manusia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b) Mewujudkan prestasi peserta didik yang tinggi dan berkualitas.

c) Mewujudkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual teaching yang berakhlak mulia dan berpikir analitik.

d) Mewujudkan pendidikan budi pekerti yang berbudaya dan berkarakter bangsa Indonesia.

e) Mewujudkan kemampuan guru dalam pengembangan ilmu

teknologi dan kemampuan berbahasa inggris.

f) Mewujudkan lingkungan sekolah yang sehat, bersih, rindang, asri sebagai upaya pelestarian lingkungan yang kondusif.

g) Mewujudkan sekolah bebas sampah dan pencemaran lingkungan.

h) Menciptakan budaya damai, anti kekerasan dan menjunjung tinggi budaya lokal.

c. Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang terdapat di SMA Negeri 1 Yogyakarta adalah terdiri dari :

1) Komite Sekolah

2) Kepala Sekolah

3) Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum

4) Wakil Kepala Sekolah bagian Kesiswaan

5) Wakil Kepala Sekolah bagian Sarana dan Prasarana

6) Wakil Kepala Sekolah bagian Humas

7) Guru

8) Bimbingan dan Konseling (BK)

9) Program Akselerasi

10) Pengembangan SDM

11) Perpustakaan

12) UKS

13) Siswa SMA N 8 Yogyakarta

Struktur organisasi di SMA N 8 Yogyakarta saling mendukung antara satu dengan yang lainnya. Sehingga menciptakan sinergi yang baik dalam menghasilkan sekolah yang unggul dan menjadi sekolah percontohan bagi sekolah-sekolah lain.

d. Fasilitas dan Sarana Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan fasilitas pendukung untuk menunjang jalannya proses pembelajaran agar bisa berjalan efektif dan kondusif. Segala bentuk sarana dan prasarana di sekolah bisa di nikmati semua pihak. Pengadaan sarana dan prasarana ini digunakan untuk meningkatkan kualitas belajar peserta didik. Tanpa sarana dan prasrana, proses pembelajaran yang dilaksanakan dapat berjalan tidak maksimal. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya sarana dan prasarana sebagai penunjang di lembaga pendidikan. Keadaan sarana dan prasarana yang ada di SMA Negeri 1 Yogyakarta sebagai berikut

1) Ruang Kelas

2) Lab. Multimedia

3) Lab. IPA (Fisika, Kimia, Biologi)

4) Lab. Bahasa

5) Lab. Komputer

6) Ruang audiovisual

7) Studio musik

8) Taman dan Gazebo

9) Sarana Internet

10) Perpustakaan

11) Ruang Kegiatan Kesiswaan

12) Kantin dan Rumah Penjaga Sekolah

13) Ruang Pertemuan/ Ruang Sidang

14) Aula

15) UKS

16) Ruang Bimbingan dan Konseling

17) Ruang Kepsek

18) Ruang Guru

19) Masjid dan Ruang Agama lainnya

20) Lapangan Olahraga (Basket, Volley, Badminton, Tenis Meja, dll).

e. Keadaan Guru dan Siswa SMA N 8 Yogyakarta

Keadaan guru di SMA N 8 Yogyakarta berjumal sekitar 60 orang. Sedangkan peserta didik di SMA N 8 Yogyakarta pada tahun pelajaran 2015/ 2016 berjumlah 761.

f. Implementasi Kurikulum 2013 di SMA N 8 Yogyakarta

1) Komunikasi

Sebagai salah satu sekolah favorit yang sering berprestasi di Kota Yogyakarta dan sebagai sekolah eks-RSBI, pemerintah dalam hal ini adalah Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta memutuskan untuk menunjuk SMA Negeri 8 Yogyakarta sebagai salah satu sekolah yang mengimplementasikan Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 merupakan sebuah Kurikulum yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi. Selain itu, kurikulum 2013 lebih mengutamakan pemahaman, dan skill. Siswa dituntut untuk paham dengan materi pembelajaran yang disampaikan, aktif dalam proses pembelajaran, aktif dalam berdiskusi dan presentasi, serta memiliki sopan santun dan disiplin yang tinggi.

Kurikulum 2013 yang baru disahkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2013 dan belum semua sekolah melaksanakan kurikulum 2013 tentunya perlu persiapan yang diantaranya sosialisasi. Di SMA N 8 Yogyakarta proses sosialisasi berjalan secara berkala dan periodik. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMA N

8 Yogyakarta : “ya..itu kita awali tahun 2013 ya mas ya..begitu ada

informasi kita berikan pemahaman dulu, sekilas info bahwa sekolah kita akan dipakai untuk bottom project. Karena SMA 8 ini sekolah mantan RSBI. Yang kedua, eh kita mesti menunggu saat itu iya tidaknya, kemudian setelah itu ada diklat di Jakarta. Kita yakinkan bahwa kita ditunjuk untuk eh implementing project sebagai sekolah yang model pelaksanaan implementasi Kurikulum 2013, karena mantan RSBI..”(MNM/28/03/2016)

Dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah dapat diketahui bahwa proses sosialisasi mengenai Kurikulum 2013 di

SMA N 8 Yogyakarta Dari hasil wawancara diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa di SMA Negeri 8 Yogyakarta pada saat akan dilaksanakan kurikulum 2013, sekolah memberi pemahaman dan sosialisasi tentang kurikulum 2013, dalam hal ini adalah guru dan siswa. Setelah di nilai siap, ada diklat bagi guru untuk melaksanakan kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran di kelas, kemudian menyelaraskan materi yang ada agar bisa di pahami oleh guru.

Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan oleh 3 guru di SMA N 8 Yogyakarta yaitu sebagai berikut : Guru 1: “jelas, berkali-kali. Berulang kali.” (WD/20/04/2016)

Guru 2: “jelas, berkali-kali. Berulang kali. Pihak sekolah melakukan sosialisasi tentang kurikulum 2013” (TH/20/04/2016)

Guru 3: “jelas, berkali-kali. Berulang kali.” (AP/20/04/2016)

Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru yang ada di SMA N 8 Yogyakarta, peneliti dapat menyimpulkan bahwa proses sosialisasi sudah dilaksanakan di SMA N 8 Yogyakarta secara berkala dan periodik, di selenggarakan pihak internal sekolah dengan mengundang narasumber maupun yang di selenggarakan oleh Dinas Pendidikan.

Selain sosialisasi kurikulum 2013, pada aspek komunikasi adalah bentuk kerjasama dan koordinasi di SMA Negeri 8 Yogyakarta antara kepala sekolah dan guru dalam Selain sosialisasi kurikulum 2013, pada aspek komunikasi adalah bentuk kerjasama dan koordinasi di SMA Negeri 8 Yogyakarta antara kepala sekolah dan guru dalam

“Dikita tugasnya itu motivasi, kemudian monitoring, kemudian mencari solusi bersama jika terdapat kesulitan dalam menerapkan kurikulum 2013. Itu ada briefing, ada rapat sosialisasi, dan ada pihak IHT (In-House Training) untuk mengimplementasikan kurikulum 2013. Untuk In-House Training itu sama dengan penataran.”.(MNM/16/04/2016)

Dari wawancara tersebut peneliti menyimpulkan bahwa bentuk kerjasama dan koordinasi antara kepala sekolah dan guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 berupa saling memotivasi antara guru, kemudian juga sharing untuk menemukan solusi bersama jika dirasa ada masalah dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 di SMA N 8 Yogyakarta.

Aspek terakhir yang dilihat pada variabel komunikasi adalah melihat bagaimana partisipasi warga sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Di SMA N 8 Yogyakarta, partisipasi warga sekolah dalam menerapkan kurikulum 2013 sudah dapat dikatakan maksimal, karena kepala sekolah memberi motivasi lebih kepada warga sekolah untuk melaksanakan kurikulum 2013 di SMA N 8 Yogyakarta. ,sebagai berikut :

“kalau untuk SMA 8 tidak masalah. Tapi kesulitan muncul di masih sampai sekarang di scientific approach sama di evaluasi dan penilaian.” (MNM/16/04/2016)

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa untuk SMA Negeri 8 Yogyakarta terkait dengan pelaksanaan kurikulum 2013 sudah baik tidak menemui hambatan yang berarti . Baik dari sisi SDM yang ada, kemudian siswanya, serta kultur akademik yang sudah terbangun di SMA Negeri 8 Yogyakarta. Namun kesulitan terkait pelaksanaan kurikulum 2013 di SMA Negeri 8 muncul pada penerapan kurikulum pada pendekatan saintifik dan penilaian dalam kurikulum 2013.

2) Sumberdaya

Pada aspek sumberdaya ini terdiri dari 3 komponen yang diamati antara lain ; 1) kepemimpinan kepala sekolah, 2) kesiapan guru, dan 3) sarana prasarana.

Bentuk kepala sekolah dalam menyelaraskan sumber daya pendidikan yang tersedia di sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum 2013, hal ini terdapat dalam wawancara dengan kepala sekolah SMA Negeri 8 Yogyakarta, Pak MNM sebagai berikut :

“Ya kita sering dengar pendapat, kemudian yang jelas perubahan yang terjadi harus dipahami. Intinya harus dilaksanakan. Yang kita pahamkan bahwa ini adalah tuntutan pekerjaan yang terjadi.” (MNM/16/04/2016)

Dari wawancara tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa di SMA N 8 Yogyakarta komunikasi antar kepala sekolah dan guru dalam menerapkan kurikulum 2013 sudah Dari wawancara tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa di SMA N 8 Yogyakarta komunikasi antar kepala sekolah dan guru dalam menerapkan kurikulum 2013 sudah

Terkait dengan kesiapan guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013, ada pelatihan/ diklat bagi guru untuk melaksanakana implementasi kurikulum 2013 di SMA N 8 Yogyakarta. Berikut informasi yang bisa diketahui berdasarkan hasil wawancara kepala sekolah dan 3 guru di SMA Negeri 8 Yogyakarta terkait dengan kesiapan mereka dan keefektifan dari pelatihan ataupun diklat yang dilaksanakan untuk kurikulum 2013.

Kepsek : “saya kira sudah siap. Karena ka nada berbagai pendampingan untuk guru, ada diklat, ada workshop, kemudian ada claster (kelompok pelaksana guru untuk kurikulum 2013) dan diklat itubermanfaat jelas, tapi kalau untuk meningkatkan kualitas kbm perlu waktu ya, karena mestinya itu yang dirubah oleh pemerintah itu adalah mindset guru dulu. Selama ini selama perubahan yang ada. Kurikulumnya dirubah tapi gurunya nggak dirubah. Maka pelaksanaanya akan sama seperti yang dulu.” (MNM/16/04/2016)

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah SMA N 8 Yogyakarta mengenai kesiapan guru, beliau menyatakan bahwa guru sudah menerima untuk melaksanakan kurikulum

2013 sesuai dengan peraturan dari Kemendikbud. Namun disisi lain guru menyatakan bahwa guru masih memiliki hambatan dalam melaksanakan kurikulum 2013, hambatan tersebut terjadi pada pelatihan ataupun diklat tentang kurikulum 2013, guru merasa pelatihan/diklat itu belum efektif karena masih banyak perubahan yang sering terjadi. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan 3 guru :

Guru 1: “iya siap kan kita sudah dibekali. sudah. Ada 2 kali pelatihan yang kami ikuti. masih kurang, perlu ditambah lagi dan lagi terkait dengan hal itu.” (WD/20/04/2016)

Guru 2: “kita siap karena ada pelatihan-pelatihan terkait dengan hal ini. sudah. masih kurang, perlu ditambah lagi dan lagi terkait dengan hal itu.” (TH/20/04/2016)

Guru 3: “dari adanya sosialisasi, pelatihan-pelatihan ya kita harus siap. masih kurang, perlu ditambah lagi dan lagi terkait dengan hal itu.” (AP/20/04/2016)

Dari hasil wawancara dengan guru diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa guru di SMA N 8 Yogyakaarta siap mengimplementasikan kurikulum 2013 di SMA Negeri 8 Yogyakarta, karena dalam prosesnya guru di SMA N 8 Yogyakarta di bekali dengan sosialisasi dan diklat tentang kurikulum 2013. Namun masih perlu adanya pelatihan terkait dengan kurikulum 2013, karena guru di SMA Negeri 8 Yogyakarta merasa adanya pelatihan guru tersebut materi pelatihan perlu ditambah lagi dan diintensifkan.

Fasilitas dan sarana dan prasarana yang perlu dikembangkan dalam mendukung suksesnya implementasi kurikulum 2013 di SMA Negeri 8 Yogyakarta antara lain laboratorium, pusat sumber belajar, perpustakaan serta tenaga pengelola dan peningkatan kemampuan pengelolaannya. Fasilitas dan sarana prasarana tersebut didayagunakan seoptimal mungkin, di pelihara dan di simpan dengan sebaik-baiknya.

Fasilitas dan sarana dan prasarana di SMA Negeri 1 Yogyakarta sudah lengkap dan mencukupi untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang kondusif dan nyaman. Kaitannya dengan pelaksanaan implementasi Kurikulum 2013 pada aspek sarana dan prasarana tidak menjadi suatu permasalahan untuk SMA N 8 Yogyakarta. Peneliti mendapatkan data dari hasil wawancara dengan 3 guru SMA N

8 Yogyakarta, sebagaimana berikut ini,. Guru 1: “Sarana dan prasarana di SMA 8 ini sudah bagus.

Cuma masih agak kurang di akses internet. Sering troble. Terutama di kelas, ya.” (WD/20/04/2016)

Guru 2: “Sarana dan prasarana di SMA 8 ini sudah bagus. Cuma masih agak kurang di akses internet. Sering troble.” (TR/20/04/2016)

Guru 3: “Sarana dan prasarana di SMA 8 ini sudah bagus. Cuma masih agak kurang di akses internet. Sering troble. Terutama di kelas, ya.” (AP/20/04/2016)

Dari hasil wawancara di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa untuk sarana dan prasarana untuk mendukung Dari hasil wawancara di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa untuk sarana dan prasarana untuk mendukung

3) Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.

Tanggapan kepala sekolah, guru dan siswa di SMA N 8 Yogyakarta mengenai di laksanakannya kurikulum 2013 di sekolahnya berdasarkan hasil wawancara adalah dengan kepala sekolah, guru dan siswa adalah, sebagai berikut:

“saya kira sudah siap karena kan ada berbagai pendampingan untuk guru, ada diklat, ada workshop, kemudian ada claster (kelompok pelaksana guru untuk kurikulum 2013).” (MNM/28/03/2016)

Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah SMA N 8 Yogyakarta terkait dengan respon mengenai implementasi kurikulum 2013 adalah sudah siap menerima kurikulum 2013.

Hal ini diperkuat dengan pendapat 3 guru di SMA N 8 Yogyakarta dan 3 siswa yaitu, sebagai berikut: Guru 1: “yaudah baik aja. Terlaksana.” (WD/20/04/2016)

Guru 2: “iya responnya baik. Terlaksana juga.”(TH/20/04/2016)

Guru 3: ” “iya responnya ya baik.” (AP/20/04/2016)

Dari hasil wawancara dengan guru di SMA N 8 Yogyakarta peneliti dapat menyimpulkan bahwa guru menanggapi positif terkait pelaksanaan kurikulum di sekolahnya, karena memang SMA N 8 Yogyakarta ditunjuk untuk melaksanakan kurikulum 2013.

Tanggapan siswa mengenai pelaksanaan kurikulum 2013 di SMA N 1 Yogyakarta adalah sebagai berikut: Siswa 1: “mmhh kalau sistemnya sih lebih bagus dari kurikulum

yang sebelumnya, tapi karena baru penerapan awal-awal, masih baru. Jadi masih banyak cukup optimal dan maksimal.” (IY/14/04/2016)

Siswa 2: “sebenernya tuh ada positifnya ada negatifnya juga sih, kalau misalnya positifnya sih bisa membuat kita lebih aktif dan lebih belajar ITnya juga karena pakai sarana prasarananya lebih maju juga. Tapi negatifnya itu kadang membuat guru malas untuk mengajar, mungkin ada beberapa guru yang memang masih mengajar, tapi rata-rata emang disuruh bikin powerpoint aja, terus presentasi. Kan muridnya kadang belum sepenuhnya mengerti .” (PR/14/04/2016)

Siswa 3: “mmhh kalau sistemnya sih lebih bagus dari kurikulum yang sebelumnya, tapi karena baru penerapan awal-awal, masih baru. Jadi masih banyak cukup optimal dan maksimal. (RF/14/04/2016)

Dari hasil wawancara diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa siswa menanggapi secara positif terkait dengan Dari hasil wawancara diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa siswa menanggapi secara positif terkait dengan

4) Struktur Birokrasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi standar (standar operating procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak.

Hasil wawancara dengan guru di SMA N 8 Yogyakarta terkait dengan apakah sudah menerima pedoman petunjuk pelaksanaan kurikulum 2013, guru di SMA N 8 Yogyakarta menyatakan bahwa semua guru sudah menerima pedoman dan petunjuk pelaksanaan kurikulum 2013 yang diberikan oleh pemerintah pusat.

Dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 tentunya SMA Negeri 8 Yogyakarta tidak berjalan sendiri. Selain bekerja sama antara warga sekolah di tingkat internal sekolah, sekolah juga perlu bersinergi dengan pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kurikulum 2013 ini. Kepala sekolah SMA Negeri 8 Yogyakarta, Pak MNM menjelaskan bahwa ada pihak lain yang Dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 tentunya SMA Negeri 8 Yogyakarta tidak berjalan sendiri. Selain bekerja sama antara warga sekolah di tingkat internal sekolah, sekolah juga perlu bersinergi dengan pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kurikulum 2013 ini. Kepala sekolah SMA Negeri 8 Yogyakarta, Pak MNM menjelaskan bahwa ada pihak lain yang

“Ya itu pengawas ya. Pengawas yang menjadi penghubung antara sekolah dengan instansi terutama dinas pendidikan dalam hal ini. Pengawas itu tugasnya sebagai pendamping kita di sekolah. Selain itu juga bertugas memonitoring bersama terkait dengan implementasi kurikulum 2013.”(MNM/28/03/2016)

Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah SMA N 8 Yogyakarta, Pak MNM beliau menjelaskan bahwa sekolah menjalin komunikasi dengan pengawas. Pengawas tersebut bertugas sebagi penghubung antara sekolah dengan dinas pendidikan, kemudian pengawas juga bertugas sebagai pendamping sekolah dalam hal apapun. Selain itu pengawas bertugas untuk memonitoring jalannya implementasi kurikulum 2013 di SMA N 8 Yogyakarta.

Pelaksanaan implementasi kurikulum 2013 di SMA Negeri

8 Yogyakarta yang sudah memasuki tahun ketiga ternyata masih terdapat hambatan yang terjadi. Hambatan tersebut menurut kepala sekolah dan guru adalah hambatan yang terkait dengan aspek penilaian yang dirasa masih terlalu rumit. Berikut hasil wawancara dengan kepala sekolah dan tiga guru yang ada di SMA Negeri 8 Yogyakarta pada saat ditanya apakah ada hambatan yang terjadi terkait dengan implementasi kurikulum 2013 di SMA Negeri 8 Yogyakarta. Berikut adalah kurtipan 8 Yogyakarta yang sudah memasuki tahun ketiga ternyata masih terdapat hambatan yang terjadi. Hambatan tersebut menurut kepala sekolah dan guru adalah hambatan yang terkait dengan aspek penilaian yang dirasa masih terlalu rumit. Berikut hasil wawancara dengan kepala sekolah dan tiga guru yang ada di SMA Negeri 8 Yogyakarta pada saat ditanya apakah ada hambatan yang terjadi terkait dengan implementasi kurikulum 2013 di SMA Negeri 8 Yogyakarta. Berikut adalah kurtipan

“Ya tadi..yang jelas ada pada scientific approach, yang kedua ada di media yang dalam pembelajarannya harus berbasis TIK. Yang berikutnya belum terbiasanya menilai siswa dalam sikap, keterampilan, kemudian berbagai macam cara evaluasi yang ada pada aturan Kurikulum 2013 itu.” (MNM/28/03/2016)

“Dalam hal penilaian, yang terlalu ribet.” (WD/20/04/2016)

”Hambatan terkait dengan penilaian. kalau pengetahuan kita nggak angel. Bisa ulangan gitu ya. Tapi kalau keterampilan sama sikap.” (TR/20/04/2016)

“Dalam hal penilaian. Penilainya ribet sekali. Kita konsentrasi ngajar tapi kita juga mengamati siswa. Seharusnya kan kita ngajar ya ngajar, tapi malah kita melihat bagaimana sikap anak. Konsen ke ngajar aja lah seharusnya kita.” (AP/20/04/2016)

Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru terkait dengan hambatan yang terjadi dalam implementasi kurikulum 2013 di SMA Negeri 8 Yogyakarta, semuanya sepakat bahwa hambatan yang nyata dirasakan adalah hambatan pada aspek penilaian. Proses penilaian Kurikulum 2013 sendiri memiliki struktur yang berbeda dengan kurikulum KTSP. Di mana Kurikulum 2013 harus memberikan nilai pada siswa berupa nilai huruf dan penjabaran secara kualitatif.

c. Tabel Komparasi Implementasi Kurikulum 2013 di SMA N 1 Yogyakarta dan SMA N 8 Yogyakarta

Tabel 3. Komparasi Implementasi Kurikulum 2013

No. Pertanyaan Penelitian

SMA N 1 Yogyakarta

SMA N 8 Yogyakarta

1. Sejarah Sekolah

SMA N 1 Yogyakarta merupakan sekolah SMA N 8 Yogyakarta dulunya adalah gabungan dari sekolah 1A dan SMA 2A yang Sekolah Menengah Pembangunan Pertama kemudian berubah nama menjadi SMA 10 Yogyakarta (SMPP 10 Yogyakarta) Teladan pada tanggal 16 Desember 1957 yang tertanggal 18 Desember 1973. menempati gedung di Jalan Pakuncen atau Pada tahun pelajaran 1985/ 1986 terjadi Jalan HOS Cokroaminoto No 10 Yogyakarta.

perubahan nama dari SMPP 10 Yogyakarta Pada tanggal 24 Mei 1995 SMA N 1 menjadi SMA N 8 Yogyakarta. Yogyakarta ditunjuk

sebagai Sekolah Riwayat singkat SMA Negeri 8 Unggulan yang kemudian pada tahun 1998 Yogyakarta tidak dapat meninggalkan disempurnakan menjadi SMA Berwawasan riwayat SMPP 10 Yogyakarta. Karena Keunggulan.

secara kelembagaan SMA N 8 Yogyakarta adalah nama baru SMPP 10 Yogyakarta. Perubahan naman berdasarkan surat tertanggal 8 Agustus 1985, tentang perubahan nama Sekolah Menengah Pembangunan Pertama (SMPP) menjadi Sekolah Menengah Atas Tingkat Atas (SMA). Selanjutnya dengan instrusi Depdikbud wilayah tertanggal 17 Januari 1986 tentang perubahan nama SMPP 10 Yogyakarta menjadi SMA N 8 Yogyakarta.

2. Visi dan Misi Sekolah

Visi :

Visi :

Terwujudnya sekolah yang mampu Terwujudnya sekolah unggul, santun menghasilkan keluaran yang berakar budaya berperilaku, berbudaya dan peduli terhadap

tingkat global yang berlandaskan Imtaq dan Iptek.

Misi :

Misi :

a. Mengembangkan kemampuan akademik a. Mewujudkan kompetensi peserta didik

berstandar internasional dengan agar menjadi manusia seutuhnya yang menerapkan dan mengembangkan beriman dan bertaqwa kepada Tuhan kurikulum yang berlaku, baik kurikulum

Yang Maha Esa.

lokal, nasional maupun internasional.

b. Mewujudkan prestasi peserta didik

b. Mengembangkan sikap kedisiplinan, yang tinggi dan berkualitas. kepemimpinan, serta ketaqwaan melalui c. Mewujudkan pembelajaran dengan organisasi siswa, kegiatan ekstrakurikuler,

pendekatan kontekstual teaching yang kegiatan keagamaan, maupun kegiatan lain

berakhlak mulia dan berpikir analitik. yang berakar budaya bangsa.

d. Mewujudkan pendidikan budi pekerti

c. Mengembangkan sikap berkompetensi yang berbudaya dan berkarakter bangsa yang sportif melalui berbagai bidang dan

Indonesia. kesempatan dengan mengedepankan aspek e. Mewujudkan kemampuan guru dalam

kebangsaan. pengembangan ilmu teknologi dan

d. Menanamkan nilai keteladanan dan budi kemampuan berbahasa inggris. pekerti luhur melalui pengembangan kultur f. Mewujudkan lingkungan sekolah yang sekolah sesuai dengan norma agama,

sehat, bersih, rindang, dan asri sebagai sosial, dan kebangsaan.

upaya pelestarian lingkungan yang kondusif.

g. Mewujudkan sekolah bebas sampah dan pencemaran lingkungan.

h. Menciptakan budaya damai, anti kekerasan dan menjunjung tinggi

3. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi SMA N 1 Yogyakarta :

Struktur Organisasi SMA N 8 Yogyakarta:

a. Komite Sekolah

a. Komite Sekolah

b. Kepala Sekolah

b. Kepala Sekolah

c. Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum

c. Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum

d. Wakil Kepala Sekolah bagian Kesiswaan

d. Wakil Kepala Sekolah bagian

e. Wakil Kepala Sekolah bagian Sarpras

Kesiswaan

f. Wakil Kepala Sekolah bagian Humas

e. Wakil Kepala Sekolah bagian Sarpras

g. Waka Litbang

f. Wakil Kepala Sekolah bagian Humas

h. Guru

g. Guru

i. Bimbingan dan Konseling

h. Bimbingan dan Konseling

j. Program Akselerasi

i. program akselerasi

k. Pengembangan SDM

j. Pengembangan SDM

l. Perpustakaan

k. Perpustakaan

m. UKS

l. UKS

n. Siswa SMA N 1 Yogyakarta

m. Siswa SMA N 8 Yogyakarta

4. Fasilitas dan Sarana

Fasilitas dan Sarana Prasarana yang ada di Fasilitas dan Sarana Prasarana yang ada di SMA N 1 Yogyakarta adalah sebagai berikut : SMA N 8 Yogyakarta adalah sebagai

Prasarana

a. Ruang Kelas

berikut :

b. Lab Multimedia

a. Ruang Kelas

c. Lab. IPA

b. Lab Multimedia

d. Lab. Multimedia

c. Lab. IPA

e. Lab. Komputer

d. Lab. Komputer

f. Sarana Internet

e. Sarana Internet

g. Perpustakaan

f. Perpustakaan

h. Ruang kegiatan Kesiswaan

g. Ruang kegiatan Kesiswaan

i. Kantin dan Rumah Penjaga Sekolah

h. Kantin dan Rumah Penjaga Sekolah

j. Ruang Pertemuan/ R. Sidang

i. Ruang Pertemuan/ R. Sidang

j. UKS

l. Ruang BK

k. Ruang BK

m. Ruang Kepsek

l. Ruang Kepsek

n. Ruang Guru

m. Ruang Guru

o. Masjid dan Ruang Agama lainnya

n. Masjid dan Ruang Agama lainnya

p. Lapangan Olahraga

b. o) Lapangan Olahraga

5. Keadaan Guru dan

Data guru pengajar yang ada di SMA N 1 Data guru pengajar yang ada di SMA N 1 Yogyakarta pada tahun pelajaran 2015/ 2016 Yogyakarta pada tahun pelajaran 2015/

Keadaan Peserta Didik

berjumlah 81 orang.

2016 berjumlah 60 orang.

Data peserta didik yang ada di SMA N 8 Data peserta didik yang ada di SMA N 8 Yogyakarta pada tahun pelajaran 2015/ 2016 Yogyakarta pada tahun pelajaran 2015/ adalah 1081 orang.

2016 adalah 761 orang.

SMA N 8 Yogyakarta 2013

6. Implementasi Kurikulum

SMA N 1 Yogyakarta

a. Kesiapan sekolah.

1) Bentuk kesiapan sekolah dalam proses 1) Bentuk kesiapan SMA Negeri 8

implementasi K13 berupa sekolah memberi

Yogyakarta respon pada saat akan

kesempatan kepada seluruh siswa untuk

dilaksanakan kurikulum 2013 adalah, mempelajari Kompetensi Inti dan sekolah memberi pemahaman dan Kompetensi Dasar yang sudah ada dari

sosialisasi tentang kurikulum 2013,

guru. Selain itu guru secara periodik

dalam hal ini adalah guru dan siswa.

menyiapkan perangkat pembelajaran yang

Setelah di nilai siap, ada diklat bagi

didalamnya terdapat Program Tahunan

guru untuk melaksanakan kurikulum (Prota), Program Semester (Prosem), 2013 dalam proses pembelajaran di Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran kelas, kemudian menyelaraskan materi (RPP).

yang ada agar bisa di pahami oleh guru.

b. Implementasi K13 di 2) Proses implementasi kurikulum 2013 yang 2) Proses pelaksanaan implementasi

tahun.

pelajaran di SMA N 1 Yogyakarta sudah

dilaksanakan di SMA N 8 Yogyakarta.

memberi dampak yang positif kepada

Namun dalam proses implementasinya

siswa. Siswa menjadi lebih aktif lagi di

juga tidak bisa mengesampingkan hal-

dalam kelas dan sekaligus memberi

hal yang mendasar, seperti pelatihan

kesempatan siswa untuk mengaplikasikan

bagi guru, kemudian proses monitoring

apa yang dipelajarinya untuk diterapkan di

dan evaluasi terkait dengan kurikulum

luar kegiatan belajar mengajar dikelas.

2013 itu sendiri. Hal itu mutlak

Selain itu implementasi kurikulum 2013

dilakukan untuk mengetahui sejauh

memberikan tantangan bagi guru untuk

mana pelaksanaan implementasi

mengembangkan materinya menjadi lebih

kurikulum 2013 tersebut.

luas dan memberikan materi yang bagus untuk para siswanya.

c. Kesiapan Guru

3) Terkait dengan kesiapan guru, peneliti 3) peneliti dapat menyimpulkan bahwa

dapat menyimpulkan bahwa guru pada

guru pada dasarnya menerima untuk

dasarnya menerima untuk

mengimplementasikan kurikulum 2013

mengimplementasikan kurikulum 2013 di

di SMA Negeri 8 Yogyakarta. Namun

SMA Negeri 1 Yogyakarta. Namun masih

masih perlu adanya pelatihan terkait

perlu adanya pelatihan terkait dengan

dengan kurikulum 2013, karena guru di

kurikulum 2013, karena guru di SMA

SMA Negeri 8 Yogyakarta merasa Negeri 1 Yogyakarta merasa adanya adanya pelatihan guru tersebut di rasa pelatihan guru tersebut di rasa belum cukup

belum cukup efektif. Karena dirasa

efektif. Karena selalu ada perubahan yang

selalu ada perubahan yang terjadi dalam

terjadi dalam setiap pelatihan itu. Selain itu

setiap pelatihan itu.

guru merasa pelatihan tersebut hanya bersifat administrasi saja. Guru menginginkan bahwa materi diklat

d. K13 meningkatkan 4) Adanya kurikulum 2013 yang diterapkan di 4) Di SMA N 8 pelaksanaan implementasi efektifitas KBM di SMA Negeri 1 Yogyakarta, mampu kurikulum 2013 belum mampu untuk

sekolah.

membuat anak untuk lebih aktif dalam

meningkatkan efektifitas kegiatan

proses kegiatan belajar mengajar sesuai

belajar mengajar di sekolah. Hal ini

disebabkan karena belum terbiasanya 2013. Selain itu siswa dapat para guru di SMA Negeri 8 Yogyakarta memaksimalkan kegiatan belajar yang untuk melakukan pendekatan saintifik sesuai dengan kebutuhannya dan bisa maju

dengan yang diamanatkan dalam kurikulum

seperti yang dimanatkan dalam

sesuai dengan kemampuan yang ada di

kurikulum 2013. Selain itu kepala dalam dirinya. Dengan berjalannya sekolah menjelaskan bahwa guru belum kurikulum 2013 di SMA N 1 Yogyakarta,

sepenuhnya menguasai aspek penilaian

sudah mampu memberikan dampak positif

yang ada pada kurikulum 2013. Beliau

untuk para siswanya.

juga mengatakan bahwa jika implementasi kurikulum 2013 ini tidak di monitoring, mungkin para guru akan kembali ke metode ceramah.

e. Partisipasi warga 5) Partisipasi warga sekolah di SMA N 1 5) Disimpulkan bahwa untuk SMA Negeri

sekolah.

Yogyakarta mengenai kurikulum 2013

8 Yogyakarta terkait dengan

bahwa terkait partisipasi warga sekolah

pelaksanaan kurikulum 2013 sudah

dalam menerapkan kurikulum 2013 sudah

baik, seluruh warga sekolah

bagus. Dapat diketahui bahwa seluruh

berpartisipasi untuk menyukseskan

warga sekolah sudah saling kompak dan

kurikulum 2013. Namun kesulitan

mempunyai pemikiran bahwa kurikulum

terkait pelaksanaan kurikulum 2013 di

2013 merupakan cara untuk meningkatkan

SMA Negeri 8 muncul pada penerapan kualitas pendidikan dan proses kurikulum pada pendekatan saintifik

dan penilaian dalam kurikulum 2013.

f. Sarana dan 6) Peneliti dapat menyimpulkan bahwa untuk 6) Peneliti dapat menyimpulkan bahwa

Prasarana.

sarana dan prasarana dalam mendukung

untuk sarana dan prasarana dalam

pelaksanaan implementasi kurikulum 2013

mendukung pelaksanaan implementasi

di SMA N 1 Yogyakarta sudah sangat

kurikulum 2013 di SMA N 1

memadai sehingga tidak menganggu

Yogyakarta sudah sangat memadai

pelaksanaan implementasi kurikulum 2013

sehingga tidak menganggu pelaksanaan

di SMA N 1 Yogyakarta.

implementasi kurikulum 2013 di SMA N 1 Yogyakarta.

g. Bentuk kerjasama 7) Bentuk kerjasama dan koordinasi antara 7) Bentuk kerjasama dan koordinasi antara

dan koordinasi kepala

kepala sekolah dan guru terkait dengan

kepala sekolah dan guru di SMA N 8

sekolah dan guru.

implementasi kurikulum 2013 di SMA N 1

Yogyakarta dalam

Yogyakarta adalah berupa briefing, ada

mengimplementasikan kurikulum 2013

rapat tentang kurikulum 2013, yang berupa saling memotivasi antara guru, kesemuanya itu dilakukan secara periodik.

kemudian juga sharing

untuk

menemukan solusi bersama jika dirasa ada masalah dalam mengimplementasikan kurikulum 2013.

h. Cara menyeleraskan 8) Terkait dengan bagaimana menyelaraskan 8) Peneliti dapat menyimpulkan bahwa di sumber daya sumberdaya pendidikan yang tersedia di

SMA N 8 Yogyakarta bentuk kepala

pendidikan yang sekolah, dalam mengimplementasikan sekolah dalam menyelaraskan sumber

tersedia.

kurikulum 2013, kepala sekolah SMA N 1

daya pendidikan yang tersedia adalah

Yogyakarta menghendaki adanya briefing

dengan menjalin komunikasi dengan

yang secara rutin dilaksanakan antara

guru. Hal itu dibuktikan dengan adanya

kepala sekolah dan guru di tingkat internal

dengar pendapat antara kepala sekolah

SMA Negeri 1 Yogyakarta untuk meninjau

dan guru dalam mengimplementasikan

bagaimana proses implementasi kurikulum

kurikulum 2013. Selain itu kepala

2013 itu berjalan.

sekolah memberi pemahaman kepada

Selain itu, pada rapat di tingkat dinas

guru bahwa implementasi kurikulum pendidikan terdapat adanya proses 2013 harus dijalankan secara seoptimal sinkronisasi terhadap apa yang dilakukan

mungkin dan itu merupakan suatu

para guru dalam melaksanakan kurikulum

tuntutan pekerjaan yang harus

2013 di kelas untuk kemudian ditinjau

diselesaikan dengan baik dan tuntas.

bagaimana keefektifan dari hal tersebut yang nantinya bisa berpengaruh dalam penilaian kinerja guru (PKG).

i. Proses penilaian 9) Proses penilaian hasil belajar siswa dengan 9) Proses penilaian hasil belajar siswa

dalam K13.

berbasis kurikulum 2013 di SMA Negeri 1

dengan berbasis kurikulum 2013 di

SMA Negeri 8 Yogyakarta memiliki 3 yaitu aspek kognitif, afektif, dan aspek yang dinilai, yaitu aspek kognitif, psikomotorik dalam setiap kegiatan afektif, dan psikomotorik dalam setiap pembelajaran yang di berikan oleh guru.

Yogyakarta memiliki 3 aspek yang dinilai,

kegiatan pembelajaran yang di berikan

Bentuk penilaian yang bermacam-macam

oleh guru. Bentuk penilaian yang

ini menuntut guru untuk dapat membuat

bermacam-macam ini menuntut guru

administrasi pembelajaran yang lengkap.

untuk dapat membuat administrasi

Sehingga dalam proses penilaiannya dapat

pembelajaran yang lengkap. Sehingga

terencana dan terekap dengan baik.

dalam proses penilaiannya dapat terencana dan terekap dengan baik.

j. Bentuk

kerjasama 10) Workshop tentang kurikulum 2013 (UNY, 10) SMA N 8 Yogyakarta menjalin

dengan pihak-pihak

komunikasi dengan pengawas. lain dalam terus dilaksanakan walaupun di SMA

LPMP, Pengawas, Kepala Dinas) masih

Pengawas tersebut bertugas sebagi

Negeri 1 Yogyakarta telah berjalan selama

penghubung antara sekolah dengan

3 tahun pelajaran yang dimulai pada tahun

dinas pendidikan, kemudian pengawas

2013. Fungsi workshop tersebut dijadikan

juga bertugas sebagai pendamping mekanisme standar untuk bagaimana sekolah dalam hal apapun. Selain itu kurikulum 2013 tersebut berjalan sudah

pengawas bertugas untuk memonitoring

sesuai belum dengan yang diamanatkan

jalannya implementasi kurikulum 2013

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

di SMA N 8 Yogyakarta.

sebagai stakeholder kurikulum 2013. Hal tersebut mutlak dilakukan untuk mengetahui bagaimana jalannya implementasi yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Yogyakarta, selain itu untuk mengidentifikasi masih ada atau tidak hambatan yang terjadi dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 tersebut.

k. Hambatan yang 11) Dari hasil wawancara dengan kepala 11) Dari hasil wawancara dengan kepala

terjadi dalam K13

sekolah dan guru terkait dengan hambatan

sekolah dan guru terkait dengan

yang terjadi dalam implementasi kurikulum

hambatan yang terjadi dalam

2013 di SMA Negeri 1 Yogyakarta,

implementasi kurikulum 2013 di SMA

semuanya sepakat bahwa hambatan yang

Negeri 1 Yogyakarta, semuanya

nyata dirasakan adalah hambatan pada

sepakat bahwa hambatan yang nyata aspek penilaian. Proses penilaian dirasakan adalah hambatan pada aspek Kurikulum 2013 sendiri memiliki struktur

penilaian. Proses penilaian Kurikulum

yang berbeda dengan kurikulum KTSP. Di

2013 sendiri memiliki struktur yang

mana Kurikulum 2013 harus memberikan

berbeda dengan kurikulum KTSP. Di

nilai pada siswa berupa nilai huruf dan

mana Kurikulum 2013 harus

nilai huruf dan penjabaran secara yang dialami dalam proses penilaiannya.

kualitatif.

Tingkat kesulitan penilaian pada Akan tetapi guru mengungkapkan Kurikulum 2013 yang lebih sulit kesulitan yang dialami dalam proses dibandingkan dengan kurikulum KTSP

penilaiannya. Tingkat kesulitan yang hanya berupa angka, tetapi pada