Gambaran umum PT Gunung Madu Plantations (GMP)

D. Gambaran umum PT Gunung Madu Plantations (GMP)

1. Sejarah dan Perjalanan Awal Perusahaan

Sebelum Perang Dunia I (1930 - 1940), Indonesia khususnya Pulau Jawa adalah penghasil gula terbesar di dunia dan juga pengekspor gula ke-2 terbesar setelah negara Kuba. Namun setelah Perang Dunia II (1950 - 1970), banyak pabrik-pabrik gula yang mengalami kerusakan dan akhirnya tidak dapat beroperasi lagi. Sementara produksi gula yang menurun akibat perang, konsumsi gula malah semakin meningkat. Oleh sebab itu sejak tahun 1967 Indonesia menjadi negara pengimpor gula guna memenuhi kebutuhan akan gula.

Pasca tahun 1970 kesenjangan antara produksi dan konsumsi gula di Indonesia semakin membesar. Hal ini disebabkan meningkatnya pertumbuhan ekonomi nasional dan bertambahnya jumlah penduduk. Pemerintah akhirnya mencanangkan pengembangan industri gula ke luar Pulau Jawa untuk meningkatkan produksi gula nasional. Karena keterbatasan dana, Pemerintah mengundang pihak swasta untuk ikut melaksanakan pengembangan industri gula ini.

Pada tahun 1975 GMP didirikan untuk menjawab ajakan Pemerintah tersebut. GMP merupakan perusahaan patungan antara perusahaan swasta asing dan swasta nasional yang berstatus PMA yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Kuok Investment (Mauritius) Co.,Ltd dari Hongkong. Melalui perusahaan Kuok Pada tahun 1975 GMP didirikan untuk menjawab ajakan Pemerintah tersebut. GMP merupakan perusahaan patungan antara perusahaan swasta asing dan swasta nasional yang berstatus PMA yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Kuok Investment (Mauritius) Co.,Ltd dari Hongkong. Melalui perusahaan Kuok

2. Lokasi Perusahaan

Areal perkebunan tebu dan pabrik gula GMP terletak di Desa

Gunung Batin, Lampung Tengah—sekitar 90 km arah utara kota Bandar Lampung, Ibukota Provinsi Lampung. Seluruh areal GMP ini di kelilingi 13 Desa dan 3 Kecamatan.

Gambar II.1 Lokasi Perusahaan

Sumber : gunungmadu.co.id

Visi GMP:

Menjadi produsen gula yang paling efisien dan kompetitif di ASEAN dengan menerapkan sistem pertanian berkelanjutan dan menciptakan peluang usaha berbasis pertanian serta pengembangan produk (diversifikasi).

Misi:

a. Program pemerintah dalam usaha mencapai swasembada gula nasional.

b. Membantu pengembangan daerah sekitar.

c. Meningkatkan kesejahteraan karyawan.

d. Meningkatkan keuntungan pemegang saham.

Nilai Inti:

a. Integritas.

b. Profesionalisme.

c. Produktivitas dan efisiensi.

d. Kesinambungan.

4. Struktur GMP

Adapun struktur organisasi GMP adalah sebagai berikut:

Struktur GMP

Berdasarkan bagan diatas, masing-masing jabatan memiliki fungsi sebagai berikut :

 General Manager

Bertugas untuk mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan perusahaan. Merupakan pimpinan yang bekerja langsung dengan perusahaan.

 Plantations

Departemen yang bertugas menjalankan perkebunan dan bertanggung jawab terhadap operasional untuk menyuplai bahan baku dengan sebaik-baiknya ke Factory (pabrik) untuk diproses.

 Factory

Departemen ini menjalankan tugas dan tanggung jawab operasional dalam memroses tebu menjadi gula dengan cara yang efisien yang dibantu oleh Technical Engineering Manager, Processing Manager, dan Mill Boiler Manager.

GENERAL MANAGER

PLANTATIONS

R&D

FACTORY SBF

 Research and Development (R & D)

Memiliki tugas mengadakan penelitian dan percobaan dalam mengembangkan kapasitas gula yang dihasilkan yang berkaitan dengan penanaman dan pengobatan tebu. Terdiri dari Research, Field Monitoring and Control, Admin R&D, serta LTSC dan Workshop.

 Services, Business, and Finances (SBF)

Merupakan pusat administratif perusahaan, terdiri dari : Medical, Bussiness Administration, Site Accounting, Human Resourches and General Sevices (HRGS), Security, dan SBF admin.

5. Pengolahan Limbah

Limbah pertanian berupa sisa-sisa tanaman (pucuk tebu dan daun) dikembalikan ke tanah sebagai mulsa, sehingga menambah kesuburan tanah. Sementara limbah padat dan limbah cair dari pabrik, tetapi juga dikelola lagi sehingga bermanfaat, bahkan secara ekonomis sangat menguntungkan.

Limbah padat berupa ampas tebu (bagasse) dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar ketel uap (boiler) untuk penggerak mesin pabrik dan pembangkit tenaga listrik untuk perumahan karyawan, perkantoran, dan peralatan irigasi. Pabrik dan pembangkit listrik GMP tidak menggunakan bahan bakar minyak (BBM), baik saat musim giling (on season) maupun tidak giling (off season). Limbah padat lain adalah endapan nira yang disebut blotong (filter cake) dan abu. Blotong, abu, dan bagasse dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kompos, yang digunakan lagi di kebun sebagai penyubur tanah.

bukan Limbah B3 (bahan beracu dan berbahaya). Limbah cair ini dikelola melalui dua tahapan. Pertama, penanganan di dalam pabrik (in house keeping). Sistem ini dilakukan dengan cara mengefisienkan pemakaian air dan penangkap minyak (oil trap ) serta pembuatan bak penangkap abu bagasse (ash trap). Kedua, penanganan setelah limbah keluar dari pabrik, melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). IPAL dibangun di atas tanah seluas lebih dari 8 ha, terdiri dari 13 kolam dengan kedalaman bervariasi dari 2 m (kolam aerasi) sampai 7 m (kolam anaerob). Total daya tampung lebih dari 240.000 m3, sehingga waktu inap (retention time) dapat mencapai 60 hari.