Waktu dan Biaya Pelaksanaan Kegiatan

C. Waktu dan Biaya Pelaksanaan Kegiatan

Waktu bantuan sangat flexible, tergantung pada situasi dan kondisi masyarakatnya. Pemberian bantuan rutin dilaksanakan sesuai dengan kalender event yang telah ada. Terutama setiap perayaan kemerdekaan Indonesia pada bulan Agustus, saat Idul Adha, dan lain-lain. Seperti yang dijelaskan Hapris Jawodo pada wawancara tanggal 20 April 2012:

“Tapi kita sudah punya agenda rutin setiap tahun seperti 2011 kita sudah tahu lebaran kapan jadi kita siapkan kartu ucapan lebaran, gula untuk bingkisan lebaran, lalu pameran pembangunan di Way Halim itu tanggal berapa, biasanya menjelang 17-an jadi ketahuan apa-apa yang perlu disiapin, kemudian pameran Lampung Ekspo biasanya sekitar bulan September-Oktober, rencana kampaye tebang itu biasanya kita juga sudah tahu jadi kita sudah punya agenda rutin yang memang sudah kita rencanakan setiap dari awal,”( Hapris Jawodo, pada wawancara tanggal

20 April 2012).

Sedangkan bantuan lain disesuaikan dengan permintaan masyarakat (melalui proposal) dan kesepakatan dengan pihak GMP. Hal ini dijelaskan oleh personel bagian PR GMP:

“Kalau kunjungan ya, dari pihak sana harus mengirim surat terlebih dahulu kepada kami atau perusahaan, lalu kita koordinasi dengan pimpinan, buatkan surat balasan tanggal dan waktunya kita tentukan. Kalau bantuan juga yang memerlukan bantuan itu harus mengirimkan surat pada kita, salah satu contohnya permintaan greder atau tanah urug kemudian kita survey dulu agar kita tahu seberapa perlu atau tidaknya ini kita bantu. Dan nanti kita alokasikan ke belakang, kita koordinasikan dengan pimpinan.” (Muji Sriyanti, pada wawancara tanggal 11 April 2012).

mantan Kepala Dusun Sendang Agung dan Sekretaris Kampung Terbanggi Mulya

“Bantuan air itu disini stiap musim kemarau dikirim, terus kalau ada jalan rusak juga dibantu. Setiap tahun, setahun bisa 2 – 3 kali. Kalau jalan rusak minta bantuan Gunung Madu pasti dikasi, tinggal lapor. Apalagi kalau orang seperti saya ini, minta dari rumah saja, lewat telfon ya dikirim. Tapi kalau kepala dusun yang baru ini harus pakai surat.” (Jaeran, mantan Kepala Dusun Sendang Agung, pada wawancara tanggal

21 April 2012). “Secara langsung, lewat perantara juga. Karena kan kadang ada yang

mendata dari perusahaan, ada yang kerja di perusahaan, jadi secara langsung bisa melalui perantara juga bisa.“ (Sarimin, Sekretaris Kampung Terbanggi Mulya, pada wawancara tanggal 27 April 2012).

Dari hasil wawancara ini, diketahui bahwa metode penyampaian pesan yang dilakukan oleh PR GMP kepada masyarakat sekitar adalah dengan two steps flow (komunikasi dua tahap). Yaitu PR dalam menyampaikan pesannya tidak langsung kepada masyarakat, tetapi melalui orang-orang tertentu saja, misalnya para pemuka agama (ulama, tokoh masyarakat, dan sebagainya), karena pemuka masyarakat ini lebih mengetahui sifat dari masyarakat (Widjaja, 1993:90).

Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan PR yang diwujudkan bantuan- bantuan fisik dan nonfisik juga tergantung permintaan dan kesepakatan dari GMP. Berikut pernyataan personel bagian PR GMP:

“Evaluasinya mengenai biaya, besarnya biaya yang dikeluarin berapa kan kita melibatkan dari divisi lain.” (Muji Sriyanti, pada wawancara tanggal

11 April 2012) Hal ini tidak sesuai dengan 4 tahapan yang perlu dilakukan oleh PR agar programnya tepat sasaran (Effendy, 1995: 124) yaitu penelitian (research),

sedikit-banyak mempengaruhi PR dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dengan penelitian, PR akan mendapatkan data dan fakta (fact finding) yang erat sangut- pautnya dengan pekerjaan yang akan digarap. Dengan perencanaan, PR dapat membuat daftar permasalahan beserta segala persiapan dan solusi yang dapat dilakukan sekaligus orang-orangnya yang mungkin akan dihadapi kelak. Dengan begitu, saat penggiatannya terarah dan kegiatan komunikasinya tepat. Dan setelah itu, evaluasi dilakukan agar PR dapat mengetahui apakah kegiatan komunikasi yang telah direncanakan benar-benar berhasil atau tidak.