Deskripsi Sitologi

H. Deskripsi Sitologi

Bagian terkecil dari mahkluk hidup adalah sel. Di dalam sel dari kebanyakan mahkluk terdapat kromosom, yaitu benda-benda halus berbentuk batang panjang atau pendek dan lurus atau bengkok. Kromosom adalah pembawa bahan keturunan (Crowder, 1986). Dalam analisis kromosom, bahan yang umum digunakan adalah bagian tanaman yang aktif membelah

(merismatis) seperti ujung akar, ujung batang, primordia daun, petala daun, ovulum muda, dan kalus. Namun yang paling umum digunakan dalam studi mitosis adalah ujung akar karena mudah tumbuh dan seragam (Setyawan dan Sutikno, 2006). Seperti halnya dalam penelitian ini, bahan yang digunakan adalah ujung akar dari biji durian yang dikecambahkan. Hal ini dilakukan agar mudah dalam pemotongan akarnya.

Secara umum tahapan untuk mendapatkan kromosom ada 5, antara lain melalui tahap pra-perlakuan, fiksasi, hidrolisis (maserasi), pewarnaan dan yang terakhir adalah pemencetan (squashing). Penelitian ini semua tahapan dilalui kecuali tahap fiksasi. Fiksasi berfungsi untuk mempertahankan bentuk jaringan sedemikian rupa sehingga perubahan-perubahan bentuk atau struktur sel yang mungkin terjadi hanya sekecil mungkin (Hizume dkk., 1989).

Setiap tanaman memiliki jam biologi yang mengatur waktu optimum pembelahan mitosis (Johansen, 1940 dalam Setyawan 2000). Umumnya tanaman melakukan pembelahan sel pada pagi hari (Setyawan dan Sutikno, 2000). Dalam penelitian, studi pendahuluan dilakukan pagi mulai pukul 06.00-10.00 WIB dengan rentang waktu 30 menit, dan didapatkan waktu pembelahan optimum pada pukul 09.00 – 09.30 WIB.

Pra-perlakuan merupakan merupakan suatu metode untuk menjernihkan sitoplasma, melunakkan tisu, menguraikan bagian-bagian yang lebih menggumpal sehingga memungkinkan untuk dapat mengamati kromosom. Penggunaan air suling sebagai bahan dalam pra-perlakuan telah banyak dilakukan. Penggunaan air suling dapat menyebabkan kontraksi dan penyebaran kromosom dengan hasil yang memuaskan (Gunarso, 1988). Dikatakan pula oleh Gunarso (1988), bahwa air suling tersebut berfungsi sebagai pengganggu ataupun perusak keseimbangan metabolik yang diperlukan untuk berfungsinya spindel dan terpeliharanya struktur kromosom.

Fiksatif diartikan sebagai proses dimana tisu dimatikan sehingga mencapai keadaan yang dikehendaki (Gunarso, 1988). Dalam penelitian ini, Fiksatif diartikan sebagai proses dimana tisu dimatikan sehingga mencapai keadaan yang dikehendaki (Gunarso, 1988). Dalam penelitian ini,

Hidrolis berfungsi dalam melarutkan lamela tengah, sehingga sel dapat dipisah-pisahkan hingga ketebalannya tinggal selapis sel. Salah satu asam yang biasa digunakan dalam adalah asam klorida (HCL). Penggunaan asam yang terlalu lama dapat mengurangi affinitas pewarna terhadap kromosom (Setyawan dan Sutikno, 2000).

Pada penelitian ini kromosom yang ada kurang dapat teramati atau dengan kata lain masih belum jelas meskipun penggunaan fiksasi telah ditiadakan. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor. Faktor tersebut antara lain waktu pemotongan yang kurang tepat, penggunaan bahan kimia yang dapat menyebabkan kerusakan, ataupun sifat dari bahan sediaan itu sendiri yang terlalu peka atau kuat terhadap perlakuan suatu bahan kimia, sehingga pewarnaan yang terjadi belum begitu jelas.

Secara umum, tanaman durian memiliki jumlah kromosom sebanyak 2n = 28 Datta and Biswas (1969). Mangenot dan Mangenot 1958, 1962 dalam Brown, (1997) menyatakan bahwa kromosom durian adalah 2n = 56. Dikatakan oleh Brown (1997), bahwa kromosom yang dinyatakan oleh Mangenot dan Mangenot merupakan tetraploid.

Pada gambar 2 terlihat adanya jumlah kromosom sebanyak 2n = 22. Dilihat dari jumlahnya, durian sukun ini memiliki jumlah kromosom yang mendekati dengan jumlah kromosom Datta and Biswas (1969). Jumlah tersebut masih diragukan karena kemungkinan adanya kromosom yang masih tersembunyi akibat ketidakjelasan gambar yang dihasilkan. Pada gambar 4 terlihat adanya jumlah kromosom sebanyak 2n = 28 sesuai yang dikatakan oleh Datta and Biswas (1969). Kedua hasil pemotretan di atas sengaja tidak dilanjutkan dalam pembuatan kariotype karena kualitas kedua gambar tidak terlalu jelas.

Gambar 1. Sel dan kromosom Gambar 2. Sel dan kromosom pada pada ulangan ke-1 ulangan ke-1 hasil optimasi pada adobe photosop

Gambar 3. Sel dan kromosom Gambar 4. Sel dan kromosom pada ulangan ke-2 pada ulangan ke-2 hasil optimasi pada adobe photosop