Lingkungan Pemukim an Distrik Batavia
C. Lingkungan Pemukim an Distrik Batavia
Keadaan distrik Batavia sangat kontras keadaan dengan distrik weltevreden, wilayah kampungnya tidak terawat dan semerawut rumah-rumah
berdiri seadanya, kum uh dan kurang sinar m atahari yang masuk kedalam rumah. Daerah dengan sanitasi yang buruk, agak berawa, dipinggir sungai, atau daerah yang tanahnya murah. Berbeda dengan orang Cina yang secara ekonom i
keadaannya lebih baik dari bumiputra. Pada awal abad ke-20 dengan dihapusnya undang-undang wilayah yang
dinamakan Wijkenstelsel, Sebelum tahun 1900 di Hindia Belanda terdapat Undang-undang wilayah yang disebut Wijkenstelsel yang mengharuskan tiap
etnik m em punyai pim pinan atau kapt en sendiri sert a daerah yang ditentukan oleh etnik m em punyai pim pinan atau kapt en sendiri sert a daerah yang ditentukan oleh
setelah tahun 1900. 22 Orang-orang Cina dari daerah perkam pungan Cina yang padat itu m ulai m enyebar ke seluruh penjuru kota. Pertumbuhan penduduk yang
padat menimbulkan banyaknya orang Eropa yang mengambil tanah luas, untuk kant or-kantor dan toko-t oko. Orang Eropa membeli tanah dengan menilai kondisi tanah landai atau tinggi.
Orang Eropa lebih m emilih tanah tinggi (dataran tinggi) 23 . Orang Eropa berlomba-lomba m em beli tanah, baik yang di tengah kota m aupun di dekat persimpangan jalan. Di antara tanah-tanah yang tersisa orang-orang bumiputra dan Cina mendirikan perum ahan dan usahanya. Penduduk bum iputra terpaksa mendirikan rumah yang dekat air dan tem pat bekerja unt uk menghemat biaya. Walaupun kondisinya tidak m em ungkinkan untuk tempat hunian.
Penduduk asli atau bumiputra lebih memilih tanah yang murah karena keterbatasan uang, sedangkan penduduk Cina lebih m em ilih tinggal di wilayah ram ai di pasar. Berbeda dengan warga India, m ereka kebanyakan hanya mempunyai toko di pasar dalam m emilih tem pat tinggal warga India rumahnya sehat, besar dan sejuk. Warga India kebanyakan tinggal didaerah T anah Abang.
F.De Haan, Oud Batavia, Jilid II, (Batavia: G. Kolff & Co), 1922, hlm 44-45.
23 Ervantia Restulita L.Sgai, 2002, Pemukiman Dan Penyakit Kolera Di Batavia. Skripsi
Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, hlm. 41.
Beraneka ragam suku bangsa menyebar di seluruh distrik Batavia, namun ada perbedaan proporsi pada masing-masing wilayah. Daerah pinggiran ditem pati orang Betawi hanya sebagian kecil m igran yang memasuki daerah tersebut. Status sosial yang lebih tinggi cenderung m em ilih daerah tempat tinggal tertent u yang dianggap sesuai dan m elambangkan gengsi seperti daerah distrik Weltevreden di
kam pung Ment eng, Kebayoran dan Gondangdia. 24 Golongan Cina pemusatannya di bagian kota seperti kam pung Penjaringan, Mangga Dua, Krukut, Kramat , Pasar
Baru dan Glodok.
Gb. 5. Kawasan Pasar Baru di tahun 1930an, merupakan wilayah distrik Batavia yang merupakan perkampungan khusus etnis Cina banyak tinggal di kawasan Pasar Baru. Juga sebagian orang india
yang terdapat di daerah Sawah Besar (Kampung Pasar Baru) Sumber: Djawatempodoeloe. Multily.com
Orang India pemusatannya di daerah Sawah Besar (Kampung Pasar Baru). Suku bangsa di kawasan-kawasan tert ent u berbeda dengan perkam pungan khusus pada abad 19, sedangkan yang terjadi sekarang m erupakan pem usatan pem ukiman
Lance Castles, 1967, Ethnic Profile of Jakarta, Indonesia, hlm 194. Dalam Ervantia Restulita L.Sgai, 2002, P emukiman Dan Penyakit Kolera Di Batavia. Skripsi Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, hlm. 97.
dilihat dari banyaknya jumlah suatu etnis berm ukim di suatu tempat. Penduduk dari daerah distrik Batavia, dilarang pindah atau bergerak ke bagian wilayah kota lainnya yang keadaannya jauh lebih baik, karena dianggap akan merusak pem andangan kot a, dipandang sebagai “sampah kota” yang harus disingkirkan jauh-jauh dari kawasan pem ukiman Belanda dan pem ukim an kaya lainnya. Terlihat jelas diskrim inasi bagi penduduk non-Eropa, yang dianggap bahaya adalah manusianya bukan lingkungannya yang harus diperbaiki.