Pemukiman Penduduk

C. Pemukiman Penduduk

Salah satu ciri dari suatu perkembangan kota adalah adanya tempat pemukiman yang dihuni oleh sekelompok orang. M ereka tinggal di suatu lingkungan di salah satu kawasan yang menjadi bagian dari kota. Di situ berbaur berbagai etnis dengan karakteristik tersendiri mewarnai perkembangan kota.

Awal abad XIX, Kota Batavia diwarnai oleh kehadiran empat kelompok ras yaitu, Belanda, Indo-Eropa, Cina, Arab, serta Pribumi. Orang pribumi sebagian besar tinggal di kampung dan menempati sebagian kecil areal perkotaan, semakin terdesak dengan bangsa Eropa yang tinggal di kampung khususnya yang terletak pada jalan- jalan utama. Akibatny a, perkembangan kota menjadi tidak teratur. M uncul permasalahan seperti kekurangan air dan kurangannya perairan, kondisi kehidupan tidak sehat, dan kurangnya rumah untuk tempat tinggal.

Batavia menjadi pusat kekuasaan Belanda, maka administrasi kota ditempatkan dibawah birokrasi VOC. Dengan timbulnya berbagai pemukiman penduduk yaitu, orang Eropa, orang Timur Asing, dan juga berbagai suku bangsa di Indonesia, kemudian timbul stratifikasi sosial yang berdasarkan ras dan keagamaan.

21 Ibid., hlm. 43.

22 A. Hanna, op. cit., hlm. 209.

Selama dekade pertama dari berdirinya VOC di Batavia. Aksen utama yang membagi perkampungan dalam dinding kota (Intramuros), yaitu sungai Ciliwung yang disebut Groote Rivier, oleh Belanda dan Kali Besar oleh penduduk pribumi. Tepi Timur dari Sungai Ciliwung adalah lokasi tempat tinggal residen Eropa yang besar, sementara tepi barat lebih banyak diisi oleh orang Asia asing. Tetapi sebelum

tahun 1740, orang Cina telah tinggal menyebar di seluruh kota. 23 Orang pribumi yang dicurigai oleh VOC mempunyai hubungan dengan

Banten dan M ataram, tidak diijinkan tinggal dekat dinding kota. M ereka tinggal di kampung-kampung

(ommenlanden), mendirikan perkampungan sendiri dan dikelola oleh kepala mereka sendiri (wijknooster). Pada awal XIX orang Eropa secara hukum menetapkan untuk memasukkan orang Eurasia yang jumlahnya kurang dari 50 dari jumlah seluruh penduduk Batavia. Sisa dari populasi kota Batavia diisi oleh orang Asing.

daerah

pinggiran

kota

Pop ulasi orang Cina meningkat naik hampir seperempat dari total jumlah penduduk, selama abad tersebut, jumlah mereka naik terus, hampir dua kali lipat y aitu sekitar 24.000. Hal ini menimbulkan kecemasan bagi orang Eropa karena kecerdikan mereka dalam bidang ekonomi. Namun pada abad sebelumnya, banyak dari orang- orang Cina tidak bertempat tinggal di kota, tetapi mereka bermukim di daerah pedesaan sebagai petani, terutama di Tangerang.

Peran orang Cina berlanjut membangkitkan kegelisaan dan kecemburuan yang amat sangat diantara orang Eropa. Penyebabnya adalah banyak dari orang Cina yang

23 Ibid, hlm 28.

menjadi pemilik tanah yang luas yang mereka beli dari pemerintah Hindia Belanda. M eskipun banyak orang Cina yang miskin, atau penjual dijalanan, tidak dapat diingkari bahwa sejumlah pedagang Cina yang kaya di Batavia. Orang Cina merupakan penduduk yang sungguh-sungguh taat hukum. M ungkin karena mereka punya banyak pengalaman tentang kesuksesan yang cepat sebelum mereka, dan juga begitu banyak dukungan yang diberikan, seperti kedamaian dan menerima sedikit

kekuasaan dari dewan Cina. 24 Pejabat-p ejabat itulah yang medukung perayaan yang memperkaya kehidupan

umum di Batavia. M isalnya, teater Cina dipertunjukan ketika kapal-kapal mendarat dengan selamat dari Cina. Tiga perayaan tahunan juga dirayakan dengan kemegahan yang sp ecial yaitu Tahun Baru Cina, Pecun, dan Rebutan atau Pu-du. Perayaan yang paling megah adalah perayaan Tahun Baru Cina, yang diadakan selama 12 hari dari bulan Januari sampai dengan bulan Februari dan mencapai puncak dalam perayaan

Capgomeh. 25 Pemukiman lain di Batavia adalah orang Arab, yang menggantikan tempat kaum M oor/India, dalam perdagangan sutra di Pasar Baru, salah satu dari

pusat perdagangan di weltevreden. Pedangan-pedagang dari Hadramaut mulai berdatangan di awal abad XIX dan berdiam di Pekojan, tempat tinggal kaum M oor di kota tua.

24 Ririn Murtiningsih, 2002, Kerusuhan Rasial Etnis Di Batavia T ahun 1912. Skripsi Jurusan Ilmu Sejarah, F akultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, hlm 20.

25 Susan Abeyasekere, Op. Cit., hlm. 60-63.

Kelompok etnis asli Batavia adalah suku Betawi, secara umum orang Betawi mempunyai beberapa ciri. Pertama, mereka adalah M uslim, yang dalam kenyataannya mempunyai reputasi menjadi Islam yang sangat fanatik. Kedua, orang Betawi berbicara dengan bahasa mereka sendiri, sebuah dialog dari orang M alaya. Orang Betawi secara umum di perkerjakan di jenjang paling rendah dari kehidupan sosial di Batavia dan mereka tinggal dikampung-kampung daerah pedesaan.

Pada abad ini pemilihan wilayah tempat tinggal di kota dihubungkan dengan kelompok etnik yang dimiliki. Orang Eropa bertujuan untuk memindahkan pemukiman mereka ke arah selatan dalam merangka mencari tanah yang lebih sehat. Orang Cina adalah yang pertama ditemukan sangat eksklusif di tempat yang dinamakan Chinese Camp (Glodog) yang berada di selatan dinding kota tua. Namun, pada abad XIX mereka menyebar keseluruh penjuru kota dan mendirikan pemukiman baru didaerah perdagangan, yaitu di Pasar Baru dan Pasar Senen. Kebanyakan dari mereka terus tinggal di daerah yang rendah dikota, dimana tempat tinggal mereka sangat kumuh dan sering terjadi banjir, serta minimnya jumlah air minum yang sehat.

Orang pribumi kemudian mengisi dua per tiga dari jumlah populasi kota. Rumah-rumah mereka kebanyakan terbuat dari kayu, jalinan bambu dan atap ilalang, dikelilingi oleh kebun yang menyediakan bahan makanan dalam bentuk unggas, buah, sayuran bagi mereka. Di wilayah yang dipadati rumah-rumah penduduk

pribumi terdapat pondok atau rumah-rumah tumpangan tempat p ara kuli biasa tinggal bersama. 26