Arsitektur Indis Batavia tahun 1870-1900

1. Arsitektur Indis Batavia tahun 1870-1900

Periode ini ditandai dengan disahkannya kebijakan politik liberal sebagai akibatnya dihapusnya culturstelsel secara resmi sepenuhnya digant i dengan undang-

undang agraria yang m em perbolehkan masuknya modal-modal swasta unt uk mendorong tumbuhnya industrialisasi. Sistem perusahaan bebas yang dianut

Djoko Soekiman, Ibid, hlm 12. 22

Jessup, Helen. 1984, Netherland architecture in Indonesia 1900-1992, Ph. D. Disertasion, London: Courtiound Institure of Art dalam Diana Pusparini, dkk, 2006, “ Penerapan Arsitektur Tropis pada Bangunan Perkotaan Kolonial Belanda di Semarang tahun 1920-1940 ” Seminar Tugas Akhir, Jurusan Arsitektur, Fakultas Tekik Arsitektur dan Perencaanaan W ilayah Kota, Universitas Diponegoro, hlm. II-29 sampai II-31.

mem punyai art i penting dan besar dalam pembangunan perkotaan. Hal tersebut tidak hanya dalam pengert ian meningkatanya perdagangan dan m eningkatanya industri pada tahun-tahun selanjutnya sehingga terjadi kenaikan yang bergitu cepat pada populasi perkotaan sert a inisiatif individu tidak t erkendali.

Berkembangnya sektor perkebunan m enuntut pula pemenuhan berbagai fasilitas dan salah satunya trasportasi kereta api yang semakin mendorong m obilisasi

perpindahan orang-orang Eropa m auapun Indo dari satu tempat ke tempat lain lebih mudah term asuk di Batavia. Urbanisasi di tahun 1870 jumlah orang Eropa 2.138 orang, tahun 1875 sebanyak 2.039, 2.026 pada tahun 1880. Sejak tahun 1885 jum lah orang Eropa terus meningkat dari 2.694 m eski pada tahun 1890 terjadi penurunan menjadi 2.635 yang di akibatkan terjadinya depresi ekonom i nam un lima tahun berikutnya meningkat menjadi 2.736, tahun 1900 sebanyak 3.637 orang.

Sem enjak abad XX jumlahnya kian terus bertam bah, diolah dari jum lah penduduk Batavia tahun 1832-1920 mereka mulai mengisi berbagai kedinasan yang mem butuhkan keahlian m ereka baik pegawai negeri maupaun swasta dan salah satunya mengharuskan mereka m embangun rumah tempat tinggal. Kot a-kota di Jawa pada periode ini mulai berkiblat ke kebudayan barat terutama bagi masyarakat

Eropanya, periode ini oleh Peter Nas disebut sebagai kot a kolonial. 23 Meski pada periode tersebut ditandai dengan kebudayaan yang kem bali

berkiblat pada budaya barat melalui gaya hidup namun jumlah orang Eropa yang berada di Batavia tidak m enunjukan peningkatan yang tajam. 24 Budaya barat tersebut

kurang bergema karena gaya hidup Eropa tidak sem uanya bisa diprakt ikan di Hindia Belanda. Bentuk Kota Batavia pada periode ini belum menunjukan sebagai kota

Nas, Peter J.M, The Indonesian City, (Dordrecht: Foris Publications), 1986, hlm. 6-7. 24

Suhartono, Apanase dan Bekel, (Yogyakarta: Tiara Wacana), 1991, hlm. 195.

kolonial melainkan kot a indis karena bangunan-bangunan bergaya barat belum begitu banyak jum lahnya jika dibandingakan pada abad ke-20.

Penerapan gaya arsitektur pada periode ini tidak m enunjukan adanya perubahan dari awal sampai akhir abad ke-19, dimana gaya arsitektur yang

berkembang adalah indische empire atau biasa di sebut the Dutch Kolonial Villa oleh Berlage. 25 Gaya ini diperkenalkan oleh Jenderal Deandels (1908-1913) dengan

mengubah rum ah landhuiz yang sudah menjurus kearah model-model rum ah bangsawan Jawa dengan gaya “Empire” Perancis bercorak neo klasik, yang

diterjem ahkan secara bebas. 26 Gaya indisce empire rupanya terus diikuti oleh para penggant inya yang disesuaikan dengan lingkungan lokal, iklim sert a ketersediaan

material pada wakt u itu. Perkembangan gaya arsitekt ur indisce em pire pada akhirnya melanda seluruh Jawa termasuk Batavia sam pai awal abad 20 dengan berbagai

penyesuaiaan dalam penerapaanya. Kebangkitan arsitektur kolonial biasanya selaras dengan perkembangan dari negeri asalnya tapi pada kenyataan hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Kebangkit an arsitektur di Belanda boleh dikatakan berawal dari tahun 1865-1915 sebagai akibat dari kem ajuan Industri yang berlanjut di Eropa akan tetapi gema atau pengaruhnya belum sampai di Hindia Belanda. Pengaruh kem ajuan arsitektur modern Belanda baru terasa setelah tahun 1900-an. Hal ini disebabkan kehidupan di Jawa berbeda dengan cara hidup masyarakat Belanda dinegeri Belanda m aka. Hasilnya di Hindia Belanda kem udian termasuk bent uk gaya arsitektur terbent uk sendiri.

25 Handinoto, 1994, Indische Empire Style, Gaya Arsitektur Tempo Doeloe yang Sekarang sudah mulai Punah. Dalam Majalah Dimensi 20/Ars Desember, hlm. 8-9. 26

Handinoto, 1996, Daendels dan Perkembangan Arsitektur di Hindia Belanda Abad 19,. dalam majalah Dimensi Arsitektur.

Pada periode ini masih jarang dijumpai arsitek yang bekerja di Hindia Belanda, kebanyakan yang m em buat atau mengerjakan beberapa proyek bangunan adalah anem mer atau pengawas bangunan yang merangkap arsitek, pegawai ahli dari

dinas keairan atau waterstaat dan tukang-t ukang biasa. 27 Jadi perkem bangan arsitektur periode ini m asih mengikuti gaya indische empire.

Gb.8 Rumah tinggal di Batavia dengan gaya “ Indische Empire” pada abad 19 , yang cirinya dapat dilihat dari denah bangunan yang simetris penuh dengan satu atau dua lantai, langit-langit yang tinggi

dan biasanya beratap perisai atau pelana

Sumber: Dokumentasi Handinoto.

Gaya indische empire selama abad 19 sampai awal abad 20 di Batavia banyak di terapkan pada bangunan-bangunan pemerintahan, tempat peribadatan sert a pada

bangunan rumah tinggal. Karakteristik bangunan ini: terbuka, terdapat barisan kolom (ionic atau doric) pada seram bi depan dan belakang, central room yang diapit oleh kam ar-kamar di samping kiri dan kanannya. T erkadang di sam ping bangunan utama juga terdapat bangunan pendukung sepert i paviliun atau galeri lengkap dengan taman

atau kebun di sekitarnya. 28

Handinoto, Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Surabaya 1870-1940, (Surabaya: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Petra dan

Yogyakarta: Andi Press), 1996, hlm. 132. 28

Handinoto dan Paulus H. Soehargo, Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Malang , (Surabaya: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Petra dan Yogyakarta: Andi Press), 1996, hlm. 144.

Prakt ik pembuatan bangunan-bangunan ataupun rumah tinggal tidak sepenuhnya menerapkan ciri indische empire. Kemampuan ekonomi merupakan penentu terhadap pengekspresian sebuah seni arsitektur. Kemantapan ekonomi bagi masyarakat kelas atas tent u dengan m udah dalam m engekspresiken bent uk rum ah dan segala perabotnya sesuai keinginan term asuk m enerapkan style yang sedang trend dikala itu.

Gb.9 “Central room’ atau ruang utama di salah satu rumah Gubernur Jenderal di Batavia dengan arsitektur gaya “Indische Empire” dari interior di ruang utama dapat dilihat adanya Abad 19. Sumber: Dokumentasi KITLV.