Umur masak fisiologis
B. Umur masak fisiologis
Umur masak fisiologis berkaitan erat dengan umur berbunga jantan dan umur berbunga betina, karena merupakan sifat yang penting dalam program pemuliaan tanaman yang digunakan untuk menentukan keluarnya malai, waktu persilangan, waktu awal terjadinya penyerbukan, serta juga dapat menentukan saat panen (Jugenheimer, 1976).
Jagung menurut umurnya dapat dikategorikan dalam tiga jenis yaitu, jagung berumur pendek/genjah (75-90 hari), berumur sedang (90-120 hari), dan berumur panjang (> 120 hari). Umur masak fisiologis dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan jenis jagung menurut umurnya.
Menurut Rukmana (2003) ciri-ciri tongkol jagung yang telah memasuki stadium masak fisiologis yaitu kelobot tongkol sudah berwarna kekuningan dan mengering, keadaan biji ditandai dengan warna kulit mengkilap dan terang, biji sudah keras atau jika ditekan dengan jari tidak meninggalkan bekas berlekuk artinya sudah padat. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan amilum atau pati mencapai puncak atau optimal. Ditambahkan oleh Mahmud (1998) masak fisiologis ditandai dengan terbentuknya lapisan hitam (blacklayer maturity) pada pangkal biji. Tabel 4.2 Interaksi genotipe dan lokasi terhadap umur masak fisiologis (hst)
NO Genotipe
Lokasi Tulung
Lokasi Ngemplak
1 A-7
94.67 d 93.67 c
93.67 96.00 14 PIONNER 12 Keterangan : Keterangan: angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama
artinya berbeda tidak nyata dengan uji jarak Duncan taraf 5%
Hasil sidik ragam umur masak fisiologis (lampiran 4) menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara genotipe tanaman jagung dan lokasi yang diuji. Berdasarkan hasil analisis umur masak fisiologis tanaman dengan uji jarak Duncan taraf 5% (Tabel 4.2) dapat dilihat bahwa perlakuan genotipe jagung yang diuji, perlakuan lokasi memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini menunjukkan bahwa tiap –tiap genotipe yang diuji memberikan hasil terhadap Hasil sidik ragam umur masak fisiologis (lampiran 4) menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara genotipe tanaman jagung dan lokasi yang diuji. Berdasarkan hasil analisis umur masak fisiologis tanaman dengan uji jarak Duncan taraf 5% (Tabel 4.2) dapat dilihat bahwa perlakuan genotipe jagung yang diuji, perlakuan lokasi memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini menunjukkan bahwa tiap –tiap genotipe yang diuji memberikan hasil terhadap
Berdasarkan hasil analisis umur masak fisiologis dengan uji jarak Duncan taraf 5% (Tabel 4.2) dapat dilihat bahwa perlakuan lokasi sangat berpengaruh nyata, hal ini dapat dilihat ada perbedaan umur masak fisiologis yang sangat berbeda-beda antar genotipe satu yang sama, baik di lokasi Tulung dengan di lokasi Ngemplak. Berdasarkan hasil analisis umur masak fisiologis dengan uji Jarak Duncan taraf 5% (Tabel 4.2) dapat dilihat perlakuan genotipe yang berpengaruh sangat berbeda-beda dapat lihat seperti pada umur masak fisiologis yang lebih cepat di lokasi Tulung pada genotipe (A -13 dibandingkan A -7, A -8, A -9, A -10, A -11, A -12, A -14, A -15,
A -16, A -17, JAYA-1, BISI-2, PIONNER12) dan pada umur masak fisologis di lokasi Ngemplak pada genotipe (A -13 dibandingkan A -7, A -8, A -9, A -
10, A -11, A -12, A -14, A -15, A -16, A -17, JAYA-1, BISI-2, PIONNER12). Sehingga berdasarkan hasil analisis umur masak fisiologis dengan uji jarak Duncan taraf 5% (Tabel 4.2) dapat dilihat bahwa genotipe tanaman jagung A -13 memiliki umur masak fisologis yang lebih genjah atau lebih pendek, sehingga berpengaruh lebih cepat terhadap umur panen tanaman tersebut.
Gambar 4.2 Diagram batang rata-rata umur masak fisiologis genotipe
jagung hibrida yang diuji.
Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa genotipe yang memberikan hasil terhadap umur masak fisiologis tanaman jagung yang lebih cepat terdapat pada genotipe A -7, A -12, A-13, dan A -14. Hal ini menunjukkan bahwa keempat genotipe diatas, akan memiliki umur panen yang lebih cepat dibandingkan tiga genotipe, yaitu JAYA-1, BISI-2 maupun PIONNER 12.
Adanya perbedaan umur masak fisiologis tanaman jagung dapat disebabkan karena perbedaan faktor genetik antar varietas dan terjadi keragaman/variasi umur masak fisiologis secara genetik, dibuktikan dengan nilai heritabilitas yang tinggi (Tabel 4.7), sehingga dapat dilakukan seleksi dengan baik. Perbedaan umur masak fisiologis yang lebih pendek berkaitan erat dapat memperpendek umur panen tanaman jagung tersebut. Faktor genetis tanaman merupakan salah satu penyebab perbedaan antara tanaman satu dengan tanaman lainnya (Sitompul dan Guritno, 1995). Menurut Purwono dan Hartono (2005) bahwa tanaman jagung yang memiliki umur Adanya perbedaan umur masak fisiologis tanaman jagung dapat disebabkan karena perbedaan faktor genetik antar varietas dan terjadi keragaman/variasi umur masak fisiologis secara genetik, dibuktikan dengan nilai heritabilitas yang tinggi (Tabel 4.7), sehingga dapat dilakukan seleksi dengan baik. Perbedaan umur masak fisiologis yang lebih pendek berkaitan erat dapat memperpendek umur panen tanaman jagung tersebut. Faktor genetis tanaman merupakan salah satu penyebab perbedaan antara tanaman satu dengan tanaman lainnya (Sitompul dan Guritno, 1995). Menurut Purwono dan Hartono (2005) bahwa tanaman jagung yang memiliki umur