Keragaman Genetik dan Heritabilitas

J. Keragaman Genetik dan Heritabilitas

Keragaman genetik merupakan faktor kunci dalam pemuliaan tanaman. Adanya keragaman genotip akan dapat mempengaruhi penampilan fenotipik pada tanaman jagung. Hal ini memberikan gambaran seberapa besar peluang yang bisa dilakukan untuk dapat dilakukan seleksi terhadap tanaman jagung tersebut.

Tabel 4.7. Nilai KKG dan Heritabilitas pada variabel pengamatan.

Heritabilitas NO Variabel pengamatan

Koefien Karagaman Varian

Nilai (%)

Kriteria

Nilai Kriteria (%)

1 Tinggi tanaman (cm)

2 Umur masak fisiologis (HST)

3 Tinggi letak tongkol (cm)

4 Jumlah Tongkol Panen

5 Berat tongkol panen (kg)

6 Berat 100 biji (gr)

6.96 Agak rendah

0.96 Tinggi

7 Berat pipilan per petak (kg)

Agak rendah

0,5 Tinggi

8 Berat pipilan per hektar (ton)

Agak rendah

0,44 Sedang

0,74 Tinggi Keterangan:

9 Kadar air panen (%)

Rendah

Kriteria Nilai Koefisien Keragaman Genotip (KKG) 0,953% < x £ 4,19% = Rendah, 4,20% < x £ 7,43% = Agak Rendah, 7,44% < x £ 10,67% = cukup tinggi, 10,68% < x £ 13,92% = Tinggi. Kriteria Nilai Heritabilitas < 0.20 = Rendah, 0.20 < x £ 0.50 = Sedang, >0.50 = Tinggi

Metode seleksi adalah salah satu usaha perbaikan genetik tanaman jagung. Hal ini merupakan proses yang efektif untuk memperoleh sifat-sifat yang dianggap sangat penting dan tingkat keberhasilan tinggi (Kasno, 1992) Menurut Helyanto et al, 2000 mengemukakan bahwa untuk mencapai tujuan seleksi harus diketahui antara karakter agronomi, komponen hasil dan hasil seleksi tarhadap suatu karakter keragaman genetik akan dapat membantu Metode seleksi adalah salah satu usaha perbaikan genetik tanaman jagung. Hal ini merupakan proses yang efektif untuk memperoleh sifat-sifat yang dianggap sangat penting dan tingkat keberhasilan tinggi (Kasno, 1992) Menurut Helyanto et al, 2000 mengemukakan bahwa untuk mencapai tujuan seleksi harus diketahui antara karakter agronomi, komponen hasil dan hasil seleksi tarhadap suatu karakter keragaman genetik akan dapat membantu

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa variabel yang mempunyai koefisiensi keragaman genetik yang termasuk kritera tinggi terdapat pada tinggi letak kedudukan tongkol. Sedangkan berat pipilan per petak dan berat pipilan per hektar memiliki nilai koefisien keragaman genetik agak rendah. Nilai keragaman yang rendah terdapat pada variabel tinggi tanaman, umur 50% berbunga jantan, umur 50% berbunga betina, umur masak fisiologis, jumlah tongkol panen, berat tongkol panen, dan kadar air panen.

Sudarmadji et al. (2007) mengemukakan bahwa nilai koefisien keragaman genetik tinggi, maka faktor genetik akan berpengaruh besar pada penampilan sifat fenotipe bila dibandingkan dengan lingkungan. Semakin tinggi nilai koefisien keragaman genetik menunjukkan peluang semakin efektif usaha perbaikan-perbaikan melalui seleksi dan meningkatkan keleluasaan dalam pemilihan genotipe-genotipe yang diinginkan. Nilai keragaman yang rendah menandakan setiap individu dalam populasi tersebut hampir seragam, sehingga peluang untuk mendapatkan generasi yang baik semakin sempit.

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa nilai heritabilitas yang tinggi terdapat pada variabel tinggi tanaman, umur berbunga 50% jantan, umur 50% berbunga betina, umur masak fisiologis, tinggi kedudukan tongkol, jumlah tongkol panen, berat pipilan per petak, dan kadar air panen.

Heritabilitas merupakan daya waris sifat tetua terhadap turunannya yang dapat diketahui dengan perbandingan atau proporsi ragam genotip terhadap ragam fenotip. Semakin rendah heritabilitas berarti keragaman sifat yang ada lebih disebabkan oleh faktor lingkungan. Sebaliknya jika heritabilitas tinggi berarti keragaman sifat yang ada lebih disebabkan oleh perbedaan potensi genetik (Suprapto dan Kairudin, 2007). Dari informasi sifat tersebut lebih diperankan oleh faktor genetik atau faktor lingkungan, sehingga Heritabilitas merupakan daya waris sifat tetua terhadap turunannya yang dapat diketahui dengan perbandingan atau proporsi ragam genotip terhadap ragam fenotip. Semakin rendah heritabilitas berarti keragaman sifat yang ada lebih disebabkan oleh faktor lingkungan. Sebaliknya jika heritabilitas tinggi berarti keragaman sifat yang ada lebih disebabkan oleh perbedaan potensi genetik (Suprapto dan Kairudin, 2007). Dari informasi sifat tersebut lebih diperankan oleh faktor genetik atau faktor lingkungan, sehingga

Nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik lebih berperan dalam mengendalikan suatu sifat dibandingkan faktor lingkungan (Suprapto dan Kairudin, 2007). Nilai heritabilitas untuk variabel berat tongkol panen dan berat pipilan per hektar adalah sedang. Hal ini menunjukkan bahwa sifat ini tidak dapat digunakan sebagai kriteria seleksi pada generasi awal, seleksi pada sifat tersebut lebih baik dilakukan pada generasi lanjut (Sudarmadji et al., 2007).