Tinggi letak ( kedudukan) tongkol

C. Tinggi letak ( kedudukan) tongkol

Pada batang jagung hibrida, tidak menghasilkan tunas (pucuk vegetatif), biasanya kuncup pada daun kesebelas dan seringkali kuncup pada daun kesepuluh menghasilkan pucuk tongkol reproduktif. Pucuk tongkol tersebut ujungnya memiliki suatu perbungaan bulir dan bukannya malai seperti pada pucuk utama. Dalam kondisi optimum, dapat berkembang lebih dari dua pucuk tongkol untuk beberapa genotipe (Gardner et al., 1991).

Menurut Basir et al. (1998) dalam Zen, (2009) menyatakan bahwa apabila letak tinggi tongkol dengan tinggi tanaman seimbang atau letak tongkol pada pertengahan batang maka yang demikian termasuk posisi tanaman yang ideal, sehingga tanaman lebih tegak berdiri dan kuat menopang tongkol tanaman jagung. Tabel 4.3 Interaksi genotipe dan lokasi terhadap tinggi letak tongkol (cm)

NO Genotipe Lokasi Tulung Lokasi Ngemplak Rata-rata

Keterangan : Keterangan: angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama artinya berbeda tidak nyata dengan uji jarak Duncan taraf 5%

Hasil sidik ragam tinggi letak tongkol tanaman (lampiran 6) menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara genotipe tanaman jagung dan lokasi yang diuji. Tetapi perlakuan genotipe dan perlakuan lokasi memberikan pengaruh yang sangat nyata. Berdasarkan hasil analisis tinggi letak tongkol tanaman dengan uji jarak Duncan taraf 5% (Tabel 4.3) dapat dilihat bahwa beberapa genotipe jagung memberikan hasil terhadap hasil tinggi letak tongkol yang cenderung berbeda -beda di lokasi Tulung maupun lokasi Ngemplak. Hal ini ditunjukkan pada hasil tinggi letak tongkol yang rata-ratanya lebih tinggi atau sama dengan dibandingkan tiga genotipe pembandingnya yaitu JAYA-1, BISI-2 dan PIONNER 12, terdapat pada genotipe A -7, A -9, A -10, A -11, A-15, A-16, A -17. Tinggi letak kedudukan tongkol tanaman yang relatif tinggi dapat meningkatkan resiko kerebahan tanaman yang dapat menurunkan hasil tanaman. Tetapi ada beberapa genotipe tanaman jagung yang memiliki rata-rata yang lebih rendah dibandingkan tiga genotipe pembandingnya yaitu JAYA-1, BISI-2 dan PIONNER 12, terdapat pada genotipe A -8, A -9, A -12, A -13, A -14, dan A -16.

Gambar 4.3 Diagram batang rata-rata tinggi letak tongkol genotipe

jagung hibrida yang diuji. Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa genotipe yang memberikan hasil

terhadap rata-rata tinggi tanaman yang lebih rendah terdapat pada genotipe

A -8, A -9, A -12, A -13, A -14 dan A -16. Hal ini menunjukkan bahwa keenam genotipe diatas, dapat dimungkinkan memiliki resiko kerebahan yang lebih kecil dibandingkan tiga genotipe JAYA-1, BISI-2 maupun PIONNER

12. Sehingga diharapkan dengan resiko kerebahan yang lebih rendah, dapat meningkatkan hasil tanaman jagung dan dapat memperkuat batang tanaman dalam menopang buah(tongkol) tanaman jagung.

Pada tanaman jagung, genotipe yang diharapkan adalah genotipe yang mempunyai kedudukan tongkol yang rendah. Kedudukan tongkol yang terlalu tinggi menyebabkan kecenderungan tanaman untuk rebah akibat angin semakin besar. Seperti dinyatakan oleh Basir et al. (1998) dalam Zen, (2009) letak tongkol yang terletak pada pertengahan tinggi tanaman dan bila didukung oleh batang yang kuat akan menyebabkan tanaman tahan rebah dan bila letak tongkol lebih tinggi dari pertengahan batang maka peluang untuk terjadi rebah batang atau tanaman akan patah semakin besar. Dari genotipe- genotipe yang di uji menunjukkan bahwa kecenderungan tinggi letak tongkol dipengaruhi oleh tinggi tanaman. Semakin tinggi tanaman maka akan menyebabkan tinggi letak tongkol juga semakin tinggi.

Perbedaan-perbedaan yang terjadi di antara genotipe yang diujicobakan disebabkan oleh faktor genetis yaitu sifat-sifat tertentu lebih tinggi dari antar varietas dan terjadi keragaman/variasi tinggi letak tongkol secara genetik, dibuktikan dengan nilai heritabilitas yang tinggi (Tabel 4.7), sehingga dapat dilakukan seleksi dengan baik. Perbedaan genetik akan menyebabkan bentuk dan ukuran suatu karakter tanaman. Perbedaan genetik ini dapat dilihat jika genotipe yang berbeda di tanam pada lingkungan yang sama akan menunjukkan perbedaan yang nyata (Bakhtiar, 1999).