dalam sistem aturan yang diterapkan tersebut yang ada malah merugikan banyak pihak.
Jadi dalam hal uraian-uraian yang dikemukakan di atas baik organisasi Sepakbola maupun Olimpiade London adalah masing kurangnya aturan-aturan
yang lebih spesifik dalam hal untuk memajukan organisasi tersebut, yang dimana dalam organisasi tersebut apakah ada unsur-unsur politik tertentu baik karena
perbedaan negara pemain, suku, agama, ras dan lain sebagainya sehingga aturan- aturan dalam organisasi tersebut masih kurang baik. Jadi atas dasar inilah saya
tertarik untuk menulis tentang penerapan aturan-aturan yang digunakan di Unit Kegiatan Mahasiswa Tenis Meja USU apakah dalam menerapkan aturan-aturan
dalam UKM tenis meja tersebut ada yang membedakan juga suku, agama, fakultas, jurusan, stambuk atau lain sebagainya. Seseorang tidak dapat melihat
pada fakta-fakta tanpa adanya pemahaman sebelumnya tentang suatu aturan, pilihan akan suatu aturan, pada pihak lain bergantung pada fakta tertentu dan
biasanya seorang hakim tidak mencari pemecahan persoalan sebagai hasil menggolongkan secara logis fakta-fakta ke dalam suatu aturan dan biasanya
hanyalah suatu ujian setelah suatu putusan dibuat
6
2. Tinjauan Pustaka
Dengan berpegang pada batas pengertian bahwa antropologi hukum itu adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan aturan-
aturan hukum, maka berarti sasaran dalam pembahasannya terutama ditujukan
6
Van Vollenhoven 1918;1 ff; dan 1928 dalam Goyahnya tangga menuju mufakat, Sumbar hal 111.
Universitas Sumatera Utara
terhadap aturan-aturan baik tertulis maupun tidak tertulis dalam Unit Kegiatan Mahasiswa UKM Tenis Meja Universitas Sumatera Utara USU. Sejak manusia
hidup berkelompok sudah ada aturan hidup, sudah ada hukum adat, oleh karena tidak ada manusia tanpa budaya, tidak ada manusia tanpa kepentingan dan tidak
ada manusia tanpa hukum
7
. Antropologi hukum berpegang pada anggapan bahwa ada manusia hidup
bermasyarakat ada hukum, jadi baik di masyarakat modern atau masyarakat sederhana hukum selalu ada. Hukum itu mengikuti kehidupan manusia
bermasyarakat, baik dalam bentuk tidak tertulis maupun tertulis. Hukum juga tidak terlepas kaitannya dengan norma-norma dan nilai budaya dalam masyarakat.
Dan supaya hubungan antar manusia di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana diharapkan, maka dirumuskanlah norma-norma masyarakat. Mula-
mula norma-norma itu terbentuk secara tidak disengaja. Namun lama kelamaan norma-norma itu dibuat secara sadar. Contohnya adalah perihal perjanjian tertulis
yang menyangkut pinjam meminjam uang yang dahulu tidak pernah dilakukan. Norma-norma yang ada dalam masyarakat mempunyai kekuatan mengikat yang
berbeda-beda. Ada norma yang lemah, yang sedang sampai yang terkuat daya ikatnya dan pada terakhir, umumnya anggota masyarakat pada tidak berani
melanggarnya. Ada 4 pengertian yang membedakan kekuatan mengikat norma-norma
tersebut yaitu :
7
Hilman Hadikusuma, Pengantar Antropologi Hukum PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 1992, hal 9
Universitas Sumatera Utara
1. Cara usage Cara usage menunjuk pada suatu bentuk perbuatan yang diulang-
ulang dalam bentuk yang sama. Cara usage lebih menonjol di dalam hubungan antar individu dalam masyarakat. Suatu penyimpangan
terhadapnya tak akan mengakibatkan hukuman yang berat, akan tetapi hanya sekedar celaan dari individu yang dihubunginya.
2. Kebiasaan folkways
Kebiasaan folkwasys mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar daripada cara. Kebiasaan diartikan sebagai perbuatan yang
diulang-ulang dalam bentuk yang sama, merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut. Sebagai contoh, kebiasaan
memberi hormat kepada yang lebih tua. Apabila perbuatan tadi tidak dilakukan, maka akan dianggap sebagai suatu penyimpangan terhadap
kebiasaan umum dalam masyarakat. 3. Tata kelakuan mores
Tata kelakuan mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas, secara sadar
maupun tidak sadar oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Tata kelakuan mores di satu pihak memaksakan suatu perbuatan dan
di lain pihak melarangnya, sehingga secara langsung merupakan alat agar anggota masyarakat menyesuaikan perbuatannya dengan tata
kelakuan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
4. Adat istiadat Custom Tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola
perilaku masyarakat, dapat meningkat kekuatan mengikatnya menjadi custom atau adat istiadat. Anggota masyarakat yang melanggar adat
istiadat akan menderita sanksi yang keras yang kadang-kadang secara langsung tidak diperlakukan. Suatu contoh, hukum adat yang melarang
terjadinya perceraian antara suami-istri, yang berlaku pada umumnya dinilai sebagai kehidupan bersama yang sifatnya abadi dan hanya dapat
terputus apabila salah satu meninggal dunia cerai mati. Apabila terjadi perceraian, maka tidak hanya yang bersangkutan yang tercemar
namanya, tetapi seluruh keluarga dan bahkan seluruh sukunya. Untuk menghilangkan kecemaran tersebut diperlukan suatu upacara adat
khusus yang membutuhkan biaya besar sekali. Biasanya orang yang melakukan pelanggaran tersebut dikeluarkan dari masyarakat. Juga
keturunannya sampai dia dapat mengembalikan keadaan semula. Norma-norma di atas, setelah mengalami suatu proses pada akhirnya akan
menjadi bagian tertentu dari lembaga kemasyarakatan. Proses tersebut dinamakan suatu pelembagaan yaitu suatu proses yang dilewati oleh suatu norma yang baru
untuk menjadi bagian dari salah satu lembaga kemasyarakatan. Begitu juga dengan nilai-nilai budaya. Nilai-nilai budaya merupakan suatu pedoman yang
memberi arah dan orientasi terhadap hidup, bersifat amat umum. Sebaliknya, norma yang berupa aturan-aturan untuk bertindak bersifat secara khusus,
sedangkan perumusannya biasanya bersifat amat terperinci, jelas tegas dan tidak
Universitas Sumatera Utara
meragukan. Suatu sistem nilai budaya sering juga berupa pandangan hidup atau world view bagi manusia yang menganutnya. Namun istilah “pandangan hidup”
sebaliknya dipisahkan dari konsep sistem nilai budaya. Pandangan hidup itu biasanya mengandung sebagian dari nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat,
yang dipilih secara selektif oleh para individu dan golongan-golongan dalam masyarakat. Dengan demikian, apabila sistem nilai itu merupakan pedoman hidup
yang dianut oleh sebagian besar warga masyarakat “pandangan hidup” itu merupakan suatu sistem pedoman yang dianut oleh golongan-golongan atau lebih
sempit lagi, individu-individu khusus dalam masyarakat. W.H.R River, Hilman Hadikusuma 1924 : 71 mengatakan Kekuatan
yang menyebabkan timbulnya ketertiban dan ketaatan pada masyarakat sederhana ialah perasaan kelompok sehingga tidak perlu adanya sarana tertentu untuk
penerapannya kewenangannya, segala sesuatunya timbul dengan spontanitas. Hukum memiliki peran yang penting dalam mengatur ketertiban sebuah
negara. Namun keberadaan hukum itu sendiri tidak bisa sepenuhnya lepas dari masalah-masalah yang justru malah mengaburkan fungsi pokok dari hukum itu
sendiri. Begitu juga di Indonesia. Hingga saat ini masih banyak sekali masalah hukum di Indonesia yang belum terselesaikan. Masalah hukum di Indonesia tidak
hanya berhubungan dengan aparat penegak hukum saja namun juga terkadang berkaitan dengan produk hukum itu sendiri
8
.
8
http:carapedia.commasalah_hukum_indonesia_info3023.html
Universitas Sumatera Utara
Misalnya dalam masalah kedudukan perempuan dalam pluralisme hukum waris, dengan latar belakang etnik ras, agama dan kelas yang berbeda, ditandai
oleh adanya berbagai institusi pranata hukum yang saling tumpang tindih. Fenomena adanya pluralisme hukum, khususnya dalam masalah waris, pada
masyarakat Batak Toba, ditunjukkan melalui adanya berbagai aturan hukum yang mengatur masalah waris, yaitu hukum adat , hukum negara dan kebiasaan-
kebiasaan atau konvensi-konvensi sosial yang muncul dalam perkembangan masyarakat Batak Toba masa kini. Dengan demikian, seorang Batak yang
berhubungan dengan masalah waris, menjadi subjek, lebih dari satu sistem hukum dan secara normatif hukum adat Batak Toba tidak memberikan hak waris kepada
anak perempuan maupun janda, baik yang berupa tanah, rumah maupun benda tidak bergerak lainnya
9
. Jadi dalam hukum tersebut ada himpunan peraturan baik berupa perintah maupun larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu
masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu, pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan
tindakan dari pihak pemerintah.
Dan dalam menjalankan aturan-aturan yang sudah diterapkan dalam suatu organisasi dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Tenis Meja USU, tidak terlepas juga
dari berbagai permasalahan yang ditimbulkan dan bagaimana cara yang harus dilakukan dalam menyelesaikan masalah-masalah di organisasi tersebut. Misalnya
dalam suatu sengketa di suatu nagari di Minangkabau dan bagaimana pihak dalam suatu sengketa tersebut tawar menawar untuk menangani sengketa. Hal ini
9
Sulistyowati Irianto, Perempuan di antara berbagai pilihan hukum Yayasan Obor Indonesia, Jakarta 2003, hal 1-3
Universitas Sumatera Utara
merupakan konsekuensi dari tatanan sosial politik nagari dan juga prinsip-prinsip adat tentang pengambilan keputusan yang mencerminkan tatanan sosial politik,
dan keputusan harus dibuat secara bulat dan diterima oleh semua orang yang terlibat
10
. Aturan–aturan tertulis maupun tidak tertulis dalam Unit Kegiatan
Mahasiswa UKM Tenis Meja Universitas Sumatera Utara tidak terlepas juga dari pengurus atau pemimpin dalam organisasi tersebut yang dimana para
pengurus lebih mengetahui kebijakan aturan–aturan yang lebih baik dalam organisasi tersebut. Semuanya itu bergantung pada kepemimpinan para pengurus
Unit Kegiatan Mahasiswa Tenis Meja USU dalam menjalankan organisasi tersebut.
Hukum adalah keseluruhan peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur tata tertib dalam masyarakat dan terhadap pelanggarnya umumnya
dikenakan sanksi. Sedangkan tujuan dari hukum adalah untuk mengadakan keselamatan, kebahagiaan, dan ketertiban dalam masyarakat Wiryono Kusumo.
Kepemimpinan dibutuhkan manusia, karena adanya suatu keterbatasan dan kelebihan–kelebihan tertentu pada manusia dalam menjalankan atau membuat
suatu aturan-aturan dalam masyarakat atau oragnisasi. Disatu pihak manusia terbatas kemampuannya untuk memimpin, di pihak lain ada orang yang
mempunyai kelebihan kemampuan untuk memimpin. Disnilah timbulnya kebutuhan akan pemimpin dan kepemimpinan. Kepemimpinan kadangkala
diartikan sebagai pelaksana otorita dan pembuat keputusan, ada juga yang
10
Keebet von B. Beckman, Goyahnya tangga menuju mufakat Perwakilan KITLV, Jakarta
Universitas Sumatera Utara
mengartikan suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama.
George R Terry 1960 : 493 juga mengatakan bahwa kepemimpinan itu adalah aktivita untuk mempengaruhi orang – orang agar supaya di arahkan mencapai
tujuan organisasi. Konsep kepemimpinan dan kekuasaan sebagai terjemahan dari power
telah menurunkan suatu minat yang menarik. Konsep kekuasaan amat dekat dengan konsep kepemimpinan serta pembuatan suatu keputusan dan aturan –
aturan yang digunakan dalam organisasi tersebut, baik itu aturan yang tertulis maupun yang tidak tertulis dan kekuasaan merupakan sarana bagi pemimpin
untuk mempengaruhi perilaku anggota– anggotanya dalam menjalankan aturan – aturan tersebut.
Menurut bentuknya, hukum itu dibagi menjadi : a. Hukum tertulis adalah hukum yang dituliskan atau dicantumkan dalam
perundang-undangan. Contoh : hukum pidana dituliskan pada KUHPidana, hukum perdata dicantumkan pada KUHPerdata.
b. Hukum Tidak Tertulis adalah hukum yang tidak dituliskan atau tidak dicantumkan dalam perundang-undangan. Contoh : hukum adat tidak
dituliskan atau tidak dicantumkan pada perundang-undangan tetapi dipatuhi oleh daerah tertentu.
11
11
http:pertelontanahmerah.blogspot.com201102hukum-tertulis-dan-tidak-tertulis.html
Universitas Sumatera Utara
Jika kita berbicara tentang aturan pasti ada kaitannya dengan hukum, dimana hukum juga merupakan suatu aturan – aturan yang terdiri dari norma
dan sanksi yang bertujuan mengadakan ketertiban dan keamanan tetap terpelihara. Menurut Holic 2009 kalau hukum dibuat oleh pemerintah yang
berisikan larangan dan perintah yang harus di jalankan oleh seluruh masyarakat negara sedangkan kalau peraturan di buat oleh suatu organisasi di
dalam lingkungan maupun kelompok yang harus di jalankan oleh setiap pengikut anggota suatu kelompok atau warganya.
Setiap peraturan hukum memberitahu tentang bagaimana seorang pemegang peranan diharapkan dapat bertindak dan juga sebagai respon terhadap
peraturan hukum merupakan fungsi peraturan–peraturan yang ditujukan kepadanya, sanksi– sanksinya, aktivitas dari lembaga pelaksana serta keseluruhan
kompleks kekuatan sosial, politik dan lainnya mengenai dirinya
12
Dari penjelasan di atas, setiap manusia pada dasarnya selalu ingin bergabung berkelompok dengan sesamanya, baik itu membentuk kelompok
organisasi tersendiri, maupun hanya ikut bergabung dengan teman–temannya yang lain karena ada hubungan kekeluargaan, ada hobi olahraga yang sama
maupun ada unsur kepentingan lainnya. Baik itu organisasi kemahasiswaan intra kampus, seperti Unit Kegiatan Mahasiswa UKM Tenis Meja USU tidak terlepas
juga dari aturan– aturan yang diterapkan dalam UKM Tenis Meja USU tersebut, Sebagaimana dalam aturan–aturan yang diterapkan dalam organisasi adalah
12
Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat Bandung: Angkasa, 1980, hal 27 - 28
Universitas Sumatera Utara
khususnya dengan UKM Olahraga Tenis Meja ini dimana dalam membuat aturan– aturan tersebut apakah sudah dapat mensejahterahkan anggota dan memelihara
kerukunan antar sesama anggota, pengurus, maupun orang – orang yang bermain atau ikut bergabung latihan dalam UKM Tenis Meja tersebut ataupun sebaliknya,
yang dimana dalam membuat aturan– aturan tersebut ada unsur kepentingan beberapa orang dan berakibat kurangnya ketertiban dan keharmonisan dalam
sesama anggota maupun pengurus. Dan konsep kepemimpinan para pengurus UKM Tenis Meja ini juga sangat berperan dalam mengambil keputusan maupun
kebijakan dalam membuat aturan–aturan itu. Dimana seandainya dalam UKM Tenis Meja tersebut apakah dapat menyelesaikan permasalahan yang timbul
dalam pertentangan sesama anggota maupun pengurus dalam penerapan aturan – aturan tersebut .
Malinowski, Hilman Hadikusuma 1942 : 49 mengatakan aturan-aturan hukum apabila aturan itu dirasakan dan dianggap menimbulkan kewajiban di satu
pihak dan hak-hak di lain pihak, dan aturan hukum itu mempunyai sanksi negatif atau sanksi postif berdasarkan kejiwaan dan adanya mekanisme cara bekerja
kekuatan yang mengikat. Dan hal ini lah yang menjadi acuan bagi saya untuk mengetahui lebih
lanjut dalam aturan – aturan tertulis maupun tidak tertulis dalam organisasi ini, terutama organisasi dalam bidang olahraga Tenis Meja di Kampus USU dan
bagaimana penerapan pemahaman yang diterapkan dalam UKM Tenis Meja USU.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Rumusan Masalah