Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Papua

2.4. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Papua

Tujuan pengembangan Wilayah Papua tahun 2015-2019 adalah mendorong percepatan dan perluasan pembangunan Wilayah Papua untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Papua melalui percepatan dan perluasan pembangunan Wilayah Papua dengan menekankan keunggulan dan potensi daerah yang berbasis kesatuan adat melalui: (a) pemenuhan kebutuhan dasar dan ketahanan hidup yang berkelanjutan, serta pemerataan pelayanan pendidikan, kesehatan, dan perumahan rakyat yang terjangkau, berkualitas, dan layak, (b) pengembangan kemandirian ekonomi berkelanjutan berbasis wilayah adat khususnya di Provinsi Papua melalui pengembangan industri kecil dan menengah dibidang pertanian berbasis komoditas lokal, yaitu kakao, kopi, buah merah, karet, sagu, kelapa dalam, kacang tanah, ubi, sayur dan buah-buahan, serta komoditas non lokal yaitu padi, jagung, kedelai, dan tebu; pengembangan perkebunan dan pertanian tanaman non-pangan seperti tebu, karet, dan kelapa sawit; pengembangan peternakan yaitu sapi dan babi, Pengembangan kemaritiman yaitu industri perikanan dan pariwisata bahari; pengembangan potensi budaya dan lingkungan hidup, yaitu pariwisata budaya, cagar alam dan taman nasional; dan pengembangan hilirisasi komoditas minyak, gas bumi dan tembaga. (c) penyediaan infrastruktur yang berorientasi pelayanan dasar masyarakat maupun peningkatan infrastruktur yang berorientasi pengembangan investasi dan pengembangan komoditas, serta (d) peningkatan SDM dan Ilmu dan teknologi secara terus-menerus.

Adapun sasaran pengembangan Wilayah Papua pada tahun 2015- 2019 adalah sebagai berikut:

1. Dalam rangka percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi Wilayah Papua, akan dikembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah, termasuk diantaranya adalah pengembangan 2 kawasan ekonomi

2-5 2-5

2. Sementara itu, untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah di Wilayah Pulau Papua, maka akan dilakukan pembangunan daerah tertinggal dengan sasaran sebanyak 9 Kabupaten tertinggal dapat terentaskan dengan sasaran outcome: (a) meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal menjadi 9,5 persen di tahun 2019; (b) menurunnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi rata-rata 22,63 persen di tahun 2019; (c) meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal sebesar rata-rata 61,40 pada tahun 2019.

3. Untuk mendorong pertumbuhan pembangunan kawasan perkotaan di Papua, maka akan dilakukan optimalisasi peran 2 kota otonom berukuran sedang sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, pusat pelayanan primer, dan hub untuk Pulau Papua dan Maluku dalam bentuk Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sekaligus sebagai pendukung pengembangan kawasan perbatasan negara.

4. Sesuai dengan amanat UU 6/2014 tentang Desa, maka akan dilakukan pembangunan perdesaan dengan sasaran berkurangnya jumlah desa tertinggal sedikitnya 340 desa atau meningkatnya jumlah desa mandiri sedikitnya 140 desa.

5. Meningkatkan keterkaitan desa-kota, dengan memperkuat 4 pusat- pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL).

6. Dalam rangka mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman, maka akan dikembangkan 3 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara yang dapat mendorong pengembangan kawasan sekitarnya.

7. Untuk meningkatkan pelaksanaan Otonomi Daerah di Wilayah Papua ditunjukkan dengan: (1) Meningkatnya proporsi penerimaan pajak dan retribusi daerah sebesar 10 persen untuk propinsi dan 7 persen untuk kabupaten/kota; (2) Meningkatnya proporsi belanja modal dalam APBD propinsi sebesar 35 persen dan untuk Kabupaten/Kota sebesar 35 persen pada tahun 2019 serta sumber pembiayaan lainnya dalam APBD; (3) Meningkatnya jumlah daerah yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) sebanyak 2 provinsi dan 20 kabupaten/kota di wilayah Papua; (4) Meningkatnya kualitas dan proporsi tingkat pendidikan aparatur daerah untuk jenjang S1 sebesar 50 persen dan S2-S3 sebesar 5 persen; (5) Terlaksananya diklat kepemimpinan daerah serta diklat manajemen

2-6 2-6

8. Sasaran penanggulangan bencana di Wilayah Papua adalah mengurangi Indeks Risiko Bencana pada 10 kabupaten/kota sasaran (Kota Jayapura, Kota Sorong, Kota Manokwari, Kabupaten Merauke, Sarmi, Yapen, Nabire, Raja Ampat, Teluk Bintuni dan Biak Numfor) yang memiliki indeks risiko bencana tinggi, baik yang berfungsi sebagai PKN, PKW, Kawasan Industri maupun pusat pertumbuhan lainnya.

Sehubungan dengan sasaran tersebut, diharapkan pada akhir tahun 2019, pembangunan Wilayah Papua semakin meningkat. Hal ini dicerminkan dengan makin meningkatnya kontribusi PDRB Wilayah Papua terhadap PDB Nasional, yaitu dari sekitar 1,9 persen (2013) menjadi 2,6 persen (2019). Dengan demikian, kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Wilayah Papua. Secara rinci target pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan dan pengangguran dalam kurun waktu 2015-2019 di Wilayah Papua dapat dilihat pada Tabel 2.1 sampai dengan Tabel 2.3 sebagai berikut.

TABEL 2.1

SASARAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH PAPUA PER PROVINSI TAHUN 2015-2019

Pertumbuhan Ekonomi (Persen) Wilayah

Papua Barat 7.9 10.3 14.7 16.4 16.6 Papua

14.1 15.0 16.7 17.6 17.7 Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014

2-7

TABEL 2.2

SASARAN TINGKAT KEMISKINAN WILAYAH PAPUA PER PROVINSI TAHUN 2015-2019

Tingkat Kemiskinan (Persen) Wilayah

Papua Barat 25.6 23.5 21.4 19.4 17.4 Papua

30.9 28.5 26.1 23.8 21.5 Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014

TABEL 2.3

SASARAN TINGKAT PENGANGGURAN WILAYAH PAPUA PER PROVINSI TAHUN 2015-2019

Tingkat Pengangguran (Persen) Wilayah

Papua Barat 5.1 4.8 4.6 4.3 4.1 Papua

3.4 3.2 3.1 3.0 2.8 Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014