Strategi Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Sumatera

B. Strategi Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Sumatera

I. Struktur Ruang Pulau Sumatera

1. Strategi pengembangan pusat kegiatan, dilakukan dengan:

a. Mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pertumbuhan

agropolitan, pariwisata, minapolitan, dan pertambangan untuk pertumbuhan ekonomi wilayah; dan

perkebunan,

b. Mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat

perdagangan dan jasa yang berskala internasional.

Prioritas lokasi pengembangan pusat kegiatan pada periode 2015-2019 dapat dilihat pada Tabel 8.11.

TABEL 8.11 PRIORITAS LOKASI PENGEMBANGAN PUSAT KEGIATAN PERIODE 2015-2019

Provinsi Pusat Kegiatan dalam RTRWN

Aceh Lhokseumawe Lhokseumawe Sabang (I/C/1) Langsa (II/C/3) Takengon (II/C/1) Meulaboh (I/D/1), (II/C/3) Tuapejat

Sabang (I/A/ 2) Sumatera

Kawasan Perkotaan Medan- Utara

Binjai-Deli-Serdang-Karo (Mebidangro) (I/C/3)

Tebing Tinggi Medan

(II/C/1) Sidikalang (II/B) Pematang Siantar (I/C/1) Balige (II/C/1)

Rantau Prapat (I/C/1)

8-48

Provinsi Pusat Kegiatan dalam RTRWN

Kisaran (II/C/1) Gunung Sitoli

(I/D/1), (II/C/1) Padang Sidempuan (II/C/1) Sibolga (I /C/1)

Sumatera Padang (I/C/1) Barat

Pariaman (II/C/1) Sawahlunto (II/C/1) Muarasiberut (II/C/2) Bukittinggi (I/C/1) Solok (II/C/2) Payakumbuh

Riau Pekanbaru (I/C/1) Dumai (I/C/1)

Bangkinang

Bengkalis

(II/B) Taluk Kuantan (II/C/1) Bengkalis (II/B) Bagan Siapi-api (II/B) Tembilahan (I/C/1) Rengat (II/C/1)

Pangkalan Kerinci (II/C/1) Pasir Pangarayan (I/C/1) Siak Sri Indrapura (II/C/1)

Dumai (I/A/1) Tarempa

Kepulauan Batam (I/C/3) Riau

Tanjung Pinang

8-49

Provinsi Pusat Kegiatan dalam RTRWN

PKN

PKW PKSN

(I/C/1) Terempa (II/B)

Daik Lingga (II/B) Dabo – Pulau Singkep (II/B) Tanjung Balai Karimun (I/C/1)

Batam (I/A/1) Ranai (I/A/2)

Jambi Jambi (I/C/1) Kuala Tungkal (II/B) Sarolangun (II/B) Muarabungo (I/C/1) Muara Bulian (II/C/1) Muara Sabak

Sumatera Palembang (I/C/1) Selatan

Muara Enim (I/C/1) Kayuagung (II/B) Baturaja (II/B) Prabumulih (II/C/1) Lubuk Linggau (I /C/1) Sekayu (II/B) Lahat (II/B)

Bengkulu Bengkulu Manna (I/C/1) Muko-Muko (II/C/2) Curup (II/C/2)

Bangka Pangkal Pinang Belitung

(I/C/1) Muntok (II/B)

Tanjungpandan (I/B) Manggar (II/B)

Lampung Bandar Lampung (I/C/1)

8-50

Provinsi Pusat Kegiatan dalam RTRWN

Metro (II/C/1) Kalianda (II/B)

Liwa (II/C/2) Menggala (II/B) Kotabumi

(I/C/1) Kota Agung

(II/B)

Sumber: Data diolah, Bappenas, 2014

2. Strategi untuk pengembangan jaringan transportasi yang terpadu untuk meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi, dan daya saing ekonomi wilayah dilakukan dengan:

a. Mengembangkan dan memantapkan akses prasarana dan sarana transportasi darat, laut, dan/atau udara yang menghubungkan

antarkawasan

perkotaan, dan

memantapkan koridor ekonomi Pulau Sumatera;

b. Meningkatkan fungsi dan/atau mengembangkan jaringan transportasi dengan memperhatikan kawasan berfungsi lindung; dan

c. Mengembangkan dan memantapkan akses prasarana dan sarana transportasi darat yang meliputi jaringan jalan, jaringan jalur kereta api, serta jaringan transportasi sungai, danau, dan lintas penyeberangan yang menghubungkan kawasan perkotaan nasional dengan sentra produksi, bandar udara, dan pelabuhan.

3. Strategi untuk pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil dilakukan dengan:

a. Mengembangkan jaringan transportasi yang menghubungkan kawasan perkotaan nasional dengan kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil; dan

b. Mengembangkan sistem transportasi antarmoda menuju kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil.

8-51

II. Pengembangan Kawasan Lindung

1. Strategi untuk pemertahanan luasan kawasan berfungsi lindung dan rehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi dilakukan dengan:

a. mempertahankan luasan kawasan bervegetasi hutan tetap yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;

b. menetapkan kawasan hutan paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas Daerah Aliran Sungai (DAS); dan

c. memulihkan kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi dalam rangka memelihara keseimbangan ekosistem pulau;

d. Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan berbasis DAS;

e. Rehabilitasi hutan dan lahan di dalam Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dan DAS dengan mempertimbangkan morfologi tanah, curah hujan, kondisi geologi, dan jenis tanamannya.

2. Strategi untuk pengembangan pengelolaan potensi kehutanan dengan prinsip berkelanjutan, dilakukan dengan:

a. merehabilitasi kawasan peruntukan hutan yang mengalami deforestasi dan degradasi;

b. mengembangkan sentra kehutanan (forest based cluster industry) pada kawasan andalan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

3. Strategi perwujudan kelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati hutan tropis basah, dilakukan dengan:

a. Menetapkan koridor ekosistem antarkawasan suaka alam dan pelestarian alam; dan

b. Mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan budi daya pada koridor ekosistem antarkawasan berfungsi konservasi.

III. Pengembangan Kawasan Budidaya

Strategi perwujudan pusat industri yang berdaya saing melalui pengembangan keterkaitan ekonomi antar pusat-pusat industri dilakukan dengan mengembangkan keterkaitan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan yang terhubung dengan akses ke dan dari pelabuhan dan/atau bandar udara.

IV. Pengembangan Kawasan Strategis Nasional

Dalam rangka pengembangan Kawasan Strategis Nasional (KSN) dikembangkan 5 (lima) KSN yang mendukung pengembangan

8-52 8-52

TABEL 8.12 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS NASONAL DI PULAU SUMATERA

1 KPBPB Sabang

Kepentingan Mengembangkan

- Kementerian

Ekonomi

Kawasan Sabang

Agraria dan

Tata Ruang perdagangan dan jasa

sebagai pusat

- Kementerian

kepelabuhan serta

- Kementerian Pariwisata

2 Perbatasan

- Kementerian Negara di

Kepentingan Menetapkan batas

laut sebagai kawasan Agraria dan Provinsi Aceh

Pertahanan

yang memiliki fungsi Tata Ruang dan Provinsi

dan

- BNPP Sumatera Utara,

Keamanan

pertahanan dan

keamanan dengan

- Kementerian

Negara India,

Pertahanan

Thailand dan

- Kementerian

Kelautan dan 3 Kawasan

Malaysia

Perikanan Perbatasan

Merehabilitasi dan

- Kementerian Negara di

melestarikan

Perhubungan Provinsi Riau

kawasan yang

- Kementerian dan Provinsi

berfungsi lindung

PU dan Kepulauan Riau

dalam rangka

mempertahankan

Perumahan

pulau-pulau kecil

Rakyat

terluar dan pengembangan prasarana dan sarana pertahanan dan keamanan yang mendukung kedaulatan dan keutuhan batas wilayah negara di Perbatasan Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara dan di Perbatasan Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau

8-53

4 Kawasan Kepentingan Mengembangkan dan - Kementerian Perkotaan

memantapkan fungsi Agraria dan Mebidangro

Ekonomi

Kawasan Perkotaan Tata Ruang Mebidangro sebagai

- Bappenas pusat perekonomian

- Kementerian

nasional yang

Koordinator produktif dan efisien

Perekonomian

serta mampu

bersaing secara internasional terutama dalam kerja sama ekonomi subregional Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia- Thailand

5. Kawasan Kepentingan Mengembangkan dan - Kementerian Perkotaan

memantapkan fungsi Agraria dan Palembang-

Ekonomi

Kawasan Perkotaan Tata Ruang Betung-

Patung Raya Agung - Bappenas Indralaya-

- Kementerian Kayuagung

sebagai pusat

Koordinator (Patungraya

perekonomian

Perekonomian Agung)

nasional yang

produktif dan efisien

serta mampu bersaing secara internasional

Sumber: Data diolah, Bappenas, 2014

8-54

8.5.5. Tata Kelola Pemerintah Daerah dan Otonomi Daerah

Arah kebijakan pengembangan Wilayah Sumatera yakni peningkatan kapasitas pemerintahan daerah yang mendorong daya saing dan pemerataan pelayanan, dengan strategi:

1. Penguatan regulasi dan kebijakan penataan kewenangan;

2. Penguatan peran gubernur melalui sebagai wakil Pemerintah Pusat;

3. Penguatan regulasi sinergi perencanaan dan penganggaran;

4. Penerapan standar pelayanan dan sistem pengaduan pada tiap pemerintah daerah yang terintegrasi dengan manajemen kinerja;

5. Penguatan peran PTSP sebagai sarana penyederhanaan pelayanan kepada masyarakat dan dunia usaha.

6. Penguatan mutu pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi sesuai arah dan prioritas pembangunan daerah.

7. Peningkatan proporsi belanja modal;

8. Penataan mekanisme monitoring dan evaluasi dana transfer yang terintegrasi di tingkat provinsi secara on-line;

9. Penguatan tranparansi dan akuntabilitas kebijakan dan pengelolaan keuangan Daerah.