Interpretasi Ekonomi

H. Interpretasi Ekonomi

1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum Kabupaten/Kota (U) dan Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011. Dalam regresi pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum Kabupaten/Kota dan Pengangguran terhadap kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2011 dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) , diperoleh nilai koefisien regresi untuk setiap variabel dalam penelitian, yang di tunjukkan tabel 4.5. Interpretasi dari hasil regresi pengaruh PDRB, upah minimum kabupaten/kota dan tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 adalah sebagai berikut :

a. Pengaruh variabel Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan Variabel Pertumbuhan Ekonomi menunjukkan tanda positif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Kemiskinan di Jawa Tengah. Hasil tersebut sesuai dengan teori dan penelitian terdahulu yang menjadi landasan teori dalam penelitian

Kolmogrov-Smirnov Z

0,477

Asymp. Sig. (2-tailed)

0,977

ini. Menurut (Wongdesmiwati, 2009) Pertumbuhan ekonomi memang tidak cukup untuk mengentaskan kemiskinan tetapi biasanya pertumbuhan ekonomi merupakan sesuatu yang dibutuhkan, walaupun begitu pertumbuhan ekonomi yang bagus pun menjadi tidak akan berarti bagi penurunan masyarakat miskin jika tidak diiringi dengan pemerataan pendapatan. Selanjutnya menurut (Sadono Sukirno, 2000) mengungkapkan laju pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan PDRB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil. Selanjutnya pembangunan ekonomi tidak semata-mata diukur berdasarkan pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) secara keseluruhan, tetapi harus memperhatikan sejauh mana distribusi pendapatan telah menyebar ke lapisan masyarakat serta siapa yang telah menikmati hasil-hasilnya. Sehingga menurunnya PDRB suatu daerah berdampak pada kualitas dan pada konsumsi rumah tangga. Dan apabila tingkat pendapatan penduduk sangat terbatas, banyak rumah tangga miskin terpaksa merubah pola makanan pokoknya ke barang paling murah dengan jumlah barang yang berkurang. Menurut penelitian (Nurfitri Yanti, 2010) variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kemiskinan.

b. Pengaruh variabel Upah Minimum Kabupaten/Kota terhadap Kemiskinan Dari hasil regresi ditemukan bahwa upah minimum memberikan pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dengan koefisien sebesar -5,078. Hal ini berarti kenaikan upah minimum sebesar 1 rupiah akan menyebabkan penurunan tingkat kemiskinan sebesar 5,07 persen. Semakin tinggi upah minimum akan memicu penurunan tingkat kemiskinan. Hasil ini sesuai dengan tujuan penetapan upah minimum yang b. Pengaruh variabel Upah Minimum Kabupaten/Kota terhadap Kemiskinan Dari hasil regresi ditemukan bahwa upah minimum memberikan pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dengan koefisien sebesar -5,078. Hal ini berarti kenaikan upah minimum sebesar 1 rupiah akan menyebabkan penurunan tingkat kemiskinan sebesar 5,07 persen. Semakin tinggi upah minimum akan memicu penurunan tingkat kemiskinan. Hasil ini sesuai dengan tujuan penetapan upah minimum yang

c. Pengaruh variabel Pengangguran terhadap Kemiskinan Dari hasil regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini menunjukan bahwa variabel pengangguran menunjukkan tanda negatif dan berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan di Jawa Tengah dengan koefisien -1,676. Hal ini berarti kenaikan tingkat pengangguran terbuka sebanyak 1 persen tidak menaikkan kemiskinan tetapi dari hasil penelitian ini malah akan menurunkan kemiskinan sebesar 1,67 persen. Hasil tersebut sesuai dengan teori dan penelitian terdahulu yang menjadi landasan teori dalam penelitian ini. Menurut (Godfrey, 1993) yaitu

bahwa kemiskinan mungkin tidak selalu berhubungan dengan masalah ketenagakerjaan. Selain itu juga diperkuat dengan pendapat (Lincolin Arsyad, 1997) yang menyatakan bahwa salah jika beranggapan setiap orang yang tidak mempunyai pekerjaan adalah miskin, sedang yang bekerja secara penuh adalah orang kaya. Hal ini karena kadangkala ada pekerja di perkotaan yang tidak bekerja secara sukarela karena mencari pekerjaan yang lebih baik yang lebih sesuai dengan tingkat pendidikannya. Mereka menolak pekerjaan yang mereka rasakan lebih rendah dan mereka bersikap demikian karena mereka mempunyai sumber lain yang bisa membantu masalah keuangan mereka. Menurut penelitian (Ravi Dwi

terhadap kemiskinan. Menurut penelitian (Dian Octaviani, 2001) menyimpulkan bahwa kenaikan angka pengangguran mengakibatkan peningkatan atas angka kemiskinan, sebaliknya semakin kecil angka pengangguran akan menyebabkan semakin rendahnya tingkat kemiskinan di Indonesia. Selanjutnya menurut penelitian (dadan hudaya, 2009) variabel tingkat pengangguran berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan. Selain itu, bahwa tidak semua orang menganggur itu selalu miskin. Karena seperti halnya penduduk yang termasuk dalam kelompok pengangguran terbuka ada beberapa macam penganggur, yaitu mereka yang mencari kerja, mereka yang mempersiapkan usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan dan yang terakhir mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.