Latar Tempat

a. Latar Tempat

Pengangkatan suasana kedaerahan, sesuatu yang mencerminkan unsur local color, akan menyebabkan latar menjadi unsur yang dominan dalam karya yang bersangkutan. Tempat menjadi sesuatu yang bersifat khas, tipikal, dan fungsional (Nurgiyantoro, 2005: 228). Sifat khas dan tipikal ini tak hanya ditentukan oleh rincinya deskripsi lokasi, melainkan harus didukung oleh sifat kehidupan sosial, masyarakat penghuninya.

Novel Padang Bulan berlatar tempat di Belitong. Pulau Belitong merupakan pulau penghasil timah, maka tidak mengherankan jika mayoritas penduduknya adalah penambang timah. Pulau Belitong yang begitu kaya mineral tambang digambarkan sebagai tempat yang merana karena mayoritas penduduknya miskin. Eksploitasi timah yang berlebihan dan serampangan telah meninggalkan bekas-bekas galian tambang yang menganga dan dibiarkan terbengkalai.

Secara spesifik, latar novel Padang Bulan adalah Belitong Timur. Belitong Timur disebut sebagai daerah terpencil, jauh dari pusat keramaian, dan merupakan sebuah kampung tambang. Jaraknya dengan ibukota kabupaten adalah sekitar seratus kilometer, dan jarak dengan kecamatan Manggar adalah tiga puluh kilometer. Kedua hal ini semakin menguatkan bahwa kampung di daerah Belitong Timur terletak sangat terpencil. Latar tempat ini ditunjukkan dengan beberapa kutipan berikut.

Esoknya, mata Enong merah. Zamzami tahu, anaknya pasti tak bisa tidur karena terus-menerus membayangkan kamus itu. Maka, tanpa ambil tempo, ia segera mengajak Sirun ke Tanjong Pandan. Mereka bersepeda hampir seratus kilometer. (Padang Bulan, hal. 12)

Dari kutipan di atas dapat diketahu mengenai letak kampung Enong yang jauh dari kota. Disebutkan dalam kutipan tersebut kalimat mereka bersepeda

commit to user

Tanjong Pandan yang merupakan ibu kota kabupaten. Sore itu aku naik sepeda ke Manggar. Perjalananku paling tidak 30

kilometer, melewati jalan yang panas dan berdebu, melintasi dua tanjakan bukit Selumar dan Selinsing, melalui Danau Meranti dan 4 jembatan. Kukayuh sepeda dengan marah dan tergesa-gesa. Napas memburu, hati membiru, tangan menggenggam tinju, kepala penuh pikiran jahat.

mm (Padang Bulan, hal. 99)

Kutipan di atas menunjukkan jarak kampung Enong dengan Manggar. Jarak yang harus ditempuh untuk mencapai kota kecamatan adalah sekitar tiga puluh kilometer. Untuk mencapai ibu kota kecamatan perjalanan yang dilalui harus melewati dua bukit, sebuah danau, dan empat jembatan. Kutipan tersebut menunjukkan betapa terpencilnya letak kampung Enong.

Perkara ulang tahun adalah gelap bagi anak-anak Melayu melarat yang udik di kampung paling timur, di pulau terpencil Belitong ini.

m (Padang Bulan, hal. 52)

Kutipan di atas menunjukkan letak kampung Enong. Disebutkan dalam kutipan tersebut bahwa kampung Enong adalah kampung paling timur di pulau Belitong. Secara ekspositori disebutkan kata udik. Kata ini menggambarkan kondisi yang sangat terpencil dan jauh dari keramaian.

Kampungku adalah kampung tambang dengan jumlah penduduk enam ribu jiwa. Di sana, tak ada tempat yang dapat ditawarkan untuk sarjana apa pun, selama ia berpegang teguh pada martabat kesarjanaannya. Jika hanya ingin menjadi kuli ngambat di dermaga Manggar, bisa saja, memikul ikan dari perahu-perahu nelayan menuju stanplat. Namun, seseorang tak perlu mengumpulkan SKS sebiji demi sebiji untuk bekerja menghamba-budakkan diri pada juragan-juragan di stanplat pasar ikan.

m (Padang Bulan, hal. 150)

Kutipan di atas mendeskripsikan kampung Enong sebagai kampung tambang. Yang dimaksud kampung di sini adalah pulau Belitong yang memiliki penduduk berjumlah enam ribu jiwa dan digambarkan sangat miskin karena kehidupannya sangat bergantung kepada alam.

Latar tempat yang melatari novel Padang Bulan adalah tempat-tempat di Belitong Timur. Latar tempat yang dominan disebutkan antara lain: Kampung, Sungai Linggang, jembatan Sungai Linggang, bendungan dekat rumah Enong,

commit to user

kabupaten), kedai kopi milik paman Ikal, hutan dekat rumah Enong, kantor pos, rumah Ikal, rumah Enong, rumah Detektif M. Nur, rumah perahu Mapangi.

Latar tempat dalam novel Padang Bulan dideskripsikan dengan jelas dan detail. Pendeskripsian latar tempat merupakan salah satu kekuatan dalam novel Padang Bulan. Latar tempat tersebut misalnya adalah deskripsi kampung (hal. 16-17), museum (hal. 17), kapal keruk (hal. 18-19), Masjid Al-hikmah (hal. 27), danau (hal. 28), Tanjong Pandan (hal. 32), Pasar (hal. 39), warung kopi (hal. 44), rumah perahu (hal. 46), danau (hal. 49), hutan (hal. 60), tempat juru taksir timah (hal. 61), pondok kayu (hal. 64), pekarangan rumah A ling (hal. 66) warung kopi Bunga Serodja (hal. 73), Kampung Numpang Miskin (hal. 75), rumah Detektif M. Nur (hal. 90), kantor Detektif M. Nur (hal. 93), toko Zinar (hal. 102), rumah ikal (hal. 112), jembatan Linggang (hal. 115), di dalam bus (hal. 133) tempat kursus Trendy English Course (hal. 135), losmen dekat pelabuhan (hal. 138), warnet (hal. 140), pelabuhan (hal. 143), pinggir kampung (hal. 156), lapangan voli (hal. 174), kantor pos, gudang bekas instalasi pencucian timah (hal. 211), dermaga (hal. 235).