Relevansi Novel Padang Bulan Sebagai Materi Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMP

7. Relevansi Novel Padang Bulan Sebagai Materi Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMP

Pelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum yang berlaku saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) meliputi materi kebahasaan dan materi sastra. Hal itu berarti bahwa pengajaran sastra tidak berdiri sendiri melainkan menjadi bagian dari pengajaran Bahasa Indonesia. Dengan demikian

commit to user

dalam pengajaran Bahasa Indonesia. Materi pengajaran sastra mencakup ketiga genre sastra, yaitu drama, prosa dan puisi. Ketiga genre sastra ini diajarkan pada ketiga tingkat satuan pendidikan, yaitu: SD; SMP; dan SMA. Salah satu bentuk prosa yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama adalah prosa dalam bentuk novel. Novel merupakan materi yang wajib digunakan sebagai sumber belajar.

Novel merupakan salah satu bentuk prosa yang digunakan sebagai salah satu sumber materi ajar bagi pembelajaran apresiasi sastra. Novel yang digunakan sebagai sumber materi ajar adalah novel yang telah dipilih dengan pertimbangan mendalam dan kaya akan nilai positif.

Novel yang dapat digunakan sebagai materi pembelajaran adalah novel yang memiliki kriteria keterbacaan dan kriteria tingkat kesesuaian. Kriteria keterbacaan mengacu pada mudah tidaknya suatu bacaan (prosa) untuk dicerna, dihayati, dipahami, dan dinikmati oleh siswa. Berikut adalah penilaian siswa terhadap bahasa yang digunakan dalam novel Padang Bulan. Menurut Aditya Nadiar Saputra:

“Saya tertarik karena penasaran dengan nasib tokoh Enong sehingga sampai tuntas membacanya. Namun, ada beberapa hal yang tidak saya mengerti maksudnya. Kebanyakan adalah bahasa asing dan istilah Melayu. Jika menemui hal itu saya akan langsung melewatinya dan tidak mempedulikannya. Saya terus saja membaca” (CLHW No. 3)

Berdasar kutipan wawancara di atas Aditya Nadiar Saputra mengalami kesulitan dalam memahami bacaan. Kesulitan tersebut terutama pada kata-kata asing dan kata-kata dalam bahasa Melayu. Mengenai hal ini Redy Sarwanto, S.S, M.M memiliki penilaian tersendiri yaitu sebagai berikut.

Novel Padang Bulan ini bisa digunakan di kelas VIII atau IX. Untuk kelas

VII pak Redy berpendapat di beberapa bagian novel ada kata-kata yang sulit dan membutuhkan bantuan sehingga lebih tepat jika digunakan di kelas VIII atau IX. (CLHW No. 2)

commit to user

Aditya Nadiar Saputra. Menurut Redy Sarwanto, S.S, M.M, novel Padang Bulan lebih tepat digunakan pada kelas VIII atau IX. Sementara Aditya Nadiar Saputra adalah siswa kelas VII dan baru pertama kali membaca novel.

Sementara itu, menurut Siwi Prahastiwi novel Padang Bulan adalah novel yang mudah untuk dipahami. Ia tidak menemui kesulitan dalam membaca novel Padang Bulan. Siwi Prahastiwi merupakan penggemar Andrea Hirata dan menyukai bagian-bagian novel yang lucu. Pernyataan Siwi Prahastiwi tampak pada kutipan berikut.

“Novel Padang Bulan menurut saya bukanlah novel yang sulit dipahami. Bahasanya mudah dipahami dan saya sangat menyukai novel karya Andrea Hirata karena ada bagian-bagian yang lucu. “ (CLHW No. 4)

Senada dengan pendapat di atas, Sari Kurnia Ningrum menyatakan novel Padang Bulan mudah dipahami dan ia tidak menemukan kesulitan berarti ketika membacanya (CLHW No.5). Pendapat ini diperkuat oleh pendapat Dhiasty Ekananda novel Padang Bulan bukanlah novel yang sulit dipahami. Bahasa dan kalimatnya yang lain dari novel remaja pada umumnya, merupakan daya tarik dari novel ini. Terkadang, ada adegan-adegan yang kocak dan menggelikan terjadi di dalam novel Padang Bulan. (CLHW No. 6).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai novel Padang Bulan, secara umum merupakan novel yang mudah dipahami atau dengan kata lain memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Hanya saja pada beberapa bagian mungkin membutuhkan penjelasan khusus mengenai kata-kata asing. Namun, secara keseluruhan novel Padang Bulan telah memenuhi kriteria tingkat keterbacaan.

Selain memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi, kriteria yang kedua adalah kriteria tingkat kesesuaian. Kriteria kesesuaian ini meliputi kesesuaian dengan kurikulum, perkembangan psikologi siswa, dan nilai moral yang terkandung dalam novel. Menanggapi hal ini Rini Dwi Haryani, S.Pd guru bahasa Indonesia yang mengajar di SMP N 4 Surakarta memiliki pendapat yang senada dan diungkapkan sebagai berikut.

commit to user

pornografi, sarat dengan nilai-nilai kehidupan dan dapat memotivasi siswa untuk meneladani tokoh yang baik. (CLHW No. 1)

Selain itu, Redy Sarwanto, S.S, M.M, guru bahasa Indonesia yang mengajar di SMP N 4 Surakarta juga mengungkapkan pendapat senada dalam menyebut sebuah novel dapat atau layak dijadikan sumber materi belajar. Kriteria tersebut antara lain sebagai berikut.

Kriteria novel yang dapat dijadikan materi ajar: novel tersebut harus sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator dalam silabus pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia. Selain itu harus menggunakan bahasa yang sederhana, tidak sulit dipahami, dan isinya sesuai dengan usia siswa. (CLHW No. 2)

Menanggapi mengenai isi novel Padang Bulan, empat orang siswa sebagai informan mengungkapkan mereka memiliki penilaian yang bagus terhadap novel tersebut. Aditya Nadiar Saputra siswa kelas VII ini menyatakan ia baru pertama kali membaca novel. Meskipun begitu ia memiliki ketertarikan dan kekaguman terhadap novel tersebut. Seperti tampak pada kutipan berikut.

“Saya tertarik karena penasaran dengan nasib tokoh Enong sehingga sampai tuntas membacanya. Namun, ada beberapa hal yang tidak saya mengerti maksudnya. Kebanyakan adalah bahasa asing dan istilah Melayu. Jika menemui hal itu saya akan langsung melewatinya dan tidak mempedulikannya. Saya terus saja membaca” (CLHW No. 3)

Menurut Siwi Prahastiwi, siswa SMPN 1 Sragen kelas VIII, berpendapat bahwa novel Padang Bulan menarik karena karena memberikan motivasi untuk belajar (CLHW No. 4), sedangkan Sari Kurnia Ningrum berpendapat novel Padang Bulan sangat mendidik dan memberikan pelajaran bahwa sebuah mimpi, cita-cita dan kemauan yang tinggi timbul dari diri sendiri, merupakan hal yang sangat istimewa dan tak terbatas (CLHW No.5). Pendapat senanda juga diutarakan oleh Dhiasty Ekananda yang menyebut novel Padang Bulan sangat bagus karena menceritakan orang yang tak pernah berhenti belajar, tak pernah berhenti berjuang untuk mewujudkan cita-citanya walau dalam keadaan serba kekurangan (CLHW No. 6).

commit to user

Haryani, S.Pd yang menyatakan novel Padang Bulan adalah sebuah novel yang baik karena memiliki nilai edukasi dan nilai moral (CLHW No. 1). Oleh Rini Dwi Haryani dijelaskan bahwa nilai-nilai tersebut memiliki keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari, seperti misalnya pentingnya pendidikan, tanggung jawab dan kerja keras (CLHW No. 1).

Pendapat Redy Sarwanto, S.S, M.M mengenai novel Padang Bulan adalah merupakan novel yang baik dari tinjauan karakter maupun perjuangan hidup dan semangat cita-cita untuk belajar sepanjang hayat( CLHW No. 2). Oleh Redy Sarwanto karakter belajar Enong disebut sebagai belajar sampai akhir hayat.

Secara umum keenam pendapat di atas menyatakan bahwa novel Padang Bulan menarik dan bagus. Hal ini berarti, secara psikologis novel Padang Bulan dapat diterima dan dengan baik oleh siswa. Hal ini sesuai dengan kriteria tingkat kesesuaian, yaitu sesuai dengan perkembangan psikologi siswa SMP. Selain itu dari beberapa pendapat di atas, dikatakan bahwa novel Padang Bulan memiliki nilai moral yang baik.

Terkait dengan kemungkinan penggunaan novel Padang Bulan digunakan sebagai sumber materi pembelajaran baik Redy Sarwanto, S.S, M.M maupun Rini Dwi Haryani, S.Pd sependapat bahwa novel Padang Bulan dapat digunakan sebagai materi pembelajaran. Redy Sarwanto, S.S, M.M menyatakan novel Padang Bulan bisa dijadikan sumber materi ajar bagi siswa SMP karena unsur intrinsiknya bisa menjadi bahan pembanding dalam mengajarkan karya sastra lama dan karya sastra baru. Di samping itu dalam novel tersebut mengandung nilai-nilai kehidupan yang baik bagi siswa SMP ( CLHW No. 2). Sementara Rini Dwi Haryani, S.Pd menyatakan novel Padang Bulan dapat digunakan sebagai materi ajar karena memiliki nilai-nilai kehidupan yang baik dan dapat memotivasi siswa ( CLHW No. 1).

Menanggapi mengenai penggunaan novel Padang Bulan terkait dengan kesesuaian kurikulum, berikut tanggapan dua orang guru bahasa Indonesia. Menurut pendapat Rini Dwi Haryati, S.Pd novel Padang Bulan dapat digunakan pada pembelajaran di kelas VIII (CLHW No.1). Sementara Redy Sarwanto, S.S,

commit to user

(CLHW No.2). Namun, penggunaan pada kelas IX hanya digunakan sebagai novel pembanding, sedangkan pada kelas VIII novel dapat digunakan dikaitkan dengan pembelajaran unsur intrinsik novel (CLHW No.2).

Berdasarkan kedua pendapat dia atas, dapat dikatakan bahwa novel Padang Bulan dapat digunakan sebagai materi pembelajaran apresiasi sastra pada kelas VIII. Novel ini memiliki kesesuaian dengan kurikulum kelas VIII. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang paling sesuai menurut kedua pendapat di atas adalah berkaitan dengan kajian unsur intrinsik novel.

Novel Padang Bulan memiliki tingkat keterbacaan dan tingkat kesesuaian sebagai materi ajar apresiasi sastra. Novel ini mengandung nilai-nilai moral yang baik. Novel Padang Bulan memiliki tema pendidikan, penokohan, alur, latar, dan sudut pandang yang terjalin dan saling berkait antara unsur satu dengan unsur yang lain. Novel Padang Bulan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif materi ajar pembelajaran sastra, dalam hal ini novel pada kelas VIII SMP .

commit to user