AKSESIBILITAS PENYANDANG DISABILITAS DALAM PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN DI KOTA SURAKARTA

AKSESIBILITAS PENYANDANG DISABILITAS DALAM PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN DI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

Disusun Oleh : Bimo Andang Seto D0109016

Disusu n u ntuk Memenuhi Persyaratan d alam M emperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu So sial dan Ilmu Politik Universitas Seb elas Maret

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

HALAMAN PERSETUJUAN

Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadap an Panitia P engu ji Skrip si Fakultas Ilmu Sosial d an Ilmu Politik Universitas Seb elas Maret Surakarta

Pembimbing

Drs. Sudarto,M.Si NIP. 195502021985031006

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini Telah Diuji Dan Disahkan Oleh Panitia Ujian Skripsi Ju rusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Seb elas Maret Surakarta

Pada Hari

Tanggal

Panitia Penguji :

1. Ketua

: Drs. H.Marsudi, M.S.

NIP. 19550823 198303 1 001 NIP. 19470820197603 00

2. Sekertaris : A.W.Erlin Mulyadi, S.Sos, MPA.

NIP. 19740601 200801 2 016 AW Erlin Mulyadi, S.Sos, M

3. Penguji

: Drs. Sudarto M.S i.

NIP. 19550202 198503 1 006 Prof. Dr. Hj. Ism i Dwi AN, M.Si NIP. 196108201986012001

Dekan Fakultas Ilmu Sosial d an Ilmu Politik Universitas Seb elas Maret

Prof. Drs. H. Pawito, Ph.D

PERNYATAAN ORISINALITAS

Nama

: Bimo Andang Seto

NIM

: D0109016

Menyatakan dengan sesungguhn ya bahwa Skripsi yang berjudul : “Aksesibilitas Penyandang Disabilitas dalam Pelayanan Pub lik Bidang Pendidikan dan Ketenagakerjaan di Kota Surakarta ” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal- hal yang bukan karya saya, dalam Skripsi tersebu t diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataa n saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabu tan skripsi d an gelar yang saya peroleh dari skripsi terseb ut.

Surakarta, 6 Janu ari 2013

Yang membuat pernyataa n,

Bimo Andang Seto NIM . D0109016

MOTTO

“Tiadanya ke yakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan; dan saya percaya pada d iri saya sendiri.” (Tho mas Alva Edison)

“Semua orang tid ak perlu menjadi malu karena perna h berbuat kesalahan, selama ia menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya.” (Kahlil Gibran)

“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatu h” (Muhammad Ali)

“Pendid ikan merupakan perlengkapan paling b aik untuk hari tua. “ (Aristoteles)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untu k :

Kedua o rang tuaku yang telah membesarkan, mendid ik aku sampai

sekarang ini. Kelu arga besarku yang selalu mendukung dan mengarahkan aku menjalani kehidupan ini. Para sahabat yang senantiasa ada bersamaku di saat aku sedih dan senang. Kekasihku . Almamaterku.

KATA PENGANTAR

Salam sejahtera bagi kita semu a.. Ucapan syu kur yang sebesar-besarnya pada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Aksesibilitas Penyandang Disabilitas dalam Pelayanan Pub lik Bidang Pendidikan dan Ketenagakerjaan di Kota Surakarta”. Penyu sunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untu k menyelesaikan studi d i Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mengalami berbagai hambatan. Namun berkat duku ngan, b imbingan, arahan dari berbagai pihak, penulis d apat menyelesaikan skripsi. Pada kesempatan ini, penulis berterima kasih kepada :

1. Drs.Sudarto,M.Si. selaku dosen p embimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan se hingga p enu lis dapat men yelesaikan skripsi d engan baik.

2. A.W .Erlin Mulyadi,S.Sos,MPA yang telah memberikan kesempatan kepad a sa ya untuk bergab ung ke d alam tim p eneliti dalam penelitian beliau tentang imp lementasi kebijakan pendid ikan inklu si di ko ta Surakarta yang juga menjadi tema p ayung dalam penelitian skripsi ini.

3. H.Sakur, M.Si selaku pembimb ing akademis yang telah memberi b imbingan dan arahan selama p roses studi.

4. Drs. Is Hadri Utomo, M .Si. d an Dra. Sudaryanti, M.Si selaku Ketu a dan Sekertaris Juru san Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universita s Sebelas Maret Su rakarta.

5. Prof. Dr. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universita s Sebelas Maret Surakarta.

6. Bapak Mujiyo no yang telah memberikan inspirasi dalam proses penyu sunan skripsi ini.

7. Pen ya ndang Disabilitas di Kota Surakarta yang telah b ersedia menjadi informan.

8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu proses p enyusunan skripsi ini.

Penulis men yadari b ahwa d alam pen yu sunan skripsi jau h dari kesemp urnaan dikarenakan keterbatasan pengetahu an yang penu lis miliki. Ole h karena itu kritik dan saran yang berguna d alam perbaikan skripsi sangat penulis butuhkan. Sebagai kata penutup, semoga skripsi ini bermanfaat b agi pemerintah kota Su rakarta dalam menciptakan pela yanan publik yang leb ih op timal dan bermanfaat pula untuk p erkembangan program stud i Ilmu Administrasi Negara serta pihak-pihak yang memerlu kannya.

Surakarta, 6 Januari 2013

Penulis

B. Aksesibilitas Penyandang Disabilitas dalam Pelayanan Publik Bidang Pendidikan d an Keten agakerjaan di Kota Surakarta .............................................................. 54

1. Dimensi Ko gnitif ..................................................... 54

2. Dimensi Perilaku ..................................................... 65

3. Dimensi Birokrasi Administratif .............................. 69

4. Dimensi Sarana dan Prasarana ................................. 75

C. Tanggapan Penyandang Disabilitas tentang Pelayanan Publik Bidang Pemdid ikan dan Ketenagakerjaan .......... 78 BAB V

: PENUTUP ......................................................................... 80

A. Kesimpulan ................................................................... 80

B. Saran ................................ ................................ ............. 81

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Ju mlah Penyand ang Cacat Menu rut Jenis Kec acatan di Kota

Surakarta ......................................................................................

Tabel 2 . Klasifikasi dan Jenis Disabilitas ....................................................

27

Tabel 3 . Daftar Informan …… …… ……… …… …… …… … ……… …… ...

44

Tabel 4 . Yayasan Penyandang Cacat d i kota S urakarta ...............................

50

Tabel 5 . Daftar Sekolah Inklusi di kota Surakarta .......................................

53

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Dimensi Aksesibilitas Pelayanan Publik ...................................

17

Gambar 2. Kerangka Pemikiran ................................ ................................ .

35

Gambar 3. BBRSDB Prof. Dr. So eharso ....................................................

49

Gambar 4. Yayasan Bhakti Candrasa .........................................................

51

Gambar 5 . Fasilitas Pembantu “Ramp” ......................................................

51

Gambar 6. Fasilitas Pembantu “Guilding Block” .......................................

52

Gambar 7. SLB A YKAB Surakarta ..........................................................

52

Gambar 8. Pelatihan internet bagi p enyand ang disabilitas…… … …… ……

61

Gambar 9. Solo Job Fair 2012 …… …… …… …… …… ………… …… …...

62

ABSTRAK

BIMO ANDANG SETO. D0109016. AKSESIBILITAS PENYANDANG DISABILITAS DALAM PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN DI KOTA SURAKARTA. Skripsi. Jurusan Ilmu Administrasi . Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2013. 100 halaman

Penyandang disab ilitas mempunyai hak dan kewajiban yang sama seb agai warga negara. Dalam hal pela yanan publik, penyandang disabilitas memiliki akses yang sama untu k mendapatkan pela yanan p ub lik di segala b id ang termasu k bid ang pendidikan dan ketenagakerjaan. Penelitian ini bertujuan u ntuk mengetahui aksesibilitas penyandang disab ilitas d alam p elayanan p ublik di bid ang pendidikan dan ketenagakerjaan seta mengetahui tanggapan pen yand ang disabilitas terhadap pelayanan p ub lik tersebut. Aksesibilitas pada penelitian ini ditinjau dari empat dimensi yaitu dimensi kognitif, dimensi perilaku, dimensi birokrasi administratif d an dimensi sarana dan p rasarana.

Penelitian ini menggu nakan pendekatan penelitian deskriptif kua litatif. Info rman ditentukan berdasarkan teknik purposive sampling. Su mber data yang digunakan merupakan sumber data primer dan data sekunder dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi d an studi dokumentasi. Validitas data menggunakan triangulasi sumber. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aksesibilitas penyandang disabilitas dalam p elayanan pub lik bidang pendidikan dan ketenagakerjaan di Kota Surakarta berbeda-beda tiap dimensi. Pad a d imensi kognitif, semu a aspek menunjukkan aksesibilitas baik. Dimensi p erilaku juga menu njukkan aksesibilitas yang baik karena semu a aspek yang ada termasuk ke dalam aksesib ilitas baik. Dimensi birokrasi administratif menunjukkan aksesibilitas yang baik meskipun pada aspek tersedianya saluran untu k menyampaikan aspirasi atau keluhan dalam pelayanan publik kurang baik. Berbeda d engan tiga dimensi sebe lumnya, dimensi sarana dan prasarana menunjukkan aksesibilitas yang ku rang baik. Dalam hal pelayanan publik, pen yandang d isabilitas berpendapat bahwa p emerintah telah memberikan pela yanan publik yang b aik tetapi belu m maksim al dan memerlu kan banyak evalu asi.

Kata Ku nci : aksesibilitas, p enyandang d isabilitas, pelayanan publik bidang pendid ikan dan ketenagakerjaan

ABSTRACT

BIMO ANDANG SETO. D0109016. ACCESSIBILITY OF PERSONS WITH DISABILITIES IN PUBLIC SERVICE ON EDUCATION AND LABOUR FORCE IN SURAKARTA. Thesis. Department of Administrative Science. Public Administration Program. Faculty of Social and Political Sciences. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2013. 100 pages

Persons with disabilities have same rights and obligations as citizen. In the case of public service they have the same access as o ther citizens have to public service in all areas inclu ding in the field of educatio n and labo r force. This research aim to know the accessibility of persons with disabilities in p ublic services on educatio n and labo r force as well as and to find out the responses of persons with disabilities ab ou t the public services. Accessibility in this stud y is evaluated fro m four dimensions: cognitive, b ehavior, administrative bureau cracy, and infrastructu res.

This research is a descriptive qualitative research. The informants were selected u sing p urposive sampling technique. The so urces of data used are primary and second ary d ata. Data collectio ns u sed include interview, observation, and documentatio n review. To validity data, the source method was performed. Data then was analyzed using the qualitative analysis technique.

The result of the research shows that the accessibility of persons with disabilitie s in public service on education and la bor force in Surakarta varies in every d imension. At the cognitive dimension, all aspects are categorized as good. This finding is also similar with the accessibility at the d imension o f behavior. Dimension of administrative b ureaucrac y also sho w a good accessibility although it is found a lack access for conveying their aspiration and comp laints. At the dimensio n of infrastructu res, different fro m the three previous dimensions, it sho ws less access as almost no inclusive infrastructures for them in the public service o n education and lab our force. The responses of person with diasabilities in Surakarta in term of public service found include their good notion of the public services provided, ho wever it need s an improvement as well as evaluation.

Keywords: accessib ility, persons with disabilities, public services, education and labor force

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia jumlah penyandang disabilitas atau sering kali d isebut difabel tergo lo ng sangat ban yak. Hasil survey Pusdatin Depsos (2007) menunjukkan bahwa populasi penyandang cacat ad alah sekitar 3,11% d ari total p endudu k Indonesia. Dib andingkan d engan jumlah penduduk Indonesia yaitu sekitar 220 juta, berarti jumlah penyandang cacat mencapai 7,8 juta jiwa. Seb agai warga negara, penyandang disabilitas ju ga mem iliki hak yang sama dengan masyara kat pada umumnya termasuk dalam ha l pela yanan pub lik.

Selama bertahun-tahun penanganan masalah penyandang disabilitas di Indonesia tidak pernah tuntas. Kehid up an kaum penyandang d isabilitas di Indonesia tetap saja terpuruk dan terpinggirkan. Berikut adalah beberapa keluhan penyandang disabilitas mengenai pelayanan publik hasil penelusuran penulis secara online seperti dalam www.su arapembaruan.com (2012) yang menyatakan b ahwa, “Hotel, mal, rumah sakit, transportasi serta ban yak fasilitas umu m yang belum memb erikan ru ang bagi penyandang disabilita s.” Sumber lainnya dalam Noviana (2011) menyatakan :

“Pemerintah membangu n fasilitas yang katanya untuk u mum tapi bukan untuk kau m cacat. Tidak ada akses khusus untuk mereka, malahan ban yak koridor-koridor busway atau peron stasiun-stasiun

Penyandang disab ilitas mempunyai hak dan perlaku an yang sam a sebagai warga negara Indonesia. UU No.4 tahu n 1997 tentang p enyandang disabilitas, menyebutkan bahwa p enyandang cacat berhak mendap atkan kesamaan perlakuan dan aksesib ilitas d alam segala aspek penghidupan. M enuru t UU No.19 tahun 2011, pemerintah harus dapat menciptakan langkah yang tepat u ntuk melindungi akses penyand ang disabilitas dalam hal pelayanan publik atas dasar kesamaan hak seb agai warga negara seperti sistem informasi, transp ortasi, lingkungan hidup. Sesu ai dengan Undang- Undang No. 25 tahun 2009 tentang Pela yanan Publik p asal 4 disebutkan bahwa azas pelayanan publik diantaranya kesamaan hak, persamaan perlakukan / tid ak diskriminatif, dan p elayanan yang menyediakan fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 dan 27 ayat 2 mengemukakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang layak. Hal tersebut mendukung adanya kesamaan perlakuan bagi pen yandang disabilitas untuk mendap atkan akses pelayanan publik bidang pendid ikan dan ketenagakerjaan.

Sesu ai dengan d asar-dasar tersebut, pemerintahan pu sat mengeluarkan kebija kan pada b idang pendid ikan dan ketenagakerjaan untuk memberikan kesempatan dan aksesibilitas bagi penyandang d isabilitas. Pada bidang pendidikan, pemerintah melalui Permendiknas No .70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusi dan pendidikan lu ar biasa. Dalam p eraturan tersebut Sesu ai dengan d asar-dasar tersebut, pemerintahan pu sat mengeluarkan kebija kan pada b idang pendid ikan dan ketenagakerjaan untuk memberikan kesempatan dan aksesibilitas bagi penyandang d isabilitas. Pada bidang pendidikan, pemerintah melalui Permendiknas No .70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusi dan pendidikan lu ar biasa. Dalam p eraturan tersebut

Pada bid ang ketenagakerjaan mengacu p ada Undang-Undang no.4 tahun 1 997 pasal 14 yang berisi setiap peru sahaan yang mempekerjakan pegawai di atas 100 o rang harus mewajibkan mempekerjakan pula minimal 1 orang dengan keterb atasan (difabel). Pemerintah mewajib kan setiap perusahaan wajib mempekerjakan 1 orang d ifabel. Jika itu tidak dilakukan maka peru sahaan tersebut akan terkena sanksi d ari pemerintah.

Kota Surakarta merupakan kota kecil yang disebut-sebut seb agai kota “ramah difab el” yang perbandingan jumlah penyandang d isabilitasnya dengan jumlah p enduduknya tergolong cukup banyak. Berdasar data BPS Ko ta Surakarta (2011) ju mlah penduduk kota Surakarta pad a tahun 2011 mencap ai 501.650 jiwa d engan jumlah penyand ang d isab ilitas di kota Surakarta pad a tahun 2011 yang mencapai 1398 jiwa. Jumlah p enyandang disab ilitas tersebut memang tidak mencapai 1% dari jumlah penduduk kota Surakarta. Akan tetapi jika melihat dari jumlahnya yang melebihi 1000 jiwa jumla h tersebut tergolong cu kup banyak. Dari jumlah pen yandang disabilitas tersebut terdiri dari berb agai macam jenis kecacatan. Jumlah p enyandang cacat di Ko ta

Surakarta dari tahun ke tahun berdasar jenis kecacatan sebagaimana disajikan dalam tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Jumlah Penyandang Cacat Menurut Jenis Kecacatan di

Kota Surakarta

Tahun

Cacat tubuh

Tuna netra

Tuna Mental

Tuna rungu/wicara

2173 Sumb er :

Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi kota Surakarta,2012

Pemerintah Kota Surakarta memberikan perhatian yang lebih mengingat banyaknya penyand ang disabilitas yang ada di kota Surakarta. Sejala n dengan pemerintahan p usat, kota Surakarta mengeluarkan Perda No.2 tahun 2008 tentang kesetaraan kaum difabel. Inti dari Perda tersebut adalah su atu keadilan di segala b idang mengingat kaum penyandang disabilitas merup akan warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara. (www.harianjoglosemar.com,2011)

Sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat, pada bid ang pend idikan, Pemkot Surakarta telah menjalin kerjasama dengan pihak swasta u ntuk

kota Surakarta, Pemkot bekerjasama dengan YPAC, Gerkatin, Talenta dan masih ban yak LSM-LSM yang menangani masalah p en yand ang d isabilitas. Untuk bidang pend id ikan Pem kot Surakarta telah mendirikan beberap a seko lah SLB A-E. Tentunya Pem kot Surakarta juga mempunyai kebijakan tentang pendidikan inklusi. Beberapa seko lah dijadika n sekolah penyelenggara inklusi seperti SM K 8,SMP Al-Firdaus dan SD Pajang I. Sed angkan pada bagian ketenagakerjaan Pemkot Surakarta telah mencoba untuk mengimp lementasikan kebijakan penampungan tenaga kerja difabel pada setiap perusahaan. Menuru t Dinsosnakertrans, Pemkot juga telah mengadakan Job fair 2012 yang memungkinkan para penyandang c acat u ntuk bekerja secara formal. Selain itu , Pemkot Surakarta juga sering melakukan pembinaan dan pelatihan kepada penyandang disabilitas.

Selain dari aksesibilitas non fisik seperti dalam hal kesamaan akses mendapatkan pend idikan dan pekerjaan, dalam Perda No.2 tahun 2008 dijelaskan pula tentang adanya aksesib ilitas fisik meliputi pembangu nan sarana dan prasarana dalam fasilitas publik. Pemb angunan terseb ut dimaksudkan agar penyandang disabilitas mempunyai kesamaan dalam hal mengakses berbagai p elayana n publik misalnya dalam hal transportasi dan komunikasi.

Dalam hal transportasi kota Surakarta mempunyai Batik Solo Trans yang memungkinkan masyarakat untuk menggunakan pelayanan transpo rtasi massa l. Halte-halte BST sudah dilengkapi ramp dan hand rail yang b isa Dalam hal transportasi kota Surakarta mempunyai Batik Solo Trans yang memungkinkan masyarakat untuk menggunakan pelayanan transpo rtasi massa l. Halte-halte BST sudah dilengkapi ramp dan hand rail yang b isa

sekolah yang menyelenggarakan seko lah inklusi masih banyak yang tidak mempu nyai sarana dan prasarana yang memudahkan p enyandang disabilitas. Contoh lain seperti pada gedung tempat p ara Asisten Sekda berkumpu l, ramp yang ada di sana mempunyai kemiringan yang sangat tinggi jadi menyulitkan bagi pengguna ku rsi roda. (ninohistiralud in.blogspot.com,2012)

Selain d alam gedung-gedung pemerintahan, sarana dan prasarana penunjang penyandang disabilitas juga dapat d itemui pada pusat perbelanjaan seperti mall dan pasar tradisio nal. Namun sayangnya tidak semu a mall dan pasar mempunyai sarana dan prasarana penu njang bagi pen yand ang disabilitas. Bahkan penyandang disabilitas mengeluhkan tentang sempitnya jalan di dalam pasar setelah renovasi, sep erti yang dikutip berikut ini :

“Di pasar kembang, kaum d ifabel terutama pengguna kursi roda justru lebih leluasa masuk ke dalam pasar ketika pasar tersebu t belu m dib angun.” (Budi,2009)

Kesuksesan kota Surakarta menerapkan aksesibilitas dalam hal pelayanan publik merupakan to lak ukur kota Surakarta menjadi ko ta yang ramah pen yand ang disabilitas. Dalam hal ini ramah pad a semua aspek aksesibilitas baik yang fisik maupun non fisik. Dukungan d ari masyarakat juga sangat diperlukan untuk mewujudkan ko ta Surakarta menjadi kota ramah penyandang disabilitas. Sikap dan tanggapan masyarakat juga sangat

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana aksesibilitas penyandang disabilitas d alam pela yana n pub lik pada bid ang pendid ikan dan ketenagakerjaan di kota Surakarta?

2. Bagaimana tanggapan penyandang disabilitas terhadap pelayanan pub lik pada bid ang pendid ikan dan ketenagakerjaan di ko ta Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Tuju an penelitian ini adalah sebagai beriku t :

1. Untuk mengetahui aksesib ilitas penyandang disabilitas dalam pelayanan publik bidang pendidikan dan ketenagakerjaan.

2. Untuk mengetahui tanggapa n penyandang disab ilitas terhadap pelayanan publik pada bidang pendidikan dan ketenagakerjaan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang d apat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap p erkemb angan ilmu Administrasi Negara khusu snya dalam hal pelayanan publik.

2. Seb agai bahan masukan, p ertimb angan dan bantuan pemikiran bagi pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan pelayanan pub lik bagi penyandang d isab ilitas.

3. Seb agai med ia peningkatan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti, pembaca maupun pihak-pihak lain terkait dengan masalah pela yanan pub lik khususnya bagi penyandang disabilitas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelayanan Publik

Menurut Undang-Undang nomor 25 tahun 2009 yang d imaksud pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan p elayanan sesuai dengan peraturan peru ndang- und angan bagi setiap warga negara dan p enduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh p enyelenggara pelayanan pub lik. Sumb er lain misalnya dalam Ratminto dan Winarsih (2005) menyebutkan bahwa pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaku kan ole h penyelenggara pelayanan publik. Hal ini dila kukan seb agai upaya p emenu han keb utu han penerima pelayanan mau pu n pelaksanaan ketentu an yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan.

Dari ked ua su mber di atas dapat diketahui bahwa setiap pelayanan pub lik dibutuhkan p enyelenggara pela yanan publik untuk mengatur pemenuhan kebutuhan penerima layanan. Undang-Undang No.25 tahu n 2009 memberikan pengertian pen yelenggara pela yanan pub lik seb agai berikut :

ad alah

setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independ en yang d ibentu k berdasarkan undang-undang untu k kegiatan pelaya nan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untu k kegiatan pelayanan publik.”

Dalam Ratminto dan Winarsih (2005) dipaparkan pula tentang Dalam Ratminto dan Winarsih (2005) dipaparkan pula tentang

Setiap penyelenggara pela yanan publik haru s melakukan pela yana n pub lik dengan optimal karena pada hakekatnya pelayanan publik memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur negara sebagai abdi pemerintah (Kemenpan No .63 tahun 2004). Sumber lainnya menyeb utkan hakekat p elayanan publik adalah pelayanan kep ada pengguna jasa layanan yang d alam hal ini adalah masyarakat dalam arti luas, sehingga ap apun bentuk dan model pelayanan yang dib erikan semestinya orientasinya ad alah masyarakat. Walaupun sedikit berbeda tetapi intinya sama yaitu berorientasi kepada masyarakat. (Suryokusumo,2008)

Dari sumb er-sumb er yang tercantum di atas terdapat kesamaan dalam hakekat pelayanan publik yaitu berorientasi kepada masyarakat. Oleh karena itu, penyelenggara pela ya nan publik harus memuaska n pengguna. Seperti yang dikemukakan oleh Ratm into dan Winarsih (2005) untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan b agi pengguna jasa, penyelenggara pelayanan harus memenuhi asas-asas p elayanan publik yaitu transparansi, akuntabilitas, kondisional, p artisipasi, kesamaan hak, keseimbangan hak dan

Pelayanan pub lik mempunyai prinsip yang harus diterapkan p ada setiap aktivitas yang dijalankannya. Prinsip-prinsip p ela yanan publik yaitu kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi, keamanan, tanggung jawab, kelengkapan sarana dan prasarana, kemud ahan akses, kedisiplinan dan kenyamanan.(Ratminto dan winarsih,2005)

Di samping prinsip dan asas pelayanan pub lik, pemerintah telah juga menetapkan standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima layanan. M enurut Kemenpan nomor 63 tahun 2004 dalam Ratminto dan Winarsih (2005) standar pelayanan ad alah ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau penerima layanan yang meliputi adanya prosedur pelayanan yang jelas, waktu penyelesaian la yanan, biaya pelaya nan, produk pelayanan, sarana d an prasarana penunjang yang memad ai, dan kompetensi petu gas pemberi layanan (pengetahuan, ketrampilan, sikap dan p erilaku yang dibutu hkan). Selain itu pelayanan publik mempunyai aspek pela yanan khusus bagi penyanda ng cacat, lanjut u sia dan wanita hamil dan balita d engan tersedianya sarana dan p rasarana pela yanan yang memu ngkinkan untuk akses khusus b agi mereka. Dalam hal pelayanan khusus, Suryoku sumo (2008) menyebutkan bahwa :

“Setiap golongan masyarakat harus mendapatkan hak yang sam a untuk menikmati p elayanan yang diberikan oleh penyedia layanan. Masyarakat juga harus diberikan pelu ang untu k berkontribusi dalam peningkatan pela yanan, b aik dalam bentuk penyimpana n aspirasi langsung ataupun tidak langsung yang fasilitasnya semestinya

Pada intinya, dalam pelayanan publik harus terjadi aspek kesamarataan dan tidak terjadi diskriminasi. Oleh karena itu p erlu adanya su atu p engawasan agar pelayanan publik tidak menyimpang dan hanya menguntungkan salah satu golo ngan saja. Menuru t Ratminto d an W inarsih (2005), pengawasan dalam penyelenggaraan p elayanan pub lik d apat dilaku kan dengan berbagai cara yaitu dengan pengawasan melekat, pengawasan fungsional, dan pengawasan masyarakat. Pengawasan melekat yaitu pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung sesuai dengan peraturan p erundang-undangan, pengawasan fungsional yaitu pengawasan yang dilakukan oleh ap arat pengawasan sesuai d engan peraturan p erundang- und angan dan pengawasan mas yarakat ad alah pengawasan yang d ilaku kan oleh masyarakat berupa laporan atau pengaduan masyarakat tentang penyimpangan pelayanan.

Selain pengawasan pela yanan publik memerlukan penilaian. M enuru t Su ryo kusumo (2008) p enilaian pelayanan pub lik dapat dilihat dari beberapa unsur, diantaranya :

1. Tangibility yaitu berupa kualitas pela yanan yang d ilihat dari sarana fisik yang kasat mata

2. Reliability yaitu kualitas pela yanan yang dilihat dari sisi kemampuan d an kehandalan dalam menyelesaikan layanan yang terpercaya.

3. Respon siveness yaitu kualitas pelayanan yang dilihat d ari sisi 3. Respon siveness yaitu kualitas pelayanan yang dilihat d ari sisi

4. Assu ran ce yaitu kualitas pela yanan dilihat d ari sisi kemampuan petugas dalam

meyakinkan kepercayaan

masyarakat.

5. Emphaty yaitu kualitas pela yanan yang d iberikan berupa sikap tegas tetapi p enuh dengan perhatian terhadap masyarakat. Dengan

adanya

p engawasan

dan

penilaian

diharapka n penyelenggaraan pelayanan p ublik tetap berorientasi pada masyarakat atau pengguna jasa. Pelayanan p ub lik yang baik dan optimal sangat diharapkan oleh mas yarakat.

B. Aksesibilitas dalam Pelayanan Publik

Dalam konsep pelayanan publik, pelayanan publik yang baik harus menerapkan semu a p rinsip dan asas p elayanan publik. Semua prinsip tersebut harus dipenuhi oleh lembaga pela yanan p ub lik demi terciptanya kesejahteraan masyarakat yang b erkesinambungan. Tetapi pada kenyataannya lembaga pemerintah sering kali lup a tentang prinsip keadilan dan pemerataan bagi semua penerima layanan (aksesibilitas) atau sering disebu t dengan eq uity. (Ratminto d an Winarsih,2005)

Prinsip keadilan dan kesamarataan pelayanan telah menjadi asas pelayanan publik dan menjadi dasar acuan tentang p enerapan good governance . Konsep good governance mu ncul pada tahun 1996 menjelang

organisasi internasional sep erti UNDP dan World Bank. Sejak saat itu istilah good governance sangatlah populer d an ban yak digunakan. Dalam Dwiyanto (2005) good public governance dan good go vern an ce digunakan secara bergantian dengan arti yang sama. Istilah governance dibiarkan dalam bentuk aslinya karena sangat sulit mencari padanan katanya. Apapun terjemaahannya, governance merujuk pada pengertian bahwa keku asaan tidak lagi semata-mata dimiliki atau menjad i urusan pemerintah. Governance menekankan pada pelaksanaan governing secara bersama-sama oleh pemerintah d an juga institusi-institusi lain yakni LSM swasta dan warga negara.

Dalam ko nsep good governan ce, p emerintah dituntu t untuk lebih kreatif, inovatif dan bertindak cerdas tentang mana yang harus didahu lu kan, hal ap a yang menjadi prioritas dan mampu membedakan antara yang u rgen dan yang sia-sia bila d ilaku kan dengan mempertimbangkan keterbatasan sumb er daya, upaya menghemat dan menambah sumber aset publik melalu i investasi publik dengan tidak membebani mereka. (Suryokusu mo,2008)

Prinsip good governan ce tid ak hanya terbatas pada penggunaan peraturan perund ang-undangan saja melainkan dikemb angkan denga n menerapkan prinsip penyelenggaran pemerintahan yang baik yang tidak hanya melibatkan pemerintah saja tetapi harus melib atkan intern d an ekstern birokrasi. Inti dari good governance adalah partisipasi. Menurut UNDP dalam Dwiyanto (2005 ), good governance memiliki 8 prinsip sebagai berikut :

3. Akuntabel

4. Efektif d an efisie n

5. Kepastian huku m

6. Responsif

7. Konsensus

8. Setara dan inklusif

Dari su mber lain d alam Dwiyanto (2005) menyeb utkan bahwa ad a 10 prinsip good governance tetap i sangatlah mirip dengan p rinsip d i atas. Prinsip tersebu t ialah adanya partisipasi dari warga negara, pene gakan huku m, adanya transparansi, adanya kesetaraan, daya tanggap , wawasan ke depan, akuntabilitas, pengawasan pub lik, efektivitas dan efisiensi.

Dari p rinsip tersebut, prinsip kesetaraan memberikan kesamaan akses pada setiap masyarakat untuk mencuku pi kebutuhann ya. Aksesibilitas merup akan bagian yang mempunyai p eran sangat vital bagi penyelenggaraan pelayanan publik. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umu m No.30 tahu n 2006 tentang pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan, secara umum aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan b agi semua orang termasuk penyand ang cacat dan lansia guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidup an dan penghidupan. Menurut sumber lainnya misalnya dalam sumber online id.wikiped ia.org (2011 ) aksesibilitas adalah derajat kemudahan dicapai oleh orang, terhad ap suatu ob jek, pela yanan ataupun lingku ngan.

Parasuraman dalam Tjipto no (2002) mengungkap kan bahwa aksesib ilitas secara khusus dalam p elayanan publik menyangkut seberapa

Aksesibilitas dapat d ikatakan sebagai akses yang melipu ti kemu dahan u ntuk dihubungi dan ditemui. Hal ini berarti lokasi fasilitas jasa yang mudah dijangkau, waktu menu nggu yang tidak terlalu lama, saluran komunikasi perusahaan mudah dihubungi d an lain-lain. Abar (1990 ) mengutip pendapat Hassan b ahwa dalam kerangka konsep tual untuk telaah lebih jauh tentang aksesibilitas p ada pelayanan publik dapat menggunakan p end ekatan yang holistik melalui 3 dimensi yaitu:

Gambar 1. Dimensi Aksesibilitas P elayanan Publik. (Abar,1990)

Dimensi kognitif terd iri dari : (a) kesad aran masalah; (b ) kesadaran su mber daya yang tersedia diperlukan untuk mengatasi masalah; (c) pengetahuan tentang sumber daya manu sia yang tersed ia; (d) pengetahuan dimana d an bagaimana cara mendapatkan sumber d aya; serta (e) perasaan

Struktur Sosial

- Jenis Ke lamin - Umur - Statu s

Ekonomi - Pendid ikan

Dimensi Birokrasi Administratif

- Kekakuan prosedur - Pemerataan perlaku an - Jarak so sial antar pelanggan d an petugas - Tersedianya saluran untuk menyampaikan

perasaan tidak pu as - Latar belakang serta pandangan p etu gas - Kebijakan kepegawaian - Derajat desentralisasi

Dimensi Perilaku

- Kemampuan berkomunikasi - Pola perilaku - Dinam ika transaksi sosial - Keberdayaan Peranan

Dimensi Kognitif

- Kesad aran masalah - Kesad aran sumber daya yang diperlukan - Pengetahuan tentang adanya sumber daya

yang dip erlukan - Pengetahuan tentang bagaimana dan dimana

mendapatkan sesuatu - Derajat kepercayaan pada diri sendiri

Akses

perilaku mencakup : (a) kemamp uan berkomu nikasi ; (b) dinamika interaksi so sial ; (c) pola p erilaku klien ; (d) dan hasil dari p eranan klien. Dimensi birokrasi ad ministratif antara lain : (a) kekakuan prosedur ; (b) p emerataan perlakuan ; (c) jarak sosial antara pelanggan dan petugas ; (d) tersedianya saluran u ntuk menyampaikan perasaan tidak p uas; (e) latar belakang serta pandangan petugas ; (f) kebijakan kepegawaian ; dan (g) derajat disentralisasi.

Ketiga dimensi di atas sangat dipengaruhi oleh struktur sosial. Statu s askriptif, sep erti jenis kelamin, kelompo k etnis, umur, keturunan, dan status yang d ip eroleh seperti pekerjaan, p endidikan, d an kelas sosial mempengaruhi dimesi kognitif dan p erilaku seseorang serta ku ltur politik suatu masyarakat mempengaruhi dimensi institu sional akses terhadap pelayanan publik (Hassan dalam Abar, 1990)

Ditinjau d ari sumber lain, menurut Demartoto (2005) aksesibilitas pelayanan publik d ibagi ke dalam 2 macam yaitu aksesibilitas fisik dan aksesibilitas non fisik. Aksesibilitas fisik meliputi sarana d an prasarana penunjang sep erti guilding block, tangga ramp, hand rail (peganga n tangan) dan alat bantu lainn ya. Sedangkan aksesibilitas non fisik melip uti kesamaa n dalam hal pendidikan dan ketenagakerjaan.

Dalam p enelitian ini p eneliti tidak mengambil semu a aspek dalam ketiga dimensi tersebut. Peneliti hanya mengambil dan mengad op si aspek- aspek yang d apat dijadikan to lak ukur aksesibilitas yang sesuai d engan Dalam p enelitian ini p eneliti tidak mengambil semu a aspek dalam ketiga dimensi tersebut. Peneliti hanya mengambil dan mengad op si aspek- aspek yang d apat dijadikan to lak ukur aksesibilitas yang sesuai d engan

1. Dimensi Kognitif

Pada d imensi kognitif, peneliti memfoku skan pada lima aspek yang telah disebu tkan di atas karena dianggap relevan denga n permasalahan penelitian. Kelima aspek tersebut adalah kesadaran masalah mengenai hak-hak penyandang disabilitas sebagai warga negara, kesadaran sumber daya yang diperlukan oleh p enyandang disabilitas dan wu jud perhatian pemerintah, pengetahuan tentang

ad anya su mber daya yang diperlu kan oleh penyandang disabilitas dalam hal pelayanan publik bidang pendidikan d an ketenagakerjaan, pengetahuan mengenai bagaimana mendap atkan p elayanan publik bid ang pendidikan dan ketenagakerjaan, derajat kepercayaan diri seo rang penyandang disabilitas dan ap a yang bisa dihasilka n denga n keterbatasan mereka.

a. Kesadaran masalah mengenai hak-hak penyand ang disabilitas sebagai warga negara

Kesadaran masalah adalah sejauh mana penyandang Kesadaran masalah adalah sejauh mana penyandang

b. Kesadaran sumber daya yang diperlu kan o leh penyandang disabilitas dan wujud perhatian pemerintah

Penyandang disab ilitas sadar bahwa mereka mempu nyai kebutuhan khusu s yang beda dengan o rang normal pada umumnya. Dalam bidang pendidikan dan ketenagakerjaan, penyandang disab ilitas memerlukan perhatian lebih tentang ap a yang mereka bu tuhkan dalam mengakses pela yanan pendidika n dan ketenagakerjaan. Pemerintah sebagai penyedia layana n pub lik harus memperhatikan sisi keterjangkauan dalam hal pendidikan d an ketenagakerjaan.

c. Pengetahuan tentang adanya sumber daya yang diperlukan oleh penyandang disabilitas dalam hal pela yanan pub lik bidang pendidikan d an ketenagakerjaan

Penyandang disab ilitas mengetahui tentang apa saja yang mereka butuhkan sebagai orang dengan berkebu tu han khusus Penyandang disab ilitas mengetahui tentang apa saja yang mereka butuhkan sebagai orang dengan berkebu tu han khusus

sed angkan pada bid ang ketenagakerjaan seperti b alai latihan kerja d an job fair.

d. Pengetahuan mengenai bagaimana mendapatkan pela yanan pub lik b idang pendidikan dan ketenagakerjaan

Penyandang disabilitas mengeta hui dimana dan pernah bersekolah atau menyekolahkan anakn ya pada seko lah lu ar biasa, sekolah inklusi. Penyandang disabilitas pernah mengikuti atau tentang balai-balai latihan kerja, lowongan pekerjaan atau job fair .

e. Derajat kepercayaan d iri seorang penyandang disabilitas dan apa yang bisa dihasilkan d engan keterbatasan mereka

Penyandang disab ilitas mempunyai kepercayaan diri dan mereka tidak segan dalam beraktivitas sehari-hari. Penyand ang disabilitas percaya bahwa dengan keterbatasan yang mereka miliki mereka bisa sama seperti d engan o rang normal bahka n mereka juga bisa menghasilkan sesuatu.

b idang

p endidikan dan ketenagakerjaan, penyandang disabilitas tidak merasa kurang percaya d iri jika b ersekolah pad a sekolah inklusi yang d ikataka n sebagai sekolah umum bukan sekolah khu sus. Pen yand ang disabilitas juga tid ak canggung jika bekerjasama dengan o rang

2. Dimensi Perilaku

Dalam dimensi ini aksesib ilitas penyandang disabilitas dalam pelayanan publik bidang pendidikan dan ketenagakerjaan dilihat dari segi kemampuan mengkomunikasikan hal-hal dalam kehidupannya sehari-hari. Kemampuan berkomunikasi berkaitan apakah penyandang disabilitas memiliki kemamp uan dalam bermasyarakat, adaka h kesulitan d alam berko mu nikasi d engan mas yarakat la innya, pandangan masyarakat tenta ng pen yandang disabilitas. Peneliti memfokuska n pada tiga asp ek yang dianggap relevan dengan masalah penelitian ya itu kem ampuan berkomu nikasi dengan masyarakat dalam hal pen yebarlu asan informasi pend id ikan dan ketenagakerjaan, dinam ika transaksi sosial hasil dari berkomunikasi dengan masyarakat

a. Kemampuan berkomunikasi denga n masyarakat dalam hal penyebarluasan informasi pendidikan dan ketenagakerjaan Penyandang disab ilitas p erlu melakukan interaksi d enga n mas yarakat sekitar meskipun dengan keterb atasan yang mereka miliki. Pertukaran informasi tentang pendid ikan dan ketenagakerjaan merupakan sala h satu hasil dari interaksi penyandang d isab ilitas d engan masyarakat.

b. Dinamika transaksi sosial hasil dari berkomunikasi dengan mas yarakat

Penyandang disabilitas juga meru pakan bagian d ari Penyandang disabilitas juga meru pakan bagian d ari

c. Peranan p enyandang disabilitas dalam bermasyarakat Penyandang d isabilitas merup akan warga negara yang mempunyai hak d an kewajib an yang sama dengan warga negara lain. Dalam kehidupan bermasyarakat penyandang disabilitas mempunyai peran sosial yang haru s dilakukan.

3. Dimensi Birokrasi Administratif

Dimensi b irokrasi administratif menyangkut persoalan bagaimana penyandang d isab ilitas mendapatkan pelayanan pub lik bid ang p endidikan dan ketenagakerjaan. Peneliti memfoku skan pad a empat aspek yang relevan dengan masalah penelitian. Keempat aspek tersebut adalah kekakuan p rosedur yang diterapkan d alam pelayana n publik di bidang pendidikan dan ketenagakerjaan, p erlaku an yang diterima penyand ang disabilitas dalam pelayanan publik di bid ang pendidikan d an ketenagakerjaan, jarak so sial antara petugas pelayanan dan penyandang disab ilitas yang akan menerima la yanan, dan tersedian ya saluran untuk menyampaikan aspirasi atau kelu han karena kurang puas d alam mendap atkan pelayana n pub lik.

a. Kekakuan prosedur yang diterapkan dalam pela yanan publik di bidang pendidikan d an ketenagakerjaan

Prosedur p elayanan publik b idang pendidikan dan ketenagakerjaan yang dib erikan pada penyand ang cacat berbelit- belit atau tidak. Sama seperti masyarakat penyandang disabilitas memerlu kan pelayanan yang cepat, efisien dan praktis.

b. Perlakuan yang d iterima penyandang d isabilitas dalam pelayanan publik di bidang p endidikan dan ketenagakerjaan Penyandang disabilitas mendap at perlakuan yang sam a atau tidak saat memerlu kan p elayanan pub lik bidang pendidika n dan ketenagakerjaan. Dalam p elayanan publik pemerintah harus juga memperhatikan sikap petu gas dan perlaku an petugas dalam melayani masyarakat.

c. Jarak sosial antara p etugas pelayanan dan penyandang disabilitas yang akan menerima la yanan

Penyandang disabilitas meru pakan o rang berkeb utu han khusus yang memerlukan p elayanan yang lebih d ari orang la in. Sehingga petu gas pelayanan pub lik terkait harus bisa bersikap sebagai pelayan yang baik. Petugas pela yanan publik bersikap ramah atau tidak saat mela yani pen yandang d isabilitas dalam bidang pendidikan d an ketenagakerjaan.

d. Tersedianya saluran u ntuk menyampaikan aspirasi atau keluhan d. Tersedianya saluran u ntuk menyampaikan aspirasi atau keluhan

4. Dimensi Sarana dan Prasarana

Dimensi ini merupakan dimensi lain hasil temuan di lapangan berdasarkan Demartoto (2005 ) yang menyebutkan adanya aksesibilitas fisik dalam pela yanan publik. Dimensi sarana dan prasarana mencakup tersedianya fasilitas penunjang b agi pen yandang disabilitas di bidang pendidikan dan ketenagakerjaan seperti tangga ramp , guilding block, hand rail dan alat bantu lainn ya, serta bagaimana keadaan dan distribu si fasilitas penunjang tersebu t.

C. Penyandang Disabilitas

Menurut Undang-Undang No .4 tahun 1997 tentang p enyandang cacat dijelaskan bahwa p engertia n penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik d an atau mental yang dapat mengganggu atau merup akan rintangan dan hambatan b aginya untuk melakukan selayaknya. Dari sumb er online id.wikip edia.org (2012) mendefinisikan sebagai beriku t :

“Disabilitas atau Cacat (bahasa Inggris: disability) dapat bersifat fisik, kognitif, mental, sensorik, emosional, p erkembangan atau beberapa ko mbinasi dari ini.”

Dalam su mb er tersebu t dapat dikatakan b ahwa disabilitas atau cacat bisa b erupa cacat fisik, cacat mental, cacat senso rik dan cacat emosio nal.

In ternational Classification of Impairmen ts, Disabilities and Handicaps , Organisasi Kesehatan Dunia (W HO,1980), mendefinisikan tiga aspek kecacatan secara lebih sp esifik, yaitu impairmen t, d isability, dan handicap. Impairment adalah kehilangan atau abnormalitas stru ktur atau fungsi psiko logis, fisiologis, atau anatomis (An y loss or abnormality of psychological, physiologica l, or anatomica l structure or fun ction ). Disability adalah suatu keterbatasan atau kehilangan kemampuan (sebagai akibat dari su atu impairment) untu k melakukan suatu kegiatan dengan cara atau dalam batas-batas yang d ipandang normal bagi seorang manusia (Any restriction o r lack (resulting fro m an impairment) o f ability to perform an activity in th e manner o r within the range consid ered normal for a human being ). Handicap adalah suatu keru gian, bagi seorang individ u tertentu , sebagai a kibat d ari su atu impairment atau disability, yang membatasi atau menghambat terlaksanan ya suatu peran yang no rmal, tergantung pada usia, jenis kelamin, faktor-faktor so sial atau budaya (A disadvantage, for a given individual, resulting from an impairment or disability, tha t limits or p revents the fulfillment o f a role that is normal, depending on age, sex, so cia l and cultural factors).

Definisi-definisi d i atas menunju kkan bahwa disab ility hanyalah salah satu dari tiga aspek kecacatan yang dijelaskan di atas. Sementara imp airment merup akan aspek kecacatan pad a level organ tubuh, dan hand icap merupakan aspek yang dipengaruhi oleh faktor-fakto r yang tidak terkait langsung dengan

ind ividu. Suatu impairment belum tentu mengakibatkan disab ility. M isalnya, seseo rang yang kehilangan sebagian dari jari kelingking tangan kanannya tidak akan menyebabkan orang itu kehilangan kemampuannnya u ntuk melakuka n kegiatan sehari-hari secara selayaknya orang no rmal. Demikian pula, disability tid ak selalu mengakibatkan seseorang mengalami handicap. M isalnya, orang yang kehilangan pendengaran (impairment) tid ak mampu berkomunikasi secara audio (disability) tetapi dia dap at mengatasi keterbatasann ya itu d engan menggunakan alat bantu pendengaran sehingga ia dapat berkomunikasi d engan o rang lain. Akan tetapi, handicap yang a kan ia alami ketika alat bantu pendengarannya rusak maka ia akan kesulitan untuk mendengar lawan bicaranya. Ini berarti bahwa keadaan handicap itu ditentukan oleh fakto r-fakto r di luar dirinya.

Definisi di atas sama artinya dengan definisi disab ility yang telah kita bahas sebelumnya. Penyandang cacat terdiri dari 3 jenis yaitu penyandang cacat fisik, p enyandang cacat mental dan penyandang cacat fisik dan mental. Berikut ini adalah tabel klasifikasi dan jenis disabilitas:

Tabel 2. Klasifikasi dan Jenis Disabilitas

Tipe

Nama

Jenis disabilitas

Pengertian

A tunanetra

disabilitas fisik

tidak dapat melihat; buta

B tunarungu

disabilitas fisik

tidak dapat mendengar; tuli

C tunawicara disabilitas

fisik

tidak dapat berbicara; bisu

D tunadaksa

disabilitas fisik

cacat tubuh

E1 tunalaras

disabilitas fisik

cacat suara dan nada

E2 tunalaras

disabilitas mental

sulit mengendalikan emosi dan sosial.

F tunagrahita disabilitas

mental

cacat pikiran; lemah daya tangkap; idiot

G tunaganda

disabilitas ganda

penyandang cacat lebih dari satu kecacatan (yaitu cacat fisik dan mental)

Sumber : Depdiknas,2 007

Dari tabel tersebut sangat jelas dipaparkan tentang klasifikasi dan Dari tabel tersebut sangat jelas dipaparkan tentang klasifikasi dan

“Ten years ago, less than one third of students with disabilities participated in general education classes. By 1997-1998, more than 75% of 6.5 million stud ents with disabilities were being educated in classes with their nondisabled peers.”

(“Sepuluh tahu n yang lalu kurang dari sepertiga p enyandang disabilitas mengiku ti pendidikan umum. Tahun 1997-1998 lebih dari 75% p enyandang d isabilitas telah mendapatkan pendidikan umum dengan orang-orang normal lainnya.”)