BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan dan perkembangan sistem ekonomi berbasis syariah Islam yaitu suatu sistem ekonomi yang berlandaskan Al-Quran dan Al-Hadits beberapa
tahun terakhir ini sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari munculnya industri – industri syariah, khususnya industri keuangan dan unit usaha syariah.
Fenomena bangkitnya minat yang besar terhadap industri keuangan Islam pada tahun-tahun belakangan ini, salah satunya ditunjukkan dengan muncul dan
tumbuhnya bentuk sekuritas Islam sukuk, yang memiliki kemampuan besar untuk menawarkan solusi keuangan yang inovatif. Tidak hanya produknya yang
benar-benar memberi kontribusi terhadap usaha untuk melakukan inovasi produk, tetapi juga gemanya yang sebanding dengan pasar modal konvensional lainnya.
Produk-produk antarnegara sovereign dipertimbangkan secara aktif oleh perusahaan penerbit alternatif baru ini, untuk kebutuhan pembiayaan dan investasi
mereka. Penerbitan pertama Obligasi Syariah dengan mata uang dollar senilai 600
juta telah ditawarkan oleh Malaysia pada tahun 2002. Diikuti dengan peluncuran 400 juta ‘Trust Sukuk’ dari Islamic Development Bank pada Bulan
September 2003. Setelah itu, penerbitan sekitar tiga puluh sukuk negara dan perusahaan telah ditawarkan di Bahrain, Malaysia, Arab Saudi, Qatar, UAE, UK,
Jerman, Pakistan. Di Indonesia pada bulan Maret 2004 Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia DSN MUI mengeluarkan fatwa baru tentang obligasi syariah. Lembaga tersebut membolehkan Pemerintah RI maupun perusahaan-
perusahaan bila ingin menerbitkan obligasi syariah dengna skim ijarah. Suatu kenyataan dari keseluruhan sistem Islam bahwa alternatif yang
berlandaskan syariah keberadaannya seharusnya merupakan alternatif terhadap aktivitas yang tidak berlandaskan syariah, yang selalu berlanjut sepanjang masa
dan diakui, yang dipraktikkan oleh umat manusia pada seluruh aspek kehidupan. Dalam hal ini, para sarjana muslim selama bertahun-tahun telah memberikan
pemikiran mendasar, untuk mencari alternatif Islam terhadap instrumen keuangan konvensional yang dapat diperdagangkan.
Fakta empiris membuktikan dan menyimpulkan bahwa sukuk secara nyata digunakan secara luas oleh masyarakat muslim pada abad pertengahan, dalam
bentuk surat berharga yang mewakili kewajiban pembiayaan yang berasal dari perdagangan dan kegiatan komersial lainnya Huda dkk, 2008.
Obligasi syariah berbeda dengan obligasi konvensional. Sejak adanya konvergensi pendapat bahwa bunga adalah riba, maka instrumen-instrumen yang
memiliki komponen bunga interest-bearing instrument ini keluar dari daftar investasi halal. Oleh karena itu, dimunculkan alternatif yang dinamakan obligasi
syariah. Pada awalnya, penggunaan istilah “obligasi syariah” sendiri dianggap
kontradiktif. Obligasi sudah menjadi kata yang tak lepas dari bunga sehingga tidak dimungkinkan untuk disyariahkan. Merujuk kepada Fatwa Dewan Syariah
Nasional No.32DSN-MUIIX2002, “Obligasi syariah adalah suatu surat
berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasilmarginfee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Penerbitan obligasi syariah muncul sehubungan dengan berkembangnya institusi-institusi keuangan syariah, seperti asuransi syariah, dana pensiun syariah,
dan reksa dana syariah yang membutuhkan alternatif penempatan investasi. Menariknya, investor obligasi syariah tidak hanya berasal dari institusi-institusi
syariah saja, tetapi juga investor konvensional. Produk syariah dapat dinikmati dan digunakan siapa pun, sesuai falsafah syariah yang sudah seharusnya memberi
manfaat kepada seluruh semesta alam. Investor konvensional akan tetap bisa berpartisipasi dalam obligasi
syariah, jika dipertimbangkan bisa memberikan keuntungan kompetitif, sesuai profit risikonya, dan juga likuid. Sementara obligasi konvensional, investor base-
nya justru terbatas karena investor syariah tidak bisa ikut ambil bagian di situ. Bagi emiten, menerbitkan obligasi syariah berarti juga memanfaatkan peluang-
peluang tertentu. Emiten dapat memperoleh sumber pendanaan yang lebih luas, baik investor konvensional maupun syariah. Selain itu, struktur obligasi syariah
yang inovatif juga memberi peluang untuk memperoleh biaya modal yang kompetitif dan menguntungkan.
Pada prinsipnya, sukuk atau obligasi syariah adalah surat berharga sebagai instrumen investasi yang diterbitkan berdasarkan atas suatu transaksi atau akad
syariah yang melandasinya underlying transaction, yang dapat berupa ijarah
sewa, mudharabah bagi hasil, musyarakah, atau yang lain. Sukuk yang sekarang sudah banyak diterbitkan adalah berdasar akad sewa sukuk al-ijarah, di
mana hasil investasi berasal dan dikaitkan dengan arus pembayaran sewa aset tersebut. Meskipun demikian, sukuk dapat pula diterbitkan berdasar akad syariah
lain. Penerbitan instrumen investasi ini dapat dipandang sebagai inovasi baru
dalam keuangan syariah. Sukuk bukan instrumen utang piutang dengan bunga riba, seperti obligasi yang dikenal dalam keuangan konvensional, tetapi sebagai
instrumen investasi. Sukuk diterbitkan dengan suatu underlying asset dengan prinsip syariah yang jelas.
Sukuk jamak dari kata sak secara luas digunakan oleh masyarakat
muslim di era pertengahan sebagai surat berharga yang merupakan obligasi keuangan yang berasal dari perdagangan atau kegiatan lainnya. Bagaimana pun,
struktur sukuk saat ini berbeda dari sukuk yang mula-mula digunakan dan mirip dengan konsep sekuritisasi konvensional; suatu proses di mana kepemilikan aset-
aset utama dipindahkan kepada sejumlah besar investor melalui surat berharga yang umumnya diketahui sebagai sanat, sertifikat, sukuk, atau instrumen lain yang
menggambarkan proporsi nilai dari aset yang relevan. Melihat begitu cepatnya pertumbuhan dan perkembangan sukuk di banyak
negara di dunia, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang bagaimana pertumbuhan dan perkembangan sukuk di negara Indonesia sebagai negara dengan
jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Berdasarkan hal tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pertumbuhan dan Perkembangan Obligasi Syariah Sukuk di Indonesia Sampai Dengan Tahun 2011”.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : apakah faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan obligasi syariah sukuk di Indonesia sampai dengan tahun 2011?
1.3 Tujuan Penelitian